Part 37

1.5K 152 19
                                    

Happy Reading
....

Pak Bramantyo ditemukan tewas di kamarnya, disebabkan karena overdosis obat tidur. Diduga penyebab utama Pak Bramantyo menelan obat tidur sampai sebanyak itu, karena depresi yang dialaminya pasca semua hartanya disita oleh Negara.

Pak Bramantyo telah terbukti melakukan penggelapan dana, yang telah merugikan banyak pihak. Pak Bramantyo juga terlilit hutang dengan nominal yang cukup banyak.

Yang berujung pada depresi dan serangan panik, Pak Bramantyo terus dibayang-bayangi oleh kemungkinan-kemungkinan buruk yang menimpanya, sehingga tanpa sadar ia telah menelan obat tidur dalam jumlah yang banyak.

Depresi juga dibalas dengan depresi, bahkan akibat yang diterima Pak Bramantyo jauh lebih fatal, sesuai dengan akal liciknya.

Pak Bramantyo telah mendapatkan ganjaran atas perbuatannya, di dunia Allah sudah tunjukkan betapa hina derajatnya di dunia, menjemput ajal dengan kondisi yang tidak mengingat Tuhan.

Sementara itu kehidupan Biru dan Rubi juga kembali lebih tenang dan damai.
...
28 September 2022

Anak kecil berusia sekitar 2 tahun, berlari-lari kecil mengitari halaman belakang rumah.

Namanya Saga Bagaskara, buah hati dari Biru dan Rubi.

Dalam rentang waktu 2 tahun lebih, Rubi telah melalui perjalanan yang begitu panjang. Melalui kehamilannya 9 Bulan tanpa bantuan suami, menghadapi permasalahan finansial pasca permasalahan yang mereka hadapi.

"Saga, Makan dulu Nak. Jangan lari-lari."Rubi mengekori Saga dari belakang.

Saga tetap berlari dengan semangat.

"Aaaa."

Saga berteriak, ketika tiba-tiba Biru muncul dari kamar, menyebabkan Saga menabrak kaki Biru.

Biru menatap Saga seperkian detik, sebelum akhirnya ia melenggang pergi menuju Dapur.

Rubi menatap pemandangan yang ada di hadapannya ini dengan berlinangan air mata. Saga dan Biru tidak terlihat seperti Ayah dan Anak, Saga bahkan selalu takut ketika melihat Biru.

Jika bukan karena Pak Bramantyo, barangkali mereka saat ini sudah berbahagia, menjadi keluarga kecil yang harmonis.

Bukankah kebahagiaan suami dan istri adalah kehadiran seorang anak? Biru dan Rubi sudah mendapatkannya, tetapi kebahagiaan atas kehadiran Saga belum mengiringi keluarga kecil mereka, masih ada yang kurang.

Karena mental Biru belum bisa kembali normal.

Saga berlari ke arah Rubi, merentangkan tangannya minta digendong.

"Ma... ma."celoteh Saga, bulir-bulir hangat melintasi pipi Saga.

"Cup cup jangan nangis dong gantengnya Mama, kalau nangis gantengnya ilang nih."

Rubi mengusap air mata Saga dengan ujung jempolnya, Rubi menarik-narik pipi Saga untuk mengalihkan perhatian Saga, supaya anaknya itu tidak merasa ketakutan lagi.

"Tut.."Saga menunjuk ke arah dapur, maksud Saga adalah Saga takut dengan Biru.

"Itu Papa Nak. Papa kan lagi sakit, Makanya belum bisa main sama Saga, doain Papa cepat sembuh ya. Biar Saga bisa main sama Papa."Rubi mencium pipi Saga.

Seolah mengerti dengan kesedihan Mamanya, Saga kembali tersenyum.

"Kamu itu kekuatan Pap dan Mama, Sayang. Sehat-sehat ya Nak. Jadi anak yang sholeh, anak yang pintar, anak yang baik kebanggaan Papa sama Mama."Rubi mendekap erat putra satu-satunya itu
..

Seperti biasa ketika sore hari, Biru akan duduk di depan jendela kamar. Hanya duduk saja, tanpa melakukan apa-apa.

Lalu Rubi akan membuatkan teh melati, dan menyiapkan cemilan untuk Biru. Terkadang Biru meminum tehnya, dan memakan cemilan yang disiapkan Rubi, dan terkadang Biru tidak menyentuhnya sama sekali. Tidak ada yang bisa menebak mood Biru setiap harinya.

"Mas, ini teh sama cemilannya ya. Rubi taruh di atas meja."Rubi meletakkan nampan yang ia bawa ke atas meja.

Biru merespon dengan menganggukkan kepalanya. Dan Biru pun kembali fokus menatap hamparan rumput yang berada di luar jendela.

Rubi mengambil sisir dari laci meja,setelahnya Rubi mendekat ke arah Biru. Rubi menyisir rambut Biru yang berantakan dengan telaten.

Waktu awal-awal Biru mengalami depresi, Biru akan memberontak jika disentuh oleh siapapun. Tapi setelah Biru mendapatkan terapi khusus baik dari segi medis maupun dari segi pengobatan yang berdasarkan syariat Islam, kondisi Biru perlahan membaik. Emosi Biru sudah lebih terkontrol.

"Gantengnya suami Rubi."Rubi berseru senang.

Tanpa Rubi sadari, Biru tersenyum seperkian detik, senyuman yang sangat singkat. Menandakan dalam alam bawah sadarnya Biru senang mendapat pujian dari Rubi.

"Semoga kamu cepat sembuh ya, Mas."Rubi memberanikan diri mengecup kening Biru.

Tangan kekar Biru, menahan lengan Rubi. Rubi tentu saja merasa was-was, Rubi khawatir kalau-kalau Biru tidak senang dengan sentuhan yang baru saja ia berikan.

Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Tanpa diduga Biru malah memeluk Rubi.

"Mas,"ucap Rubi menggantung.

Tidak ada jawaban apapun, Biru hanya memberikan sebuah pelukan, tanpa penjelasan. Hanya sebuah pelukan.

"Terimakasih, Mas."

Meskipun Biru tidak mengatakan apa-apa, Rubi sudah merasa sangat senang dipeluk oleh Biru, ini moment yang langka untuk Biru dan Rubi saat ini.

Sekecil apapun itu perkembangan kesehatan Biru, selalu menghadirkan rasa syukur yang tidak terkira untuk Rubi.
...

Tbc

Update, yeay🤭

BI-RU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang