Got Your Back 🤙🏻

18 4 0
                                    




Got Your Back 🤙🏻

Sebulan sudah berlalu. Keadaan Chesya? Jangan ditanya. Dirinya sudah seperti zombie yang berkeliaran di area kampus dengan wajah pucat, badan kurus seperti kurang gizi, dan jangan lupakan kantung mata yang terlihat begitu menyeramkan. Millie, Louis, Sadie dan Noah menatap Chesya iba. Tak banyak yang bisa mereka lakukan selain selalu ada dan memberi dukungan untuk sahabatnya itu.

"Key, dimakan lunch nya" Millie menyenggol lengan sahabatnya pelan. Chesya tersadar.

"Hah? Oh iya" ucapnya sambil memasukan sesuap mashed potato kedalam mulutnya, lalu mengunyahnya dengan sangat pelan. Matanya tak bisa berpaling dari tempat duduk kosong di sebelahnya.

"Gue pindah sebelah lo ya? Biar lo makan yang bener" Sadie memberi usul. Chesya melihat kearahnya dan tersenyum tipis.

"Jangan, nanti makin keliatan jedanya" balas Chesya pelan. Mengundang tatapan iba dari teman temannya.

"Nyet, gue tau lo kehilangan seseorang yang berharga banget buat lo. Tapi please, lo gabisa kayak gini terus" Millie mengelus lengan Chesya pelan. Chesya menghela napasnya kasar, kemudian mengusap wajahnya frustasi.

"Gue gatau harus gimana Mil, hati gue kayak di renggut paksa pas gue ga siap" Chesya mengusap air matanya yang jatuh tampa di minta. Millie langsung memeluknya dari samping, sentara Sadie memegang tangannya erat.

"Lo pasti bisa Key, gue tau lo bisa" Louis memberikan nasihat. Millie mengangguk setuju.

"Jangan nyerah, lo masih punya kita" Noah menambahkan.

"Aw, love you guys" ucap Chesya parau. Mereka segera mengelilingi Chesya dan bepelukan. Mereka tahu Chesya sangat amat membutuhkan bantuan mereka saat ini untuk bertahan dari kesedihannya.



__________

Chesya menaruh bukunya di loker dengan lesu. Pikirannya melayang pada saat dirinya bersama William disini. Bertengkar hanya karna seorang cowok sialan yang menggodanya. Chesya tersenyum tipis. Dia merindukan Willy nya. Sangat amat rindu. Namun apa yang bisa dia perbuat selain menangis sepanjang malam sehingga membuatnya menjadi zombie seperti ini.

"Cantik" Chesya memejamkan matanya menahan kesal. Dia sudah tau siapa yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu.

"Pulang sama gue yuk" Aidan hendak menyentuh lengan Chesya yang langsung menghindar.

"Gue lagi gamau di ganggu, please" pinta Chesya lirih. Dia menutup loker dan menguncinya, hendak berjalan menjauhi Aidan saat tangan Aidan menahannya.

"Gue ga ganggu, kalau lo mau terima tawaran gue" Chesya menghela napas berat. Dirinya berbalik untuk menatap Aidan yang sedang memelas.

"Please Dan, not today" Chesya kembali meminta dengan lirih. Namun Aidan seakan tidak peduli, dia menarik lengan Chesya menuju parkiran. Chesya yang sudah tak tahan lagi langsung menghentakan tangan Aidan kasar.

"Lo tuh kenapa sih?! Salah apa gue sama lo sampe lo gangguin gue terus?! Gue cape Dan!" Chesya menatap nyalang Aidan, sedangkan yang di tatap malah tersenyum remeh.

"Lo sih cantik banget jadi cewe, jadi pengen gue pacarin" jawab Aidan santai. Chesya mengusap wajahnya frustasi.

"Sampai kapanpun, lo ga akan bisa macarin gue" desis Chesya pelan. Aidan mengangkat bahunya acuh.

"Kenapa ngga? Kan tunagan lo yang ganggu itu udah mati" satu pukulan melayang ke rahang Aidan. Membuat Aidan menahan sakit yang menjalar di rahangnya.

"Lo keterlaluan." Chesya menatapnya dengan penuh emosi.

"Salah apa sih gue sama lo hah?! SALAH APA? KENAPA LO GANGGUIN GUE TERUS?!!" Chesya mendorong Aidan dengan kencang.

"Gue cuma mau lo jadi pacar gue kok, susah emang permintaan gue?" Aidan bertanya dengan santai, Chesya menatapnya tak habis pikir.

"Lo tau kalau gue baru kehilangan tunangan gue, lo juga tau kalau gue ga akan pernah mau jadi pacar lo, TERUS KENAPA MASIH NGOTOT?!!" Chesya kembali mendorong Aidan sekuat mungkin, sementara Aidan masih tetap pada posisinya. Seolah omongan Chesya adalah angin lalu.

Chesya menghapus air matanya yang entah sejak kapan turun. Dia menghela napasnya kasar, lalu menutup wajahnya dengan isak tangis yang terdengar pilu. Di saat saat seperti inilah, kematian William semakin terasa. Chesya membutuhkannya William disini, tapi dia bisa apa? Takdir berkata lain.

"Dengerin gue ya cantik, kalau mau ini berakhir, cukup jadi pacar gue" Aidan kembali bersuara, membuat badan Chesya lemas seketika. Dirinya sudah tidak kuat dengan Aidan yang terus menerus mengganggunya.

Sesaat sebelum Chesya berjongkok, seseorang lebih dulu menariknya kedalam pelukan. Chesya tahu siapa yang memeluknya. Orang yang selalu menemaninya di masa masa sulitnya.

Luke Hemmings.

"Kenapa Sya?" Tanya Luke pelan. Chesya menggeleng pelan dalam pelukannya, lantas balik memeluk Luke. Terisak disana.

"Katanya lo gamau sama gue? Tapi dipeluk orang lain mau" Aidan berucap dengan nada meremehkan.

"Murahan" desisnya pelan.

"Maksud lo apa boy?" Luke mendorong bahu Aidan yang tertawa meremehkan.

"Katanya tunangannya baru aja mati, gue ajak pacaran gamau, tapi sama orang lain nempel, apalagi kalau bukan murahan?" Ucap Aidan santai.

Namun detik berikutnya, sebuah pukulan mendarat di pipi dan juga perutnya. Louis dan Noah yang melakukannya. Millie langsung mengambil alih Chesya dari Luke dan memeluknya erat.

"Udah tenang nyet, kita disini" bisik Millie pelan, Sadie ikut mengusap usap punggung dan lengan Chesya. Bermaksud menenangkan.

"Mending murahan, daripada lo gatau diri?" Noah memulai. Aidan menatap mereka dengan satu alis terangkat.

"Udah tau Chesya gamau sama lo, masih aja maksa. Banci?" Desis Louis pelan. Aidan hendak memukul Louis, namun di tahan oleh Luke.

"Kenapa? Bener bukan kata Lou? Banci gatau diri. Maksa maksa perempuan" Luke menatap Aidan nyalang. Aidan balik menatapnya, lalu Luke melepas cengkraman tangannya. Di gantikan dengan cengkraman di kerah Aidan.

"Sekali lagi lo gangguin dia, lo berurusan sama gue." Desis Luke tajam di telinga Aidan. Dia melepaskan cengkramannya dan mengajak Chesya dan kawan kawannya untuk meninggalkan Aidan yang terdiam menatap kepergian mereka dengan kekesalan di hatinya.




____________

"Thanks guys, udah nyelamatin gue dari cowo gila itu" Chesya menatap satu persatu temannya yang sedang tersenyum kearahnya.

"Gue janji sama William buat jagain lo Key" Louis berujar dengan pelan. Chesya tersenyum tipis.

"Makasih udah nepatin janji kalian ke Willy" Louis dan Noah tersenyum, lalu mengangguk samar.

"Yaudah gue balik dulu, udah di tungguin" Chesya melirik Luke yang berada di bawah pohon tak jauh dari mereka. Mereka kompak mengangguk.

"Iyaa gih sana, istirahat yang cukup" nasihat Sadie. Chesya mengangguk patuh. Dia lantas memeluk satu persatu temannya.

"Gue balik ya, thanks for today" Chesya tersenyum kearah teman temannya sekali lagi. Dia melambai dan berbalik, berjalan menuju tempat Luke berada.

"Hai" sapa Luke. Chesya tersenyum. Lalu tampa aba aba, Chesya memeluk Luke erat.

"Makasih selalu dateng tepat waktu" ucap Chesya pelan dalam pelukan Luke. Luke balik memeluknya di sertai senyum tipis.

"Anything for you Sya" balas Luke pelan. Chesya mengurai pelukan mereka.

"Yaudah yuk pulang, Lily pasti nungguin lo di rumah" Luke tersenyum tipis dan mengangguk. Dia merangkul Chesya menuju mobilnya.

Semua terlihat baik baik saja, namun tidak dengan hati Luke yang mendadak berantakan hanya karna sebuah pelukan dan ucapan terimakasih.





















































-Key✨

Sisters?Where stories live. Discover now