part 15

60 4 0
                                    

"Lah, kok bisa disini?" ucap Riana heran.

"Mbak juga gak tahu, nanti mbak tanyakan sama Umi Nissa."

'Tok..tok..tok!'

"Boleh Bunda masuk?" sapa Hanah di ambang pintu.

Si kembar saling pandang dan melempar senyum. Mereka mengangguk bersamaan.

"Gimana keadaanmu Claudya? Sudah baik kan?" tanya Hanah sambil menarik kursi dan duduk di samping Riana.

"Alhamdulillah, sudah lebih baik Bunda." jawab Claudya.

"Bunda bersyukur kamu selamat dari kecelakaan maut itu sayang. Kita harus menjenguk pemuda itu di rumah sakit." usul Hanah. Tapi usulan Hanah itu membuat Claudya cemas.

"Tuh, kan sama pikiran Bun. Aku juga ngomong gitu tadi. Tapi dia nya malah gak mau..." ucap Riana sambil bergelanyut manja pada Hanah.

"Loh, kenapa? Kamu selamat karena dia loh sayang!"

Claudya menceritakan semua tentang siapa pemuda itu sebenarnya pada Hanah. Dan ia pun tahu siapa keluarganya. Hanah menghela nafasnya. Dengan memegang tangan Claudya ia berucap.

"Claudya sayang, waktu yang sudah berlalu tak kan bisa kembali. Jika kamu mencintai hidupmu, maka jangan buang waktumu. Balas dendam yang terbaik adalah dengan menjadikan dirimu lebih baik." nasehat Hanah menyentuh hati Claudya.

"Orang yang berhati bersih akan melihat orang dengan kebaikan dahulu. Dan jika orang berhati kotor akan melihat orang dengan keburukan dahulu." tutur Hanah sambil memegang tangan Claudya.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah maha mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." lanjut Hanah.

"Baiklah Bun, kita ke rumah sakit jenguk dia." akhirnya Claudya mau menemui Rey.

Di rumah sakit Rey kedatangan tamu yang tak terduga. Ia Beni teman seprofesi, sewaktu sama-sama merampok rumah Pak Burhan.

"Beni, kamu udah keluar? gue kangen sama loe Ben," ucap Rey tulus.

"Gak usah basa basi Rey. Loe tahu semuanya." pekik Beni.

"Loe pengkhianat Rey, kita semua ngelakuin semua itu karena sepakat mau nolongin Jejen dan Eman rela gantiin posisi loe di penjara. Tapi apa yang loe buat? Loe malah jatuh cinta sama anak Pak Burhan. Seharusnya dia yang celaka kenapa malah loe halangi mobil itu, hah!" ujar Beni geram.

"Sorry Ben, gue gak bermaksud mengkhianati kalian semua. Itu murni dari perasaan gue pribadi." Rey menarik nafas dalam sebelum melanjutkan ucapannya.

"Claudya gak salah Ben, atas kejadian waktu itu. Claudya ada di tempat lain saat kejadian," ucap Rey sambil meringis menahan sakit pada kakinya.

"Gimana bisa? Jelas-jelas dia ada di rumah itu!"

"Bukan Ben, mereka kembar. Yang di TKP waktu itu namanya Riana sedangkan yang koe maksud itu Claudya."

Beni menyapu seluruh kepalanya. Ia nampak gusar dan frustasi. Hal ini diluar dugaannya. Ia menarik kursi dan duduk di samping ranjang Rey.

"Gue mohon Beni, jangan kalian usik lagi Claudya dan keluarganya. Mereka sudah cukup menderita karena ulah kita. Biarin mereka hidup tenang." ucap Rey memohon.

"Loe bisa ngomong gitu karena loe suka, loe cinta sama tuh cewek kan?"

"Itu karena gue nyesel Ben, gue gak mau itu terulang lagi. Gue harus minta maaf  dan menebus kesalahan dari perbuatan kita dulu sama keluarga Claudya. Jangan sampai gue mati masih penuh penyesalan."

Mereka tidak tahu ada sepasang mata yang sudah mendengar obrolan mereka. Tanpa di komando cairan bening keluar dengan derasnya dari sudut kedua matanya. Secara tidak langsung ia mendengar pernyataan cinta dari orang yang membunuh Ayahnya. Claudya berdiam diri di ambang pintu ruangan dimana Rey dirawat.

Claudya mengurungkan niatnya menemui Rey seorang diri karena Hanah dan Riana pergi membeli buah untuk Rey.

"Mbak, kok masih disini? Belum masuk?" ujar Riana setelah menepuk pundak kakaknya.

Claudya menggelengkan kepalanya perlahan. Kakinya serasa terpaku di tempat ia berdiri. Mulut kelu, tenggorokan kering membuat ia tak mampu mengeluarkan suaranya.

Claudya mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah brangkar Rey, tanpa menolehkan kepalanya.

"Ada apa, mbak? apa ada yang salah? Atau Rey lagi ada tamu?"

"Ayo sayang, Bunda temenin " ucap Hanah sambil menarik tangan Claudya.

Mereka bertiga berjalan mendekati ranjang Rey. Claudya menengok ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari seseorang.

"Ada apa mbak? Mbak nyariin siapa?" bisik Riana. Claudya menggelengkan kepalanya.

Suasana yang canggung tidak seperti sebelumnya saat Rey dan Claudya berbelanja di pasar dekat pesantren di jawa timur.

"Nak Rey, kenalkan saya Hanah , Ibu angkatnya Riana dan Claudya." ucap Hanah dengan mengulurkan tangannya.

Rey tersenyum menyambut uluran tangan Hanah. Rey memandangi dengan seksama antara Claudya dan Riana. Mereka memang kembar identik mereka bak pinang di belah dua.

Rey teringat akan sebuah foto yang pertama kali ia lihat di rumah Pak Burhan. Foto seorang gadis bergaun putih menjuntai. Foto itu yang mengalihkan perhatian Rey. Jatuh cinta pada pandangan pertama seorang Reynaldi Pratama.

Dulu sangat sulit membedakan antara Claudya dan Riana. Kini mereka bisa dikenali dari cara berpakaiannya. Claudya mengenakan hijab sedangkan Riana berpenampilan casual.

"Nak Rey, kami ingin mengucapkan terima kasih sekaligus minta maaf atas apa tang menimpa nak Rey." tutur Hanah.

Rey menanggapinya dengan tersenyum, ia pun tak tahu harus berkata apa.

"Pelangi akan muncul setelah hujan itu menjadi janji alam jika masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja. Tutur kata Hanah sangat lembut itu mengingatkan nya pada Ibunya.

"Kemana keluarga mu nak Rey? Apa mereka belum datang?" tanya Hanah sambil tengok kanan kiri.

"Ibu pergi ke mushola rumah sakit ini Bu mungkin sebentar lagi ia datang. Silahkan tunggu sebentar Ibu pasti cepat kembali."

"Lain kali saja saya datang lagi. Kami tidak bisa berlama-lama. Dan ini untuk biaya perawatan rumah sakit." Hanah menyodorkan sebuah amplop putih pada Rey.

"Tidak, Bu terima kasih, maaf!" tolak Rey halus.

Hush, rejeki tak boleh di tolak."

Hanah meletakkan amplop itu di dalam laci samping ranjang Rey. Lalu ia pamit pergi bersama si kembar.

Di pesantren Nissa sangat gelisah pasalnya sudah dua hari tidak memberi kabar. Berkali-kali ia menghubungi Claudya tapi ponselnya tidak bisa di hubungi. Nissa berinisiatif untuk menghubungi Hanah.
--------

Cinta Sang Mantan NapiWhere stories live. Discover now