Part 35

1.2K 133 24
                                    

Happy Reading
...

Hujatan dan cacian masih terus dilancarkan oleh netizien kepada Biru. Selain itu acara-acara gosip juga memanfaatkan keadaan ini dengan serakah, bayangkan saja dua pekan terakhir ini setiap hari acara gosip selalu menyisipkan pembirataan soal permasalahan Biru ini dalam headline utama mereka.

Para wartawan menjaring banyak narasumber untuk permasalahan Biru ini, dari narasumber yang penting sampai narasumber yang tidak ada hubungannya sama sekali juga ikut jadi target wawancara. 

Mulai dari tetangga Biru bahkan sampai satpam di W Entertaiment juga tak luput dari target para wartawan untuk diwawancarai. Yang tidak ada hubungannya pun ikut diwawancarai untuk sekadar meramaikan.

Biru dan pihak managementnya tidak diberi panggung untuk melakukan klarifikasi. Barangkali saat ini di mata netizien, Biru nafas saja sudah salah.

Mereka memperlakukan Biru selayaknya pendosa yang pantas mendapat hukuman seumur hidup. Tidak ada lagi istilah memanusiakan manusia dalam kasus Biru ini..

Begitulah saat ini jari jemari netizien terkadang lebih tajam dari pisau sekalipun, jari jemari mereka yang mengirim kata-kata kejam tak jarang menjadi penyebab mental orang lain terbunuh bahkan menjadi penyebab orang lain memilih mengakhiri hidupnya. Miris memang, kelihatannya sepele hanya sebuah komentar tetapi akibatnya bisa sangatlah fatal.

Tentu saja, kedaan ini tidak akan separah sekarang tanpa campur tangan Pak Bramantyo. Semuanya telah diatur oleh Pak Bramantyo bagaimana caranya supaya Biru benar-benar dikucilkan, hingga akhirnya Biru akan mati secara perlahan karena tidak sanggup menanggung semuanya.

Sesuai dengan harapan Pak Bramantyo, perlahan kondisi mental Biru semakin memburuk, Biru bahksn sudah sampai pada satu titik dimana hati dan pikiran Biru tidak sanggup lagi memproses semuanya dengan cara yang benar.

Hati dan pikiran Biru sudah cukup lelah dengan semua hujatan dan cacian yang harus ia terima setiap harinya. Belum lagi segala teror yang dikirim di rumahnya, hampir setiap hari selalu ada kiriman boneka berlumur darah, bangkai tikus, bangkai ayam yang ditelakkan di depan pintu rumahnya dengan Rubi.

Biru dan Rubi bahkan tidak punya wajah lagi untuk berkeliaran di luar rumah, setiap mereka berada di ruang publik selalu dipandangan dengan tatapan intimidasi, orang-orang akan berbisik-bisik membuat mereka berdua merasa tidak nyaman. Parahnya, ada yang sampai melempari mereka telur busuk dan hal-hal jahat lainnya.

Selain itu, Biru juga harus merelakan kariernya yang tengah berada di puncak, kandas secara sia-si. Biru tidak memiliki kekuatan apa-apa lagi, dia sudah diboikot dimana-mana.

Kurang menyedihkan apa lagi hidup Biru? Sudah mendapat hujatan, diteror, diboikot, dan Biru juga sekarang menjadi pengangguran. Sudah dipastikan akan sulit bagi Biru untuk mendapatkan pekerjaan baru.
...

Sore ini, Biru duduk di depan jendela kamarnya. Memperhatikan guyuran hujan yang begitu deras. Hujannya sangat deras disertai dengan kilat dan petir.

Biru sama sekali tidak terlihat terganggu dengan kilat tersebut, Biru juga tidak tampak terkejut dengan suara petir yang menggelegar.

Karena sebenarnya sorot mata Biru sudah tampak kosong. Jiwanya entah berada dimana saat ini.

Rubi hanya bisa mengawasi Biru dari kejauhan karena mau diajak bicara pun tidak ada respon.

Rubi mengusap air mata yang mengalir di wajahnya, walaupun permasalahan yang sedang mereka hadapi sangatlah berat, di samping itu semua sebenarnya Rubi lebih mengkhawatirkan kondisi Biru.

Rubi tidak bisa menahan air matanya setiap kali melihat wajah pucat Biru, dan tatapan kosong Biru. Melihat Biru-nya yang biasa ceria menjadi seperti ini, bukanlah suatu hal yang mudah untuk Rubi.

BI-RU Where stories live. Discover now