Part 3

1.7K 237 31
                                    

Happy Reading
...

Selain harus siap siaga menemani Biru di lokasi syuting, menyiapkan semua keperluan Biru. Rubi juga diharuskan selalu ikut bersama Biru, walaupun Biru hanya sekedar nongkrong di Basecamp. Rubi sampai punya julukan baru untuk Biru, Inces Biru, Syahrini mah lewat.

Rubi datang membawa secangkir teh untuk Biru.

"Ini Mas."Rubi melatakkannya di atas meja.

"Buat gue? Gue kan tadi mesennya kopi, congek di telinga lu udah nyampe berapa kilo sih woy! Makanya kalau gue ngomong, telinga lu buka lebar-lebar!" Biru menggerutu.

"Loh Mas mesen kopi  tadi?"

"YA IYA RUBI!"

"Maaf-maaf deh Mas, soalnya kan Mas biasa mesen teh."

"Pake ngeles segala, emang dasarnya lu aja yang budek, kayak Haji Bolot."

"Haji bolot siapa Mas? Bapaknya Mas?"

"RUBI! tolonglah jangan buat gue makin emosi!"

"Iya iya Maaf. Mas kalau marah-marah mulu, lama-lama mirip Squidward, warga bikini bottom itu loh Mas."

"RUBI!"

"Eh eh, bukan gitu maksud Rubi."

Wajah Biru sudah memerah, tampak ia sangat terbawa emosi, rahangnya mulai mengeras.

"Mas, tarik nafas." Spontan Biru mengikuti instruksi Rubi.

"Buang, tarik nafas lagi." Biru lagi-lagi mengikutinya.

"Gimana udah lega kan Mas?"

Sementara itu, Biru masih menahan nafas. Matanya melotot sempurna.

"Iya lega, sampai gue nyaris kehabisan nafas. Lu nyuruh tarik nafas, tapi gak nyuruh buang lagi, kampret." Biru berdecak kesal.

"Loh, harusnya Mas inisiatif sendiri dong. Logikanya Mas masa mau tarik nafas mulu gak dibuang-buang."

"Rubi, sekarang juga lu enyah dari hadapan gue! Sebelum gue khilaf, jambak rambut lo itu sampe botak. Gue itung sampe tiga ya."

"Satu...."

"Dua...."

"Ti..."

Rubi langsung berlari secepat kilat menghilang dari jarak pandang Biru.
Saat Rubi berlari menuju halaman depan, handphone di sakunya bergetar.

"Runiya? Ada apa ya." Rubi langsung menenak tombol hijau di layar handphonenya tersebut.

"Assalamualaikum Niya,  ada apa dek? Ibu sama Bapak baik-baik aja kan?"

"Waalaikumsalam. Maaf ya Kak kalau Niya mengganggu waktu Kakak sebentar."

"Iya ndak papa, apa ada yang terjadi?"

"Ini Kak, Anu..."

"Dek, jangan buat Kakak parno gini dong. Coba cerita yang jelas."

"Uang OSIS, sama uang Pramuka Niya udah nunggak 4 bulan Kak, terus Cicilan baju olahraga sama batik Niya dan Rumana juga belum lunas. Semalam Ibu wali kelas udah mendesak supaya kita bisa membayarnya minggu ini Kak. Niya bingung harus gimana Kak, sudah tiga hari ini Bapak tidak narik angkot, karena Bapak sakit keras, dagangan Ibu juga setiap hari selalu lebih banyak Kak. Niya bingung Kak."

"Ya ampun Dek, kenapa baru ngabari Kakak sekarang, tau gitu kan langsung Kakak transfer, gunanya Kakak sama Kak Rudi bekerja di Jakarta kan untuk kalian Dek, berapa dek jumlahnya?"

BI-RU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang