BAB 21

347 49 1
                                    

***

Ayah dan Bunda Vio sedang mengobrol dengan para tetua sementara Vio makan di pinggir kolam dengan Jingga dan Lily.
Vio tak bisa makan daging kambing, jadi memilih olahan ayam saja. Berbeda dengan sahabat dan adiknya yang lahap sekali makan sate kambing.

"Belepotan!" Vio mengesat ujung bibir Lily yang kotor karena bumbu sate.

"Assalaamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalaam!" Ketiga wanita itu menjawab salam dari Izhar yang tibatiba datang.

"Di dalam penuh. Boleh gabung dengan kalian?" tanya Izhar.

"Tentu saja!" jawab Jingga cepat. Sempatsempatnya dia menyiku Vio dan mengedipkan sebelah mata.

Izhar ikut makan dengan mereka bertiga. Suasana jadi agak sedikit canggung.

"Kalian akan menginap?" Izhar akhirnya bersuara lagi setelah lama diam.

"Kami akan pulang!" jawab Vio mewakili.

Setelah itu hening lagi, Vio tak bermaksud bertanya balik.

"Kau sendiri akan menginap atau pulang?" tanya Jingga mencoba memecah keheningan.

"Tidak. Masih ada pekerjaan, aku harus pulang dan menyelesaikannya."

"Oh ... sibuk sekali sepertinya. Sudah malam pun kau masih harus bekerja. Kudengar dari Alin kau punya pabrik kain ya? Hebat sekali sudah jadi pengusaha muda," ucap Jingga lagi.

Izhar mengangguk, "usaha turun temurun dari Papa. Aku hanya melanjutkan saja. Jadi tak bisa dibilang hebat juga karena aku hanya tinggal melanjutkan saja."

"Bagaimana pun mengurus perusahaan seperti itu pasti butuh usaha ekstra kan? Aku yakin kau sudah berusaha sangat keras untuk menjalankan perusahaanmu sekarang."

Izhar  hanya tersenyum menanggapi ucapan Jingga.
"Mau nambah? Abang ambilkan ya?" tawar Izhar pada Lily yang piringnya sudaj kosong.

Lily menggeleng, "Lily kenyang. Lily mau car Ayah dan Bunda dulu. Bye semua!" ucap Lily lalu pergi.

"Adikmu manis sekali!" puji Izhar.

"Terima kasih!" jawab Vio.

"Ngomongngomong, aku dengar kau baru pulang dari luar negeri kan? Akan menetap di sini atau kembali ke sana?"

"Aku akan tinggal di sini," jawab Vio.

"Sudah ada rencana akan melakukan apa? Maksudku kau akan bekerja atau melakukan hal lain? Maaf bukan bermaksud busy body," ucap Izhar.

"Nyari jodoh!" jawab Vio cepat lalu menyuap makanan dengan tenang.

Jingga sudah tersenyum sendiri sambil menatap Vio.

"Sepertinya kau terdengar sudah siap menikah," kata Izhar agak terkejut juga mendengar jawaban Vio.

"Aku ingin punya baby luchu seperti punya Alin," jawab Vio jujur. "Makanya aku berencana mencari bibit bagus untuk membuat satu makhluk menggemaskan seperti punya Alin."

"Ucapanmu seolah kau sedang membicarakan tanaman saja," kata Izhar terkekeh merasa sedikit luchu dengan ucapan Vio. "Ngomongngomong selain mencari jodoh kau mau ngapain lagi? Tak ada niatan bekerja atau sesuatu?"

"Sebelum pulang kesini aku sudah melamar pekerjaan di beberapa perusahaan. Kebetulan besok akan ada wawancara."

"Okay semoga berhasil!"

"Terima kasih!"

Jingga yang menjadi bola lampu diamdiam tersenyum melihat interaksi kedua orang di depannya. Dia memang menyukai Izhar tapi kalau Izhar menyukai Vio dan berjodoh dengan sahabatnya itu dia akan ikut bahagia. Dia sudah belajar dari Vio, perasaan itu tak bisa dipaksakan.

Bukan Salah Jodoh ✔Where stories live. Discover now