Part 1

5.7K 350 52
                                    

Happy Reading
....

Basecamp Rambo merupakan suatu tempat berkumpulnya para lelaki hits Jakarta. Mereka adalah Biru, Langit, Bumi, Budi, dan Dilan. Mereka semua, sama-sama berprofesi sebagai Aktor, yang sudah malang melintang di dunia akting sejak mereka masih duduk di bangku SMA.

Tentu saja keberuntungan mereka ber-lima tidaklah selalu sama, bisa dikatakan sampai sekarang yang jadi bintangnya masih tetap berada di tangan Biru, jam terbangnya di dunia entartaiment lebih banyak jika dibandingkan teman-temannya yang lain.

Saat ini, mereka tengah bersama-sama berlatih main musik, karena mereka memiliki planning untuk membuat band sendiri dalam waktu dekat. Hal ini menjadikan mereka semakin sering berkumpul di Basecamp, yang mereka beri nama Basecamp Rambo.

"Gue datang."

Seorang lelaki bertubuh gempal memasuki Basecamp Rambo, Namanya Reynaldi.

"Harusnya bilang Assalamualaikum dong Mas,"celetuk seorang wanita yang dibawa Rey turut serta ke dalam Basecamp.

"Oh iya, Assalamualaikum,"ralat Rey.

"Siapa Rey? Selingkuhan lu? Wa kacau!"Budi bersuara.

"Astaghfirullah, fitnah lebih kejam bro daripada pembunuhan."

"Bukannya dijawab salam yang tadi, malah ngobrol. Mas-Masnya pas pelajaran Agama suka bolos ya kayaknya?"celoteh wanita itu lagi.

"Waalaikumsalam. Dia siapa sih Rey?" tanya Langit dengan tenang.

"Asisten Baru Biru,"jawab Rey.

"Hah, Asisten buat gue? Bangsat! Lo nyari mati ya Rey! Masa lu ngasi Asisten udik gini sama gue, apa kata dunia! Lu yang bener aja dong!"

Biru yang sejak tadi tidak tertarik dengan obrolan mereka, begitu mendengar jawaban Rey taringnya nyaris keluar.

"Dunia gak bisa ngomong kali Mas, Masnya pernah sekolah gak sih? Udah gitu ngatain Rubi udik lagi, jahat banget."

"Nama kamu Rubi?" tanya Langit.

"Iya, nama saya Rubi, Rubi Namira."

"Gue gak mau dia jadi asisten gue! Mending sekarang lu bawa dia keluar dari sini sebelum taring gue keluar! Dia itu cocoknya lu suruh jualan jengkol aja di Pasar. Itu jauh lebih cocok."

"Enggak bisa Ru, ini udah pilihan terakhir, gue udah cukup capek nyari asisten buat lu, gak ada yang betah. Ini udah yang paling tahan banting, anti bocor. Kalau lu gak mau, lu aja yang cari asisten sendiri. Gue gak bersedia lagi. Gue capek Ru."

Rey ini adalah Manegernya Biru, dia sudah cukup pontang-panting mencarikan Asisten untuk Biru, karena Asisten Biru rata-rata hanya betah bekerja dengan Biru hitungan bulan paling lama 5 Bulan. Kali ini dia optimis Rubi akan menjadi pencarian terakhirnya untuk jadi Asisten Biru, mengingat Rubi sangat lugu dan polos.

"Mas bisa ngeluarin taring? Mas siluman ya? Serem ih."Rubi bergidik ngeri.

"Rey! Lu bener-bener gak waras kayaknya. Lu mungut cewe ini dari mana coba?"

"Enak aja dipungut, emangnya Rubi sampah. Selain suka bolos di pelajaran Agama, Masnya juga sering bolos pas pelajaran PPKn ya? Oh iya Masnya kan Siluman, kalau Siluman gak sekolah ya Mas?"Rubi lagi-lagi bersuara dengan segala kalimat ajaibnya.

"Lu kalau ngomong dijaga, gue jait entar tu mulut. Enak aja, ganteng gini dibilang Siluman. Yang ada elu lebih cocok disebut cewek jadi-jadian."

"Oh Masnya Manusia? Kok bisa punya taring?"tanya Rubi dengan mimik serius.

"Bodo amat Anjir, urus dong ni Rey. Sebelum gue khilaf nge-mixer dia jadi Dalgona."Biru berdecak kesal.

"Lucu nih si Rubi. Gue suka."

Budi tertawa renyah, dia merasa sangat senang, karena selama ini belum ada satu asisten Biru pun yang berani menentang ucapan Biru.

"Makasih Mas, nama Masnya siapa tadi?" tanya Rubi.

"Budi, orang paling ganteng se-Indonesia Raya."

"Iya ya nama Mas kan selalu Hits sih di Pelajaran Bahasa Indonesia. Biasa tuh kalimatnya, Ini Budi, Ini Ibu Budi, Ini Bapak Budi, ada gambarnya gitu."

Sekarang giliran yang lain yang menertawakan Budi, Dilan bahkan sampai merasa sesak buang air kecil.

"Sumpah Ru, dia harus banget jadi asisten lu. Lucu." Dilan masih belum bisa mengontrol tawanya.

"Mas ketawanya udah kayak mau kesurupan ya, hati-hati loh Mas. Ngomong-ngomong nama Mas, siapa?"tanya Rubi.

"Gue, Dilan." Dilan masih tersenyum lebar.

"Dilan, Mas jago pantun dong ya?" tanya Rubi.

"Hah Pantun?"

" Dilan yang  suka pantun itu ya?"

"Bukan Rubi, Dilan yang di film kan? Jago gombal dia tuh,"ucap Langit dengan lembut.

"Jadi okelah ya Ru, Rubi jadi Asisten lu aja?"

"Yaudah, gue juga gak yakin dia bakal betah. Gue mau liat sampai mana kemampuan dia jadi Asisten gue." Biru melipat kedua tangannya di atas dada.

"Gue sih yakin dia bakal betah." Untuk pertama kalinya Bumi bersuara.

"Gue juga, sepakat sama Bumi,"sambung Langit.

"Iya kita liat aja." Biru tersenyum evil.
...

Meskipun tidak diterima dengan cara yang baik oleh Biru, Rubi akhirnya resmi jadi Asisten Biru.

Biru mengatakan Rubi bisa mulai bekerja esok hari, selepas mencatat semua hal-hal penting mengenai Biru dan apa-apa saja yang biasanya dibutuhkan Biru ketika Syuting, Rubi kembali ke kontrakan yang biasa ia tempati bersama Kakaknya Rudi.

"Assalamualaikum Kak."

"Waalaikumsalam." Rudi membuka pintu.

"Kamu dari mana aja sih Dek? Udah malam gini baru pulang, Kakak panik nyariin kamu. Handphone kamu gak aktif lagi."

"Tebak Rubi baru dapat apa?" tanya Rubi dengan tatapan berbinar-binar.

"Jawab dulu pertanyaan Kakak tadi, kamu abis dari mana? Kamu kan baru seminggu di Jakarta Dek, kalau kamu nyasar gimana coba."

"Rubi nyari kerjaan Kak, Alhamdulillah Rubi udah dapat kerjaan. Rubi seneng banget." Dengan gerakan cepat Rubi mendekap tubuh Kakaknya.

"Dek." Rudi hampir terjungkal karena mendapat dekapan yang tiba-tiba dari Rubi.

"Maafin Kakak ya Bi, Gara-gara Kakak dipecat dari Kantor kamu jadi harus ikut mengadu nasib di Jakarta." Rudi mengusap puncuk kepala Rubi dengan lembut.

"Jangan ngomong gitu Kak, Rubi seneng kok bisa bantu Kakak. Jadi, Kakak jangan mikir yang enggak-enggak ya. Kita berjuang bersama-sama. Ini semua demi Bapak, Ibu dan Adik-adik kita di kampung Kak." Rubi semakin mengeratkan pelukannya pada dada bidang Kakak kesayangannya itu.

"Kakak selalu bersyukur diberikan Adik menggemaskan seperti kamu." Rudi terkekeh, sambil mengecup puncuk kepala Rubi.
...

Biru, seperti biasa selalu pulang larut malam. Pulang adalah satu hal, yang sangat memuakkan untuk Biru.

Baru tiba di depan rumah, Biru sudah disambut dengan suara melengking yang berasal dari dalam rumah.

Sepertinya Mama dan Papa Biru sudah pulang, dan kembali terlibat dalam pertengkaran yang entah kapan usainya.

"Dasar tua bangka brengsek, taunya hanya menjatuhkan harga diri istri di depan teman-teman!"

Sayup-sayup Biru dapat mendengar teriakan Mamanya, Biru tidak jadi membuka pintu rumahnya.

"Mereka selalu menjadikan rumah ini seperti neraka, sial!"Biru mengumpat.

Biru kembali berbalik arah, dia tidak jadi masuk ke dalam rumah.

Malam ini, lagi dan lagi Biru memutuskan untuk mengungsi ke rumah Langit.
...

Tbc

BI-RU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang