[01] Awal Mula

313 49 121
                                    

Di pagi hari Ahad yang cerah ini, sang Pangeran bungsu yang bernama Jaka ingin berjalan-jalan mengelilingi dunia luar mumpung sekolah khusus kerajaan libur. Ditemani pengawal pribadinya yang bernama Jailani, mereka sudah keluar istana pada jam delapan.

Jika kalian tanya dimana sang Putra Mahkota, dia melanjutkan tidur yang sempat tertunda karena dia tadi malam bangun sahur. Kenapa puasanya hari Ahad?

Hari Ahad adalah hari istirahat bagi pangeran. Mereka dibebaskan dari tugas apapun. Jadi hari Ahad (menurut pangeran Yahya) waktu yang tepat untuk berpuasa. Ngarang sih, alibi saya aja. Saya suka soalnya puasa pas libur sekolah baik offline maupun online.

Yah kira-kira jam sepuluh nanti dia akan bangun.

Lanjut

Mereka mulai perjalanan dari rumah-rumah penduduk. Dan atas usul pengawal, mereka menuju pasar minggu.

Pangeran tak hentinya memancarkan binaran exited dari matanya melihat stan stan yang berjajar. Sedangkan pengawal hanya menatap datar.

"Perasaan dia pangeran. Tapi kok norak ya?"

Dasar Jailani, tidak sopan bintang satu.

Mereka mencoba berbagai stan permainan. Ralat, hanya pangeran Jaka yang bermain. Jailani tidak ikut, hanya mengawasi. Kecuali jika pergi ke stan makanan.

Atensi Jaka tertarik pada kakek penjual keong gondang. Tau?

Keong yang cangkangnya warna-warni itu loh. Saya pengen beli soalnya gemes sama rumahnya, tapi geli sama keongnya.

"Jailani, ke sana!"

Mereka berjalan menghampiri kakek penjual keong gondang tersebut.

"Jual apa kek?"

Kakek yang sedang berteduh dibawah pohon sambil mengipas-ngipasi dirinya itu hanya menatap Jaka. "Kamu liatnya saya jualan apa?"

Lah ngegas si kakek.

"Keong gondang."

"Nah itu tau."

"Berapaan kek?" tanya Jailani.

"Satu lima ribu. Kalau sama rumahnya dua belas ribu."

"Apaan? Mahal banget. Masa harga seekor sama rumahnya selisihnya sedikit? Kasih murah lagi lah.." tawar Jailani.

Disaat pengawalnya melakukan tawar-menawar, Jaka sibuk mengamati salah satu keong yang warna cangkangnya seperti kumbang. Dia mengambil keong itu dan diletakkan ditelapak tangan kirinya. Matanya berbinar binar melihat keong itu berjalan ditangannya.

Setelah puas, dia hendak mengembalikan keong itu ke tempatnya. Tapi tiba-tiba...

Krauk

"Aaaaaaaaaaaaaaaa!"

Fokus Jailani dan si kakek teralihkan ke Jaka yang sedang menjerit kesakitan. Keong itu menggigit dan menusuk jari telunjuk kanan Jaka.

Jaka mengibaskan tangannya agar terlepas dari cengkeraman keong. Keong berhasil terlepas. Namun keongnya terhempas ke pohon yang dijadikan sandaran oleh si kakek. Kakek hampir saja kena, tapi tidak jadi karena sempat menghindar.

Dihempas, gelombang~
Dilempar~ kan angin~

Namun naas, cangkang keongnya pecah karena menghantam batang pohon terlalu keras lalu jatuh. Keongnya sempat bergerak sebentar, kemudian-

Tewas

"Aduh!" seru Jaka.

"Pangeran!" Jailani tergopoh berlari menuju majikannya. Sedangkan si kakek melihat keadaan keongnya yang telah tewas.

"Pangeran gapapa?" tanya Jailani panik.

"Gapapa matamu! Liat, berdarah!" sungut Jaka memperlihatkan telunjuknya yang berdarah.

"Hewan apaan gituan satu ekor lima ribu. Mendingan buat jajan siomay bisa kenyang. Hewan tukang gigit gitu cuma bakalan ngerepotin doang!" Jaka berkacak pinggang. Dagunya terangkat angkuh.

Si kakek tidak mempedulikan ocehan Jaka. Dia memandangi keongnya dengan pandangan nanar. Tangannya perlahan terkepal. Dia lalu berdiri dan menghampiri Jaka.

"Hey kau anak muda!"

Keduanya-Jaka & Jailani-serempak menoleh ke si kakek. Jaka hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Kau harus bertanggungjawab!"

Jaka mendecih. "Cih, salahkan saja keongmu. Dia melukai jariku, lihat!" Sekali lagi Jaka menunjukkan telunjuknya. "Kau tau siapa diriku? Aku adalah Pangeran Jaka. Putra bungsu yang sangat disayang oleh Raja Louis dan Ratu Nanda, pemimpin kerajaan Hijau.

Barangsiapa yang melukaiku, maka dia pantas mendapatkan hukuman. Dan hukuman bagi keong lemah milikmu yaitu dia harus kehilangan nyawanya."

Kakek menahan amarah. Ia mencoba bersabar dan memohon ampun pada Tuhannya dalam hati apabila dirinya ada salah pengucapan. "Apakah keongku nyaris menghilangkan nyawamu? Tidak kan? Lantas kenapa dia harus mati?

Ini bukan soal harga, Pangeran Jaka yang terhormat. Ini atas kesalahan kecil. Kau membalasnya terlalu berlebihan!" seru si kakek yang suaranya mulai bergetar.

"Ck, berisik. Jailani, ayo kembali ke istana. Tidak sudi Aku bertanggungjawab kepada kakek tua yang sudah menghinaku." Menuruti sang Tuan, Jailani mulai membawa Jaka untuk pulang ke istana.

"Kau harus merasakannya pangeran. Kelakuanmu itu mengingatkanku pada domba milik tetanggaku!"

Sang kakek berujar keras. Meskipun Jaka & Jailani sudah perlahan menjauh, mereka atau lebih tepatnya pangeran, mendengar semuanya.

Mereka segera menuju istana. Dengan perasaan Jaka yang gelisah.












¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora