BAB 22

368 54 9
                                    

***

Agak blur juga Vio mendengar ucapan Jehan. Yang melamarnya bukan hanya satu tapi tiga orang sekaligus. Kenapa banyak sekali? Vio jadi pusing sendiri.
Tapi dia buruburu ingat pada pesan bundanya sebelum masuk ke kamar tadi.

'Kali ini libatkan Tuhan dalam setiap keputusan. Jangan terlalu mengedepankan ego dan perasaan pribadi. Minta petunjuk pada Allah!'

Tanpa lamalama Vio pun mengambil wudhlu untuk sholat.

***

Seminggu sudah Vio istikharah, seminggu itu juga dia tak keluar rumah kecuali bekerja. Pesan yang masuk ke ponsel tak dia tanggapi kecuali dari keluarga dan orangorang di kantor saja. Dia ingin mengosongkan pikirannya dulu sebelum mengambil keputusan.

Izhar adalah salah satu pelamarnya. Bisa dibilang dibandingkan dua orang lain Izhar adalah orang yang lebih banyak berhubungan dengannya. Meski hanya interkasi lewat chat saja tapi itu sudah lebih mending dari dua lainnya yang Vio belum kenal. Karena itu Vio sengaja mengabaikan chat Izhar agar kecenderungannya pada Izhar tak mempengaruhi keputusan. Posisi ketiga pelamar itu peluangnya harus sama. Vio tak boleh bias.

"Sombong sekali kau tak menjawab pesan dan panggilanku," kata Jingga saat dia datang ke rumah Vio. Khawatir terjadi sesuatu lagi pada sahabatnya itu.

"Aku sedang menjernihkan pikiran."

"Kau sedih karena pernikahan Haidar dan Nia?"

"Enggak lah!" balas Vio cepat. "Pernikahan mereka bukan apaapa untukku."

"Eh tapi Vi, dengan pernikahan ini perusahaan orangtua Haidar akan semakin kuat lah. Sewaktuwaktu dia bisa menendang ayahmu. Terlebih aku mendengar rumor perusahaan ayahmu sedang tak baikbaik saja."

"Tak usah khawatir. Bapakku bukan orang bodoh lah. Tiga tahun ini kau pikir dia hanya duduk menonton saja? Tidak. Dia tak mungkin menyianyiakan waktu bertahuntahun melakukan hal siasia."

"Uh baguslah kalau begitu. Ngomongngomomg kau seminggu ini ngapain aja? Tak mau cerita?" tanya Jingga lagi.

"Aku dilamar."

"What? Dilamar Abang Izhar? Ish kenapa kau tak katakan padaku dari awal? Yaa Tuhan ternyata gercep sekali ya dia." Jingga terlihat senang sekali.

"Dia salah satunya," ucap Vio.

"Salah satu? Maksudmu?"

"Aku dilamar tiga pria sekaligus woyyyyy!"

"What? Demi apa?" Jingga terkejut. "Kenapa nasibmu baik sekali? Aku satu pun belum ada yang lamar lah!"

"Itu karena kau selalu menutup hatimu!" balas Vio.
Meski sering bilang suka pada pria ini pria itu, Jingga jarang membawanya ke hati. Hanya sekedar ucapan saja. Jingga paling susah jatuh cinta dibandingkan dengan Alin dan Vio. "Btw sebenarnya bukan hanya tiga yang melamar. Kata Bunda ada lebih dari itu. Tapi yang Ayah accept cuma tiga orang itu."

"Siapa saja yang melamarmu?"

"Aku hanya tahu Izhar. Yang satu katanya teman Abang Azraqi juga tapi aku tak kenal. Yang satu lagi katanya bossku di kantor."

"Teman Azraqi? Janganjangan Abang tukang ojek itu!" kata Jingga tertawa. Dia tertawa karena merasa doanya dikabul Tuhan bukan karena hal lain.

"Mana kutahu lah. Aku hanya dikasih nama mereka tapi bukan foto. Kata Ayah setelah aku memutuskan salah satu baru dia akan kasih foto orangorang itu."

"Lah ayahmu tak asyik lah. Sudahlah pilih Izhar saja yang sudah jelasjelas kita kenal." Eh tapi boss mu juga pasti sudah kau kenal kan? Bagaimana dia? Apakah sebaik Izhar?" tanya Jingga penasaran.

Bukan Salah Jodoh ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora