Part 8

1.5K 184 26
                                    

Happy Reading
...

Biru kembali memikirkan permintaan Mamanya tempo hari lalu, Biru ingin sekali menuruti permintaan Mamanya. Tapi di satu sisi, Biru tidak tahu harus berbuat apa. Wanita satu-satunya yang ingin dikenalkan Biru kepada Mamanya sebagai calon mantu sebenarnya hanyalah Widya saja, namun keadaannya sekarang sudah sangat berbeda. Widya bukan lagi wanita yang sama dengan wanita yang teramat ia cintai, Widya telah menjelma menjadi seorang pelakor, dalam hubungan Mama dan Papa Biru.

"Dari hari ke hari, kondisi Mama makin drop. Gue bener-bener takut kehilangan Mama."Biru mengusap wajahnya.

"Dan soal permintaan Mama, gue harus gimana? Satu sisi, gue gak tega ngeliat Mama kecewa, satu sisi lagi gue bener-bener gak tau harus ngenalin siapa sama Mama, hati gue udah mati rasa."Biru bermonolog.

"Arkh. Kenapa hidup gue gini amat sih!"Biru meninju meja yang ada di hadapannya.

Mendengar suara ribut-ribut dari dalam, Rubi yang baru masuk pagar Basecamp langsung berlari masuk ke dalam.

"Assalamualaikum. Mas kenapa? Ada maling Mas?"Rubi memasang ekspresi siaga satu.

"Lu beli ketopraknya sampe ke Afrika? Lama banget!"

"Mas'e ngaur ih, Di Afrika mana ada ketoprak. Lagian masa iya ke Afrika satu jam doang, Mas. Rubi kan gak punya pintu Doraemon, gak bisa lah Mas."

"Otak lu pentium berapa sih Woy!" Biru geleng-geleng kepala.

"Emang otak ada pentiumnya Mas?"

"Au ah gelap, mending lu siapain ketopraknya, bawa minum sekalian. Gue udah laper."

"Siap Bos."Rubi berdiri tegak sambil menghormat.

Baru beberapa detik melangkah, Rubi berbalik badan lagi.

"Mas,"ucap Rubi.

"Kenapa?"

"Airnya mau hangat atau dingin?"tanya Rubi dengan ekspresi polosnya.

"Air dingin aja."

"Oke."

Rubi kembali melangkah, dan baru dua langkah, Rubi berbalik arah lagi.

"Mas."

"Ada apa lagi Rubi!"Biru menghela nafas frustasi.

"Air dinginnya mau yang dari kulkas, atau air biasa dikasi es batu?"

"PAKE BATU AKIK AJA RUBI!"jawab Biru dengan nada tinggi.

"Batu Akik?"

"Ambil kulkas aja ya Rubi. Please abis ini lu jangan nanya-nanya lagi, kalau nanya-nanya lagi gue jait entar mulut lu!"

"Iya ya, Masnya kok sadis amat ya. Jangan-jangan Mas masih satu garis keturunan ya sama Sumanto."Rubi menggerutu.

"Jangan menggerutu, atau gue jait entar mulut lu!"

Rubi berjalan cepat menuju Pantry Basecamp.

Sementara itu, setelah melihat Rubi muncullah ide cemerlang di benak Biru.

"Apa untuk sementara waktu, gue ngenalin Rubi aja ya sama Mama. Setidaknya bisalah untuk nyenangin Mama, sembari itu gue cari deh siapa kira-kira yang cocok gantiin posisi Widya di hati gue. Pinter juga lu Ru, gak sia-sia dulu waktu kuliah lu dapat IPK 4,00. Anjay." Biru tersenyum lebar.

"Eh tapi, Rubi mau gak ya bantuin gue?"

"Harus mau lah ya, gue kan Bosnya. Kalau gak mau gue ancem aja, dengan anceman dipecat."Biru yang bertanya, dia juga yang menjawab sendiri.

Tak lama setelah itu, Rubi datang membawa sepiring ketoprak dan secangkir air dingin untuk Biru.

"Rub, duduk deh. Ada yang mau gue omongin sama lu."

Biru memaparkan ide gilanya itu kepada Rubi, lengkap dengan konsekuensi kalau Rubi berani menolak.

"Enggak Rubi gak bisa Mas, bohongin orangtua itu dosa besar Mas. Kalau mau masuk neraka, jangan ajak-ajak Rubi dong Mas!"Rubi menolak dengan tegas.

"Yaudah, gue mah gampang aja ya. Lu gak mau, gue tinggal cari Asisten baru. Lu boleh angkat kaki dari sini."

"Gak bisa gitu dong Mas, ini itu udah melanggar kontrak kerja Mas."

"Gue gak peduli, yang Bos disini itu gue. Jadi gue berhak mau ngapain aja. Pilihan ada di tangan lu Rub, nyari kerjaan gak mudah loh, atau jangan-jangan lu ada rencana mau jadi gelandangan di Kota Jakarta ini?"

"Mas, Rubi mohon jangan gini dong. Rubi janji akan kerja lebih keras dua kali lipat, tapi jangan nyuruh Rubi ngelakuin hal-hal seperti itu Mas, Rubi gak bisa." Rubi menangkupkan kedua telapak tangannya memohon.

"Oke, berarti lu memilih untuk dipecat ya? Baik, lu bisa angkat kaki dari sini, bawa semua barang-barang lu."

"Mas, jangan gini dong Mas."

"Gak usah banyak cerita, sekarang lu keluar dari sini. Mulai detik ini, lu bukan Asisten gue lagi."

Rubi memejamkan matanya, terbayang olehnya raut wajah Ibu, Bapak dan Adik-adiknya di Kampung.

"Baiklah, Rubi bersedia. Rubi akan melakukan semua perintah Mas, ini semua Rubi lakukan demi keluarga Rubi, Mas."

"Bagus, anak pinter. Dari tadi kek."Biru tersenyum evil.
...

Hari ini, Biru akan mengenalkan Rubi kepada Mamanya. Sebelumnya, Biru mengajak Rubi untuk mampir di Toko Butik terlebih dahulu, Biru merasa perlu mengganti baju yang dikenakan oleh Rubi, walaupun hanya settingan tetap saja Biru tidak mau menurunkan standar tipenya di depan Mamanya.

"Kita ngapain ke sini Mas?"tanya Rubi bingung.

"Mamanya Mas kan di Rumah Sakit, kok kita malah ke Toko Baju Mas."

"Lu bisa gak sih, jangan bawel. Ikut aja, jangan banyak nanya."

Rubi mengerucutkan bibirnya, meskipun merasa dongkol, Rubi tetap harus mengikuti Biru dari belakang.

"Mbak, tolong ya pilihin koleksi terbagus kalian untuk dia. Gue percayain ini sama Mbak,"ucap Biru kepada pemilik Butik yang langsung menyambut kedatangan mereka dengan hangat.

"Oke, mau sekalian di make-up gak nih?"

"Iya sekalian Mbak."

Rubi yang tidak mengerti apa-apa mau tidak mau pada akhirnya merelakan dirinya untuk dibawa pemilik Butik tersebut untuk mencoba berbagai pakain.

Sembari menunggu, Rubi selesai didandani. Biru mengisi waktu luangnya untuk main game.
...

Mbak Ida menuntun Rubi ke ruang tunggu untuk menemui Biru.

"Biru, udah nih."Mbak Ida menepuk bahu Biru.

"Iya Mbak."

Biru mengalihkan pandangannya ke arah Rubi. Biru mengamati penampilan Rubi dari atas sampai bawah, sampai-sampai ia tak berkedip.

"Gimana cantik kan? Dia berpotensi jadi Model loh Ru, cantiknya alami banget."

"Biru?"Mbak Ida mengibas-ibaskan tangannya di depan wajah Biru.

"Eh apa tadi Mbak?"Biru garuk-garuk kepala salah tingkah.

"Kamu ngeliatin Rubinya gitu banget, mata kamu sampe kayak mau keluar. Tapi emang Rubi cantiknya kebangetan sih Ru, dipoles sedikit aja udah wow banget. Kapan-kapan Mbak ajakin Rubi pemotretan untuk Brand Mbak, boleh ya?"

"Boleh Mbak,"jawab Biru dengan pelan.

Jujur saja Biru, tidak menyangka hasilnya Rubi akan secantik ini kalau sudah dandan, Biru sampai terpelongo seperti orang idiot.

"Mas, kita kapan berangkatnya?Keburu sore." Rubi akhirnya buka suara.

"Eh iya, Mbak nanti saya TF ya kayak biasa. Makasih Mbak, kita pamit."
...

Tbc

Hola akhirnya daku Up lagi.

Kuy ramaikan.



BI-RU Where stories live. Discover now