Part 5

1.5K 206 29
                                    

Happy Reading
...

Rubi menemani Biru menyantap nasi goreng yang ia beli tadi, Biru tampak sangat kelaparan seperti orang yang tidak makan berhari-hari.

"Mas, udah baca Bismillah belum?"

"Kenapa?"tanya Biru ketus.

"Abisnya Mas makan nasi gorengnya kayak orang kesurupan, pelan-pelan atuh Mas."

"Terserah gue Rubi! namanya gue udah laper banget, mana sempat makan kayak Putra Mahkota, keburu cacing-cacing di perut gue demo."

"Iya iya deh, Eh Mas itu sebenarnya abis dari mana sih? Mas tau gak, Rubi kelimpungan nyari Mas kemana-mana, semua pada ngomel-ngomel sama Rubi, karena Mas mangkir syuting. Rubi kena semprot sama sutradara, lawan main Mas juga marah-marah mulu kayak nenek lampir, katanya Mas itu udah memperlambat pekerjaan dia. Mas yang gak datang, Rubi yang diomelin. Mas itu kok tega banget gitu. Mas kan bukan manusia purba, udah punya handphone, ya bok dikabarin dong Rubinya, biar semua aman damai sentosa, makmur dan jaya selalu...."

"Rubi gue boleh minta tolong?" Biru memotong ucapan Rubi.

"Boleh Mas, apa Mas?"

"Gue minta tolong, lu diem dulu ya. Gue mau makan dengan damai."

"Wah kalau Mas minta tolong yang itu, Rubi gak bisa. Soalnya hal yang paling susah Rubi lakukan di dunia adalah diam Mas, mulut Rubi selalu gatal pengen ngomong Mas."

"Gue gak mau tau, pokoknya lu diam. Jangan nyerocos mulu!"

"Iya iya, Mas. Masnya juga jangan marah-marah mulu, liat tuh Mas urat-urat Mas sampe mau keluar."

"Gue gue nyuruh lu diem, malah ngebacot lagi! Lu ngerti gak sih bahasa manusia?"

"Rubi ngertinya bahasa Indonesia Mas. Kalau bahasa manusia kan banyak macamnya, ada manusia yang pake bahasa Indonesia, ada yang pake bahasa Inggris, ada yang pake bahasa Korea..."

"RUBI!" Biru lagi-lagi memotong ucapan Biru.

"Ya mas kan tadi nanya, ya Rubi jawab. Masnya aneh deh."

"Yaudah sekarang diam! Abis ini jangan dijawab lagi omongan gue, jangan ngomong apa-apa, diem pokoknya."

Rubi menganggukkan kepalanya, kali ini Rubi menuruti perintah Biru, dia menutup mulutnya rapat-rapat.

"Nah gini kan enak." Biru membatin
...

Malam ini, Biru pulang ke rumah lebih awal, karena ia ingin berbicara serius dengan Papanya, Pak Brmantyo. Biru tidak bisa tinggal diam begitu saja, atas perbuatan bejat yang sudah dilakukan oleh Papanya di belakang dibelakangnya dan juga dibelakang Mamanya.

"Papa, keluar!" Biru berteriak dari ruang tengah.

"Papa, keluar! Biru mau bicara, ini penting."

Selang beberapa menit kemudian, Pak Bramantyo bersama Bu Hartini, menghampiri Biru di ruang tengah.

"Ada apa Biru? Kenapa kamu teriak-teriak kayak tadi, kita tinggal di rumah bukan di hutan, jadi gak usah teriak-teriak begitu."

"Pa, coba Papa jelasin sama Biru. Kenapa Papa bisa selingkuh sama pacar Biru, kenapa Pa?"

"Ya karena kami saling mencintai! Kenapa, kamu keberatan? Mau marah-marah sama Papa? Kamu pikir Papa peduli Biru? Enggak, Papa gak peduli!"

"Sial!"Biru mengepalkan telapak tangannya.

"Pa! Selama ini Biru gak peduli Papa mau punya selingkuhan sebanyak apapun, Biru gak peduli karena Biru tau Papa itu lelaki bejat! Tapi ini yang jadi selingkuhan Papa, pacar Biru Pa. Cinta pertama Biru, Biru gak bisa terima gitu aja!"

BI-RU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang