BAB 11

274 49 2
                                    

***

Sikap Dara benarbenar berubah 180°. Dia jadi pemurung dan makannya pun hanya sedikit. Mengetahui orangtuanya akan bercerai membuat anak itu sangat terpukul. Vio jadi sedih melihatnya.

Bagi Vio, Dara mengingatkannya pada saat dia masih kecil dulu. Dara ditelantarkan ayah, sementara Vio ditelantarkan ibu. Jangan tanya lebih sakit mana. Duaduanya meninggalkan luka yang sama, membekas di hati mereka.
Kelakuan Dara yang selalu melekat pada Haidar pasti disebabkan karena keadaan rumahnya, pikir Vio. Ayahnya tak pernah memberi kasih sayang jadi dia menagih kasih dari pria lain. Dan kebetulan yang dekat dengannya Haidar. Sekarang Haidar menikah dengan Vio, pasti Dara sangat takut kasih sayangnya akan berkurang.

Dulu setiap kali Vio menangis, akan ada orang yang selalu menenangkannya. Dia melihat Dara tak memiliki teman berinisiatif untuk mengajak Lily tinggal dengannya juga selama beberapa hari, untuk membuat Dara ceria lagi. Lily lebih tua satu atau dua tahun dari Dara, Vio masih tak pasti. Yang jelas gap umur mereka tak terlalu jauu, jadi masih cocok bermain bersama.

"Lily, Dara ... mulai sekarang kalian berteman okay?" ucap Vio setelah memperkenalkan keduanya.

Lily menggangguk patuh, sementara Dara seperti takut. Dia memegang ujung baju Vio dan berdiri bersembunyi di belakangnya.
"Kenapa?" tanya Vio berjongkok menghadap Dara.
Sikap Dara pada Vio sudah lebih baik dari sebelumnya. Dan meski sepatah, Dara akan selalu menjawab jika ditanya oleh Vio.

"Kasih sayang Oom dan Tante padaku akan terbagi juga untuknya," ucap Dara melirik Lily.

"Tidak sayang. Sayang kami pada Lily tak membuat sayang kami padamu berkurang. Membagi kasih sayang bukan berarti kami hanya memiliki satu kasih sayang lalu dibagi untuk semua orang. Justru sebaliknya, semakin banyak kita membagi kasih sayang artinya rasa sayang yang kita miliki semakin bertambah. Sayang yang kami beri untukmu, tidak mengambil dari sayang yang kami beri untuk orang lain. Begitu pun sebaliknya."
Sebenarnya Vio tak tahu ngomong apa barusan. Tapi semoga saja Dara bisa paham dengan apa yang dimaksud.
Vio menoleh pada Lily, "kamu bereskan barangmu dulu ya. Dara akan menunjukkan kamar kalian."

Lily sangat patuh dan mengangguk lagi.

"Jangan sedih, ajak Kak Lily ke kamar!" ucap Vio lagi pada Dara. Dia mengusap lembut kepala Dara.

Dara melirik Lily dan tibatiba meraih tangan Lily.
"Ayo aku tunjukkan kamar kita!" ucap Dara.

Mereka pun pergi ke kamar.
Vio mengembus nafas lega melihat kedua anak itu.

***

Meski awalnya sulit menerima satu sama lain, tapi hubungan Dara dan Lily semakin dekat. Mereka semakin akrab saja. Dara jadi sering tertawa.
Tak terasa sudah hampir sebulan sejak mereka pertama kali dipertemukan dan Dara mulai menujukkan sikap yang berbeda. Menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Lily hanya tinggal seminggu saja di rumah Vio dan Haidar, setelah itu dia kembali pulang ke rumahnya. Tapi setiap pulang sekolah dia akan dijemput datang ke rumah Vio untuk bermain dengan Dara. Saat malam diantar pulang kembali ke rumahnya.

"Arrrghhhh!"

Teriakan Dara membuat Vio dan Haidar yang sedang bersantai terkejut dan berlari ke halaman belakang.

"Innalillah!" Vio kaget melihat Dara jatuh ke kolam.

Haidar tanpa babibu langsung turun menyelamatkan.

"Dara okay?" tanya Haidar begitu anak itu diangkat ke tepi.

"Dara tak mau bermain dengan Kak Lily lagi!" ucap Dara marah lalu berlari ke rumah, tapi sebelumnya dia sengaja menbarak diri ke Lily. Hamoir jatuh juga Lily ke kolam tapi berhasil dipegangi Vio.

Haidar mengerutkan kening menatap Lily lalu cepat menyusul Dara ke rumah.

"Lily tak sengaja!" ucap Lily pada Vio.

"Iya sayang. Kakak tahu!" Vio memeluk Lily menenangkannya. Bisa dilihat Lily juga sangat terkejut saat Dara jatuh tadi.

Di dalam rumah, Haidar pergi ke kamar Dara.
Di sana Dara mengamuk dan mengeluarkan barang Lily dari lemari. Meski tak menginao lagi tapi beberapa barang Lily sengaja ditinggalkan di lemari.

"Kamu kenapa?" tanya Haidar.

"Lily jahat! Dia tak suka Dara!" teriak Dara.

"Bukankah kalian berteman baik?" 

"Tidak! Dia tak suka Dara. Dara mau meminjam jepit rambutnya tapi dia tak mau memberi. Dia marah  dan mendorong Dara ke kolam. Dia jahat!"

"Okay tenang dulu sayang! Sekarang kita ganti baju dulu ya. Nanti kamu sakit," bujuk Haidar.

Di luar kamar Vio memegang tangan Lily yang ketakutan, mereka mendengar apa yang dikatakan Dara. Lily menatap Vio dengan mata berkaca, dia menggeleng ingin meyakinkan bahwa dirinya tak melakukan hal yang dikatakan Dara.

Setelah beberapa lama Haidar dan Dara keluar dari kamar. Mereka langsung melihat Vio dan Lily yang masih berdiri di depan pintu.

"Pelakor jahat! Kau sengaja mengajak Lily untuk menyakitiku!" marah Dara pada Vio.  Dia mendorong tubuh Vio. Kekuatannya kecil jadi belum mampu memindahkan Vio.

"Abang, Lily tak melakukannya!" Vio bicara pada Haidar dan mengabaikan amarah Dara.

"Kita bicara nanti!" ucap Haidar lalu pergi ke kamarnya untuk mengganti bajunya yang juga basah. Dara mengikutinya, memandang sinis Vio dan Lily.

"Lily tak sengaja mendorong Vio. Dia menjambak rambut Lily dan Lily tak sengaja melakukannya. Lily tak bermaksud menyakiti Vio," jelas Lily takut.

"Sssshhh jangan menangis!" Vio memeluk Lily menepuknepuk  punggungnya.

***

Lily sudah dipulangkan ke rumah orangtuanya. Dara pun sudah tidur di kamar.

"Kupikir membawa Lily kesini berdampak baik untuk Dara. Sekarang malah seperti ini. Dara pun jadi membencimu lagi kan akhirnya," ucap Haidar.

"Abang, Lily tak sengaja."

"Dia hampir membunuh Dara, Vio!"

"Lily tak akan mendorong Dara tanpa alasan."

"Jadi jika ada alasannya dia berhak mendorong Dara? Kau membernarkan tindakannya?" Haidar sepertinya mulai emosi.

"Bukan itu maksudku, Abang."

"Janganjangan benar apa kata Dara. Selama ini kan kalian sering bertengkar dan mungkin saja kau memanfaatkan Lily untuk melampiaskan ketidaksukaanmu kan? Vio, aku tak habis pikir bahkan kau memanfaatkan adikmu sendiri?"

"Kau lebih percaya ucapan anak kecil daripada aku?"

"Justru karena dia masih kecil aku tak ragu mempercayainya. Anak kecil selalu jujur dan lebih sensitif dengan apa yang dirasa. Dari awal Dara tak menyukaimu mungkin karena memang kau tak begitu baik."

Vio jelas terkejut dengan tuduhan Haidar. Bagaimana bisa Haidar menuduhnya macammacam hanya karena dia membela Lily pada awalnya.

"Aku tak berharap hal seperti ini darimu, Vio. Dara sedang dalam masa sulit. Kupikir kau akan mengerti keadaanya, kau malah memanfaatkan kerapuhannya untuk menyakitinya lebih dalam. Kau tawarkan persahabatan kepadanya, lalu kau buat dia merasa dikhianati sahabatnya dalam sekejap. Aku benarbenar tak percaya ini."
Haidar berdiri lalu keluar dari kamar mereka.

Vio menatap pintu yang sudah tertutup.
'Apaapaan itu barusan?' batin Vio tak percaya. Kasar sekali ucapan Haidar padanya. Bahkan saat dulu Haidar menolaknya, tak pernah pun terlontar tuduhan kasar seperti barusan. Bisabisanya sekarang hanya karena kesalahpahaman anak kecil Haidar menuduhnya segala rupa. Sedangkal itu kah kepercayaan Haidar padanya?
'Memang selalu beginikah  pernikahan tanpa cinta di awal? Rapuh! Orang yang kupanggil suami menjatuhkan tuduhan tak berasas. Apa selama setengah tahun lebih pernikahan kami ini aku telah mengenali orang yang salah?'

***

Bersambung.

Bukan Salah Jodoh ✔Where stories live. Discover now