BAB 13

287 47 0
                                    


***

Kejadian Dara jatuh seperti menjadi titik balik hubungan Vio dengan Haidar. Jika dihitung, sudah dua bulan lamanya sekarang. Haidar memang masih bersikap baik pada Vio. Tapi hubungan mereka seperti semakin berjarak.
Kehadiran Dara di rumah bukan membuat suasana jadi ramai, tapi malah membuat Vio kesepian. Haidar lebih banyak meluangkan waktu dengan Dara, lebih perhatian pada anak itu. Siang hari selain mengurus pekerjaan dan mengerjakan tesis, Haidar juga selalu disibukkan dengan masalah Yesha.
Dan ketika pulang ke rumah, yang pertama ditanyakan adalah Dara. Tak ada waktu untuk Vio.

Dari dulu Vio tak suka memendam perasaan. Tapi kali ini dia memilih diam.
Pernah sekali Vio berbicara pada Haidar bahwa dirinya tak suka dengan sikap Dara dan bagaimana cara Dara memanggil. Tapi Haidar tak acuh. Malah menertawakan dan menganggap dirinya terlalu cemburu pada anak kecil dan masalah panggilan itu katanya jangan terlalu diambil hati. Dara masih kecil dan tak mengerti apa yang dia ucapkan. Rasanya Vio ingin sekali menghantuk kepala Haidar ke pintu. Karena bocah itu belum tahu makanya harusnya Haidar kasih tahu. Bukan Vio tak mau menasihati Dara, tapi anak itu hanya mendengarkan Haidar saja.

"Sudah berbulanbulan Dara di sini. Berikan kembali dia pada ibunya. Bukankah Kak Yesha sudah lama pulih?" Vio baru dapat pencerahan dari Alin siang tadi. Alin menyarankan agar Vio jangan memendam perasaan, jadilah seperti Vio sebelumnya yang selalu jujur dengan apa yang dirasa. Vio yang berani mengatakan apa pun.

"Apa maksudmu?" tanya Haidar.

"Dia punya keluarga sendiri, begitu pun kita. Tak baik membiarkan dia di sini terus. Dia akan semakin bergantung padamu nanti. Jadi biarkan dia pulang dan tinggal kembali dengan ibunya. Kak Yesha juga pasti sangat merindukan dia," jelas Vio.

"Keadaan Yesha sedang tak baik. Meski fisik baikbaik saja tapi psikisnya tidak. Bagaimana dia merawat Dara dengan keadaan yang seperti itu."

"Justru anak itu pelipur hati ibu. Harusnya Dara lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kak Yesha bukan denganmu. Lagipula kan ada Kakek dan Neneknya, mereka bisa membantu merawat Dara."

"Kau hanya tak suka Dara saja makanya mencari banyak alasan agar dia pergi."

"Kau benar!" jawab Vio tegas. "Kalau Dara bisa bersikap masuk akal, aku pasti akan dengan senang hati menerimanya. Tapi dia benarbenar anak menyebalkan. Aku tak suka!"

"Vio!" Haidar meninggikan suara. "Apa pantas kau mengatakan itu? Kalau Dara dengar bagaimana?"

Vio tersenyum sinis. Tentu saja dia tak bermaksud berkata seperti barusan, dia sengaja ingin tahu saja bagaimana tanggapan Haidar.
"Lalu menurutmu apa pantas Dara selalu bersikap tak sopan padaku? Memanggilku pelakor pula. Karena dia masih anakanak jadi kita harus selalu memaklumi? Okay lupakan tentang panggilan menyebalkan itu. Lalu bagimana dengan masakanku yang selalu dia buang? Bahkan baju dia yang kucuci pun akan dia buang ke tempat sampah seolah terkena najis. Belum lagi dengan tugas kuliahku yang dia acakacak. Dia robek paperku, dia siram dengan air. Apa itu wajar? Anakanak ada kalanya nakal, tapi yang dilakukan Dara benarbenar sudah keterlaluan. Kebencian apa yang dia miliki untukku? Hanya karena kesalahpahamannya yang mengira aku menyuruh Lily mendorongnya? Lagipula bukankah kau dan aku sudah melihat cctv dekat kolam? Jelas Dara mencoba mengambil barang Lily dan menjambak rambut Lily menyebabkan adikku itu tak sengaja mendorongnya. Tapi Dara memutarbalikkan fakta di depanmu dan bodohnya kau percaya saja. Setelah melihat cctv pun kau tak menegur lagi atau menjelaskan apa pun pada Dara. Bahkan menyuruh dia minta maaf pada Lily pun tidak. Okay lupakan saja tentang itu. Sudah lama berlalu. Tapi Abang, dari awal aku selalu mencoba baik padanya tapi dia mengabaikanku. Aku selalu berpikir mungkin ada yang salah dengan caraku memperlakukan Dara, tapi sekarang aku tahu bukan aku yang salah. Anak itu lah yang bermasalah dari awal. Kau terus mendukung dan memaklumi membuat anak itu besar kepala. Tak benar jika hal ini terus berlanjut. Sebaiknya kau berikan dulu dia pada ibunya. Biar ibunya yang mengajar."
Setelah berbicara panjang Vio mencoba mengatur nafas kembali. "Aku selama ini tak mengatakan apaapa hanya ingin melihat sikapmu saja sebagai suami dan paman. Tapi kau tak melakukan apa pun dan aku sudah tak bisa terima lagi. Aku masih menghormatimu jadi aku memberi kesempatan padamu mengambil sikap. Tapi kau tak pekapeka dan terpaksa aku harus bicara seperti ini sekarang."

Bukan Salah Jodoh ✔Where stories live. Discover now