part 22

280 11 2
                                    

Mereka pergi ke rumah sakit yang tak jauh dari pesantren.

"Makasih Claudya udah mau repot-repot mengantarkan aku." ucap Rey melihat lawan bicaranya.

"Dan aku juga minta maaf segala perbuatan ku baik dulu, kini maupun nanti padamu. Aku yakin apapun yang aku lakukan tidak akan bisa menebus semua dosa-dosa ku padamu Claudya." Rey menundukkan kepalanya. Perasaan bersalah tak kunjung hilang dari dalam hatinya.

"Sudahlah Rey yang lalu biarkan berlalu. Jangan ingatkan aku lagi tentang peristiwa naas. Aku mencoba berdamai dengan hati dan keadaan, Rey.
Aku juga sudah memaafkan mu. Allah saja selalu memaafkan semua hambanya apa lagi aku, yang cuma butiran debu."

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengikuti mereka dari pertama keluar dari pesantren. Ia mengendarai sebuah sepeda motor gede.

"Oh ya Rey, nanti sepulang dari rumah sakit kita makan dulu ya! Aku pengen banget makan ikan bakar. Nanti kita bawakan untuk Riana dan yang lainnya." usul Claudya.

"Aku sih terserah kamu aja, aku nurut aja sama Bu Boss," sahut Rey.

Tanpa terasa mereka tiba di rumah sakit.

"Rey, kamu masuk duluan aja, aku mau parkirin mobil," pinta Claudya.

Rey menganggukkan kepalanya dan melangkah ke dalam rumah sakit sedangkan penguntit itu menunggu di luar gerbang rumah sakit.
Rey menunggu namanya dipanggil setelah sebelumnya ia sudah mendaftar. Hari itu pasien cukup ramai. Untuk menghilangkan rasa bosan karena terlalu lama menunggu Claudya berjalan-jalan keluar. Ia membeli beberapa camilan dan minuman.

"Itu yang di sebrang jalan perasaan gue kenal tuh motor, kok kayak punya si Erick ya! Ah, tapi gak mungkin... masak iya dia ngikutin sampai sini." Claudya bermonolog.

"Kamu dari mana aja lama banget keluarnya?" tanya Rey cemas.

"Nih, aku tadi keluar beli minum, haus." Rey menyodorkan sebotol air minum pada Rey.

"Mas Reynaldi Pratama," panggil seorang perawat.

1 jam kemudian mereka sudah keluar dari rumah sakit.

"Jadi kita makannya?" tanya Rey setelah mereka masuk ke dalam mobil.

"Jadi dong, masak gak jadi... aku dah laper tau," sahut Claudya.

"Selama aku tinggal di kota ini, ada satu tempat favorit. Disana makanannya enak-enak. Kita kesana sekarang?"

"Wookeh," jawab Rey singkat.

Sesampainya di lokasi yang dituju, ternyata tempat itu sangat ramai.

"Gimana nih Rey? Tempatnya rame banget!" ucap Claudya ragu.

"Ya udah gak pa-pa, kita masuk aja dulu," usul Rey.

"Ayo," ajaknya kemudian.

Karena parkir di seberang jalan, untuk bisa masuk ke dalam restoran mereka harus menyebrang jalan. Dari kejauhan terlihat pengendara motor gede yang mencurigakan. Rey punya firasat buruk. Tiba-tiba motor itu melaju dengan kecepatan tinggi menuju Claudya.

"Claudya!" teriak Rey

"Brak!"

Pengendara motor menabrak seseorang. Diluar dugaan pengendara motor itu balik arah. Ia melindas kaki orang yang telah ditabrak nya itu.

"Aaaaa...!"

"Rey...!"

Orang yang tertabrak itu adalah Rey, Rey mendorong Claudya ke pinggir jalan hingga dialah yang tertabrak.

Rey tergeletak di tengah jalan, pengendara itu pergi begitu saja setelah melihat korbannya terkapar.

Luluh lantak hati Claudya, Rey berkali-kali celaka karena berusaha menolongnya. Acara yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi petaka.

Cinta Sang Mantan NapiWhere stories live. Discover now