BAB 26

389 65 10
                                    

***

Di mata Ayah dan Bunda, Sky adalah pria yang baik. Tapi yang dilakukan Sky sekarang tetap saja membuat mereka terkejut.

Setelah berbincang dengan sang Ayah tetang saham Danudirja, Vio diajak kencan lagi oleh Sky. Sudah lama mereka tak pergi. Sebenarnya mereka mengajak Lily juga, tapi anak itu tak mau ikut.

"Abang, berapa sebenarnya gajimu?" tanya Vio saat dalam mobil.

Sky menoleh sebentar pada Vio kembali fokus ke depan.
"Nanti saya kirim slip gaji saya ke kamu. Atau kamu boleh cek di ponsel saya. Pemasukan dan pengeluaran rinciannya ada di salah satu aplikasi dalam ponsel."

"Abang kenapa kau sangat terbuka sekali ish! Lagipula sebenarnya aku tak bermaksud ingin tahu sedetail itu. Hanya saja setelah aku mendengar pembicaraanmu dengan Ayah tadi sepertinya uang yang harus kau keluarkan sangat banyak. Bukan bermaksud apa, tapi aku jadi bertanyatanya memangnya berapa pendapatanmu? Pekerjaan seperti apa yang kau lakukan? Setelah dipikirpikir aku belum banyak tahu tentangmu kan?"

Tibatiba di sebuah belokan Sky berbalik arah. Membuat Vio bingung. Apa dia telah menyinggung perasaan Sky?

"Kita kencan ke rumah Azraqi saja ya!" ucap Sky sambil tersenyum.

Meski tak mengerti kenapa berubah tujuan tapi Vio mengangguk setuju. Toh dia juga sudah lama tak bertemu Alin dan bayinya.

Akhirnya mereka sampai di rumah Alin dan Azraqi.

"Vio, saya bukan artis atau orang terkenal. Kamu tak dapat mencari tahu tentang saya lewat internet atau sejenisnya. Tapi saya punya sahabat yang mengetahui saya luar dan dalam. Kamu bisa anggap dia sebagai mesin pencari nanti. Manfaatkan dia untuk mengorek informasi tentang saya!" kata Sky sambil mengedipkan satu mata pada Vio.

Vio menatap punggung Sky yang sudah berjalan di depannya. Kenapa ada manusia seperti Sky? Sikapnya selalu mengejutkan Vio. Tapi semua yang dilakukan dan dikatakan suaminya itu Vio sangat suka.

Bel rumah sudah dibunyikan. Tak lama berselang pintu rumah terbuka.

Tersentak mereka melihat gerangan yang membukakan pintu. Itu Izhar!

Diamdiam Vio melirik Sky, tapi ekspresinya biasa saja. Izhar juga sama. Apa mereka benarbenar baikbaik saja? Entah kenapa Vio jadi merasa bersalah.

"Assalaamu'alaikum!" ucap Sky memecah kebisuan di depan pintu.

"Wa'alaikumussalaam!" jawab Izhar. "Kalian mau bertemu Azraqi dan istrinya? Mereka ada di dalam. Ayo masuk!" ajak Izhar.

Sky menggenggam tangan Vio sebelum mereka masuk.

***

Di luar rumah, di halaman belakang. Izhar bersandar pada tiang bambu penyangga saung kecil. Sementara Sky duduk di bawahnya sambil melihat ikanikan di kolam kecil di depannya.

"Kau tak merasa bersalah pada Vio?" tanya Izhar dengan nada ironis. "Kau sadar tidak masa lalumu akan menyakitinya? Meski aku temanmu tapi jujur aku tak merasa kau pantas bersamanya."

"Lalu siapa yang pantas? Kau?" Sky tersenyum tipis.

"Setidaknya masa laluku tak akan menyakitinya. Dan ya ... aku duluan yang dekat dengannya. Harusnya dia jadi istriku. Kenapa dia malah memilihmu yang hadir belakangan?" 

"Harusnya kau tanyakan itu padanya. Atau pada dirimu sendiri," balas Sky.  "Izhar, dari awal kau tahu aku menyukainya. Kau sengaja mendekatinya di depan mataku, aku diamkan. Aku tak marah. Jika pada akhirnya aku yang dia pilih harusnya kau terima. Saat kau mengirim pesan padaku, kau bersikap seolah aku merebut milikmu. Padahal jelas kita memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih olehnya."

Bukan Salah Jodoh ✔Where stories live. Discover now