part 20

73 5 0
                                    

"Ehm, saya serahkan kembali pada MC." Claudya turun dari panggung dengan buru-buru.

"Mbak, kamu kenapa? Kok pucet gini," ucap Riana begitu Claudya mendekatinya.

"Gak papa Ri, mungkin mbak kecapekan aja."

Di akhir acara Claudya memberikan amplop pada masing-masing anak yatim yang hadir. Lagi-lagi ia melihat sosok orang yang selalu ia hindari.

"Erick? Kok dia tahu aku disini? Berarti tadi aku gak salah lihat. Ngapain sih tuh orang kesini?" batin Claudya.

Acara selesai dengan lancar dan sukses. Semua santri bergotong royong membersihkan sisa acara.
Nissa mendekati Claudya "Dya, ayo kita pulang! Umi capek mau istirahat." ajaknya pada Claudya.

"Claudya masih ada urusan sama karyawan dya, Umi duluan aja ya," tolaknya.

"Baiklah, kalo udah selesai langsung pulang ya!"

Claudya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Ia memanggil sekretaris nya untuk memberitahukan supaya semua karyawannya berkumpul. Ia memberi pengarahan dan tugas pada semua karyawannya.

Claudya membuka toko roti, ia sudah punya beberapa cabang di kota besar seluruh indonesia. Ia juga beruntung punya sekretaris yang sangat bisa diandalkan.

"Jika sudah selesai kami akan kembali ke jakarta Bu," ucap Selly sekretarisnya.

"Baiklah, hati-hati di jalan."

Setelah kepergian semua orang, Claudya tak lantas meninggalkan tempat. Ia masih duduk di dalam aula seorang diri karena masih ada sedikit pekerjaan. Suara hentakan sepatu pada lantai mengalihkan perhatian Claudya dari ponselnya.

'Prok.. Prok.. Prok'

"Selamat sore nona Claudya Latisya Putri," seorang pria yang berpakaian rapi datang menghampiri Claudya.

Claudya bangkit dari duduknya, ia tak menyangka Erick akan menemukannya disini.

"Mau apa loe kesini?" pekik Claudya.

"Tenang, gadis manis. Aku cuma mau lihat wajah cantikmu itu." ia berjalan mengelilingi Claudya.

Suara gemuruh menandakan akan turun hujan. Angin berhembus cukup kencang di sore hari ini. Langit mulai menghitam, sehitam hati Claudya saat bertemu dengan orang yang selalu ku hindari ini.

Ya, dia adalah Erick Mahardika mantan rekan bisnis sekaligus mantan kekasih Claudya.
Hujan mulai membasahi bumi. Tercium aroma tanah yang sudah lama tak diguyur hujan.

"Gimana bisa loe nemuin gue disini? Pergi! Jangan pernah ganggu hidup gue lagi." ucap Claudya geram.

"Gue punya mata dan telinga dimana-mana sayang, gue cuma mau loe balik lagi gue. Ayo kita mulai dari awal. Gue janji gak akan ngecewain loe lagi."

"Gak, sampai kapanpun gue gak mau balikan lagi sama loe. Sebaiknya loe cepet pergi dari sini dan tinggalin pesantren ini. Jangan pernah balik lagi kesini." usir Claudya.

Bukan Erick namanya kalo ia mau menuruti kemauan orang lain. Dia pria egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka menjalin hubungan cukup lama dan berniat akan naik ke pelaminan oleh karena itu mereka menjalankan bisnis bersama.

Tanpa sepengetahuan Claudya, Erick menjalin cinta di belakang dengan sahabat kekasihnya. Erick berdalih jika ia hanya iseng-iseng. Claudya meminta Erick untuk membagi dua saham yang sudah mereka tanam dalam usahanya. Dan Claudya ingin mengakhiri hubungannya tapi Erick menolak.

Erick memperdaya Claudya dengan mengajaknya ke sebuah hotel dengan beralasan pekerjaan. Tapi Erick punya niat lain. Ia tak ingin kehilangan Claudya jadi ia menghalalkan segala cara yaitu dengan menodainya. Beruntung Claudya berhasil lari dari jeratan buaya.

Hingga akhirnya musibah itu datang menghampiri keluarganya. Dan ia sekarang berada di pesantren bersama Nissa dan Yusuf.
***

Perlahan Erick mendekati Claudya. Sudut bibir nya ditarik ke atas. Claudya mundur untuk menghindari gelagat aneh Erick. Rasa takut kembali menghantui perasaan Claudya. Dadanya berdetak tak beraturan. Peluh membasahi wajah cantiknya. Erick memang sudah hilang akal. Ia tak peduli jika ia berada di lingkungan pesantren.

Secepat kilat Claudya berlari ke luar aula. "Claudya, mau kemana loe? Loe harus ikut gue ke Jakarta," teriak Erick.

Claudya tak mengindahkan teriakan Eric. Ia tak peduli hujan turun dengan derasnya. Ia berhambur keluar bersama dinginnya hujan. Ia berteriak sekeras-kerasnya menghilangkan sesak di dada. Suara petir menggelegar seolah mengancamnya untuk diam.

Tak ada satupun orang yang mendengar teriakan Claudya. Suaranya tertelan oleh guyuran hujan. Claudya tertunduk lemas. Ia kembali teringat dengan mendiang kedua orang tuanya. Claudya menjatuhkan lututnya ke tanah bebatuan.

Hujan semakin deras, suara gemuruh menghiasi ada awan hitam di atas sana. Angin kencang membuat Claudya makin merapatkan tangannya. Cukup lama ia berada di bawah guyuran hujan. Ia pun hendak berdiri tetapi kakinya  terasa kaku dan sulit untuk digerakkan .
Kulit memutih dan berkerut,  pucat seperti mayat, hingga kepalanya terasa berat dan ia tak sadarkan diri.
Di rumah Nissa mencari keberadaan Claudya.

"Rianaaa!" panggil Nissa sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Claudya.

Pintu pun terbuka dan hanya ada Riana disana. "Riana, apa kakakmu sudah kembali? Dari tadi kok gak kelihatan ya?" ucap Nissa cemas.

"Riana, belum lihat Umi. Tadi sepertinya mbak masih ada urusan sama karyawannya."

"Iya, masak udah jam segini belum pulang ya? Umi khawatir," Nissa menautkan jari-jarinya.

"Ada apa Bude? Kenapa gelisah begitu?" tanya Furqon yang baru keluar dari kamarnya.

"Claudya belum kembali dari acara tadi, Bude khawatir. Mana sekarang hujan deras."

"Apa! Belum balik Umi?" ucap Rey yang juga keluar kamar ketika mendengar Claudya belum kembali.

Rey berjalan dengan tertatih-tatih keluar rumah.

"Kamu mau kemana Rey?" tanya Furqon.

"Aku harus mencari Claudya," ujar Rey.

"Kamu belum sembuh Rey, biar aku yang nyari. Kamu tunggu aja di sini." Furqon berlari keluar menembus hujan deras.

Furqon bergegas berlari ke aula tempat dimana acara tadi berlangsung. Langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu yang tergeletak di depannya.

"Siapa itu yang disana?" batin Furqon.

Ia pun mendekatinya, alangkah terkejutnya Furqon. Ternyata orang yang ia cari tergeletak di depannya.

"Claudya!"

Furqon mengangkat Claudya kembali ke rumah.
---------

Cinta Sang Mantan NapiWhere stories live. Discover now