BAB 19

289 45 3
                                    

***

Rangkaian acara praAkad Alin dan Azraqi berjalan dengan lancar. Semua proses dilalui penuh haru.

Dan hari ini adalah hari pernikahan yang dinanti.

Bergetar hati Vio mendengar ucapan akad dari Azraqi. Dia menggenggam tangan Alin yang sudah dingin karena gugup.

Vio dan Jingga tersenyum berpandangan melihat Alin yang belum bisa tenang.

Setelah Azraqi datang menghampiri, meski awalnya gemetar tapi akhirnya Alin bisa sedikit santai. Pegangan tangan Azraqi padanya membuat Alin nyaman entah kenapa.

Acara demi acara berlangsung dengan sukses. Dan yang tersisa hanya resepsi pernikahan. Vio dan Jingga akhirnya bisa sedikit bersantai juga karena semua hampir beres.

Jingga mengobrol dengan beberapa tamu yang dikenalnya meninggalkan Vio sendiri.

Vio melihat ke sekeliling. Sangat meriah, ramai. Seperti pernikahannya dulu dengan Haidar. Dia menatap lurus ke pelaminan. Melihat Alin tersenyum bahagia membuat hatinya hangat. Tanpa mampu ditahan air mata menetes begitu saja di pipi Vio.

'Apa dulu aku tersenyum seperti itu juga? Aku tak bisa mengingatnya. Selamat berbahagia Alin. Semoga bahagiamu kekal dan tak mengikuti jalan bahagiaku. Aamiin!'

"Untukmu!"
Selembar tissue muncul dalam pandangan Vio yang sudah kabur. Dia mengambil tissue lalu mengesat air mata.

"Terima kasih!" ucap Vio. Namun saat dia menoleh orang yang memberinya tissue sudah tidak ada.

"Kau cari siapa?" tanya Jingga heran melihat Vio clingak clinguk.

"Bukan siapasiapa!"

"Oh! Btw, lihat Abang Izhar ganteng sekali! Eh eh eh dia melihat ke arah kita lah!"
Jingga bersemangat sekali.

"Tak habishabis dengan Abang Izharmu itu." Vio menggelengkan kepala dengan tingkah Jingga.

"Eh kau mau kemana?" tanya Jingga saat Vio melengos pergi.

"Nyari jodoh!" jawab Vio ngasal.

***

Jingga menangis terisak memegangi tangan Vio.
"Kenapa kau lakukan ini? Jahat!"

"Hey hentikan!" Vio mengesat air mata di pipi Jingga. "Jangan seperti ini!"

"Kalau Alin tahu dia pasti akan sedih. Kenapa kau tega melakukan ini pada kami?" marah Jingga.

"Makanya jangan beritahu Alin. Dia sedang bahagia hari ini. Aku tak mau merusaknya," ucap Vio.

"Ada apa?" tibatiba Alin datang. Tak sengaja dia mendengar ucapan Vio dan Jingga. "Kenapa menangis?" tanya Alin.

"Tidak apaapa. Kau pergi pada suamimu saja sana!" halau Vio.

Acara sudah usai. Tamu undangan pun sudah pulang.

"Jangan beritahu Alin. Jelasjelas aku dengar kau bicara begitu tadi. Apa maksudmu?" tanya Alin lagi.

Tanpa diduga Jingga langsung memeluk Alin, "Alin. Apa yang harus kita lakukan?" Jingga semakin keras menangis. "Vio akan pergi! Dia akan meninggalkan kita. Dia tak butuh kita lagi!"

"Pergi? Kemana?" Alin menatap Vio.

"Dia akan meninggalkan kita! Vio akan pergi. Alin bagaimana ini. Hentikan dia!" Jingga benarbenar tak tahan berpisah dengan Vio.

Menatap sahabatnya yang sangat sedih membuat Vio tak kuasa menahan tangis juga. Dia mengesat air mata mencoba menguatkan diri. Dia juga tak mau berpisah. Namun dia perlu waktu menenangkan dirinya. Menata kembali hidupnya.

Bukan Salah Jodoh ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora