Part 4

1.5K 213 32
                                    

Happy Reading
...

Setelah mengetahui pengkhianatan Widya, Biru langsung segera mengatur jadwal pertemuan dengan Widya, untuk mengakhiri semuanya.

"Kamu udah lama, Sayang." Datang-datang Widya langsung memeluk leher Biru.

"Lepasin tangan lo yang menjijikkan itu jalang sialan!"

"Ru, kamu kenapa? Kok tiba-tiba jadi kasar gini. Terus kenapa kamu manggil aku jalang sialan?"

Biru berdiri dari posisi duduknya, dia menghempaskan tangan Widya dengan kasar.

"Gak usah pura-pura bego gitu! Gue udah tau, kalau lu main api di belakang gue, dan selingkuhan lo itu Bokap gue sendiri! Kayaknya dulu pas pembagian otak, lo gak ikutan ya. Lo tau gak sih, yang lo lakuin sekarang ini sangat menjijikkan, Widya!"

"Ru, itu gak bener. Itu fitnah Ru, siapa coba yang berani-beraninya fitnah aku sampai segininya? Bilang sama aku Ru siapa orangnya."

"Halah-halah! Gak usah munafik lo Widya, bilang aja otak lu isinya cuma duit doang. Emangnya Papa gue ngasi berapa sih sekali nge-room sama lu? Gue tebak, lu udah gak segel lagi kan? Lu udah ngasi semuanya sama Bokap gue!"

"Ru, gue gak gitu Ru. Please percaya sama gue."

Widya mencoba meraih tangan Biru, Biru langsung menepisnya dengan kasar.

"Enggak! Gue udah cukup jijik sama lo, gue punya cukup bukti Widya, jadi lo gak bisa ngelak lagi. Dan mulai hari ini, kita putus! Gue gak mau lagi dekat-dekat sama cewek murahan kayak lo!"

"Dan satu lagi, dengarkan baik-baik."Biru menekan rahang Widya dengan kasar.

"Jauhin Bokap gue! Kalau sampai Bokap sama Nyokap gue cerai gara-gara lu, gue akan pastikan hidup lu akan sengsara selamanya! Camkan baik-baik, semua kata-kata gue ini!"

Setelah mengatakan itu, Biru melepas cengkramannya di wajah Widya, dan Biru pun langsung pergi meninggalkan Widya.

Widya menjatuhkan tubuhnya ke lantai, satu persatu air matanya jatuh membasahi pipinya.

"Biru kamu jahat!" Widya berteriak.

"Kamu gak tau, apa yang udah aku alamin selama ini! Kamu pikir semua yang terjadi ini karena keinginanku? Kamu salah besar Biru!"

"Aku juga punya harga diri Biru, aku juga gak mau seperti ini! Kamu gak tau kan apa yang sudah dilakukan Papamu kepada keluarga kami, demi nafsu bejatnya!"

"Aku ini korban Biru." Air mata Widya mengucur semakin deras, ia memukul-mukul dadanya.

"Jika bukan karena Mama, Widya udah sejak lama bunuh diri Ma." Widya menangis meraung, mengeluarkan segala yang menyesakkan dadanya.

"Kenapa dunia begitu kejama untukku, kenapa!" Widya kembali berteriak sambil memukul-mukul kepalanya.

Sementara itu, Biru juga mengalami hal yang sama. Mulutnya bisa saja memaki-maki Widya dengan arogannya, tetapi hati Biru sebenarnya tidaklah sekuat apa yang ia tampilkan di luar.

Membenci Widya tidak semudah itu untuk Biru, karena hubungan yang mereka jalin sudah berlangsung lama, rasa cinta yang Biru miliki untuk Widya sudah terlanjur sangat dalam. Barangkali, 4 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menghapus semuanya dalam sekejap.

"Widya, setelah apa yang sudah kita lalui selama ini, kenapa kamu begitu tega menghancurkan kepercayaanku hingga titik serendah ini, KENAPA WID! KENAPA WIDYA!"Biru membenturkan kepalanya sendiri ke stir mobilnya.

Biru mengambil kotak cincin yang ia letakkan di laci dashboard mobilnya.
Biru membeli cincin itu, dengan tujuan untuk melamar Widya di hari ulang tahun Widya, yang tinggal beberapa hari lagi. Semua rencana itu hancur dalam sekejap, tak bersisa.

BI-RU Where stories live. Discover now