part 21

64 5 0
                                    

"Astagfirullah, Claudya!' teriak Nissa begitu melihat Claudya yang diangkat Furqon dalam keadaan pingsan.

Semua orang keluar mendengar teriakan Nissa. Yang lain pun tak kalah kaget nya dengan apa yang mereka lihat. Karena sebelumnya Claudya dalam keadaan Baik-baik saja.

"Claudya kenapa Furqon? Kamu temukan dia dimana?" tanya Nissa pada Furqon yang sudah memasuki teras rumah.

"Saya juga gak tahu Bude, saya temukan Claudya sudah tergeletak di tanah depan aula." ucap Furqon sambil meletakkan Claudya di atas ranjang kamarnya.

"Kalian keluarlah dulu, UMJ harus menggantikan pakainannya. Kasian, dia pasti kedinginan." pinta Nissa.

Sambil menunggu Nissa menggantikan baju Claudya, Furqon juga harus mengganti pakaiannya. Dan yang lain menunggu di ruang keluarga.

"Si mbak, kenapa ya? Kok bisa tiba-tiba pingsan disana? Perasaan tadi masih baik-baik aja." ucap Riana heran.

"Apa Claudya sakit?" Yusuf angkat bicara.

"Apa ini ada hubungannya sama lamunan Claudya tadi sewaktu di atas panggung?" tebak Rey.

"Itu bisa jadi, soalnya begitu mbak turun, mukanya jadi pucat? Kayak ngelihat setan di siang bolong." sahut Riana.

"Sepertinya ada yang menggangu pikiran Claudya, dia terus meracau dalam tidurnya," ucap Nissa ketika keluar dari kamar.

"Sewaktu aku sampai di depan aula, sepertinya aku juga ngelihat ada orang di dalam aula." Tutur Furqon.

"Siapa? Cewek apa cowok?" tanya Riana penasaran.

"Gak begitu jelas, karena hujan sangat deras,"sahut Furqon.

"Dari pada berprasangka buruk lebih baik kita tunggu Claudya sadar. Kita tanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Hujan tak kunjung reda, petir saling bersahut-sahutan.

"Mbak! Mbak, udah bangun?" tanya Riana cemas.

"Erick ada disini, Riana," ungkap Claudya.

"Erick? Erick Mahardika? Mantan mbak?"

"Iya, tadi dia datangi mbak di aula, Ri. Mbak takut dia nekat lagi."

Riana memeluk kakaknya dengan erat. "Tenang mbak, mbak gak sendiri. Kita bakalan jagain mbak disini." Riana menenangkan Claudya.

"Kamu udah bangun sayang?" ucap Nissa begitu masuk kamar dan melihat Claudya terduduk.

"Kamu gak pa-pa kan?"

"Umi, ikut Riana keluar yuk!" ajak Riana.

Riana menceritakan semua yang di alami Claudya. Termasuk siapa itu Erick.

"Ya Allah Claudya, Allah selalu menguji hambanya. Semoga diberi kesabaran dalam menghadapi segala macam cobaan yang datang bertubi-tubi."

Mereka tidak menceritakan tentang apa yang menimpa Claudya pada Rey. Karena mereka tahu apa yang akan nanti Rey lakukan jika tahu hal itu.
Hujan sudah reda sejak tadi sekarang hanya menyisakan rintik-rintik.

Setelah hujan matahari akan muncul. Begitu juga dengan kehidupan setelah rasa sakit bahagia akan datang.
Pelangi akan muncul setelah hujan menjadi janji alam jika masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja.

Hujan turun di waktu yang tepat, ia mampu merobek kembali setiap jahitan luka yang tadinya terlihat kokoh membendung setiap pedih yang dulu sempat menjadi sumber derita.

Rey harus kembali ke rumah sakit untuk kontrol luka jahitannya. Claudya bersikeras ingin pergi mengantarnya. Sedangkan Riana sudah mulai dekat dengan Furqon.

"Claudya, aku bisa pergi sendiri. Lebih baik kamu di rumah aj," ujar Rey.

"Gak, kamu gak boleh pergi sendiri. Aku mau nganterin ke rumah sakit." kekeh Claudya.

"Baiklah jika kamu memaksa." Rey pasrah.
-------

Cinta Sang Mantan NapiWhere stories live. Discover now