[48] Fight and Save!

18 7 14
                                    

.

.

.

Sudahlah, Riki dan Jaka begitu lelah melihat mereka.

————————————————




"Anjir, bukan abang gua sumpah!" kata Riki.

Jaka mengusap wajahnya, tidak paham dengan kelakuan mereka. "Udahlah Rik, kita nyari ayang gue sendiri aja!"

"Ayoklah!" Riki berjalan mengikuti Jaka.

Mereka berdua berjalan ke arah utara. Keadaan disekitar mereka mulai sepi, disinilah toko-toko yang sedang tutup itu. Ada toilet juga disini, dan beberapa ruangan yang hanya bisa dimasuki oleh para karyawan.

Tapi, disebelah toilet, ada tangga dengan simbol di dindingnya. Simbol panah ke atas.

"Tangga apaan tuh?" tanya Jaka penuh curiga. Riki menggeleng tidak tahu, lalu mereka mendekati tangga itu dengan hati-hati.

Dilihat dari dekat, tangga itu pendek, tidak berbelok seperti tangga lainnya yang ada di Mall. Telinga Riki mendengar suara. "Ada orang dibalik pintu itu," katanya sambil menunjuk ke pintu hitam yang menjadi ujung dari tangga.

Dengan dua kali gerakan, pintu terbuka. "Panggil abang lo dan temen-temennya kesini sekarang!" Perintah Jaka dan Riki langsung bergerak turun.

"Lepaskan Kirana!" Jaka berteriak membuat salah satu dari dua orang pria yang sedang berdiri di dekat pagar rooftop berbalik badan.

"Apakah kita daritadi nangkap dia? Lihat, bahkan kita tidak berkontak fisik!" jawab pria berkacamata hitam, sebut saja Po.

Ya tidak salah sih.

Setelahnya hening cukup lama. Jaka menunggu gengnya abangnya Riki. Sedangkan Po bingung juga mau ngapain. Temannya— sebut saja Pi —sedang tetap berada di posisinya. Membelakangi Jaka, dan sepertinya sedang berbicara dengan Kirana.

"WOY! BALIKIN ANAK ORANG ANJIR! Kasian nih bocah, belum nembak gebetan tapi gebetannya malah diculik!" Han datang-datang langsung berkoar. Aduh, Jaka jadi malu nih, ketahuan niat aslinya.

Ciee Jaka.

"Hadapi kami terlebih dahulu."

Jino and the gang bingung, kami katanya?

Tiba-tiba muncul enam orang berbadan kekar dari persembunyiannya. Mereka langsung berlari untuk menyerang. Jino dkk yang memang sedang memiliki jiwa ingin tawuran, menanggapinya dengan semangat.

Tersisa satu orang, dan Jaka yang akan menghadapinya.

Jaka berlari menuju Po dan melayangkan satu pukulan ke wajah Po. Dan Po berhasil menghindarinya, dia langsung menahan pergelangan tangan Jaka dan melemparnya ke belakang. Jaka memanfaatkan kesempatan itu dengan menendang Po tepat dibagian punggung sebelum dirinya jatuh.

Begitu Po jatuh, Jaka ancang-ancang menginjak kepala Po. Lagi, Po berhasil menghindarinya dengan berguling. Kakinya yang panjang menjegal Jaka membuatnya jatuh telentang.

Sial, apapun bisa ditahan, asal jangan kepala.

Jaka menyerah? No.

Mereka terus bertarung, dengan Jaka yang kerap kali tumbang. Hampir sedikit lagi Jaka pingsan, untung saja Felix datang dan mengambil alih tugas untuk menghadapi Po. Tujuan mereka tetaplah menyelamatkan Kirana.

Melihat Jaka yang sudah tidak ada lawan, Pi bersiap menyerang Jaka, tetapi Oci yang baru datang langsung memukul hidungnya. Pi berucap kepada Kirana, "mereka tidak menginginkan dirimu, langkahkan kakimu dan kehidupan yang menyenangkan akan segera kau temui!"

Jaka bingung dengan apa yang dia ucapkan. Tapi dia lengah, Kirana memanjat pagar, lalu menjatuhkan diri.


















TAP! TAP! TAP!

"Jangan!"

Jaka berlari dengan cepat, melompat, memeluk Kirana dan memposisikan diri agar setidaknya dia yang terkena tanah duluan. Setidaknya agar luka Kirana tidak terlalu parah.

Jaka memeluk Kirana dengan erat, dan pasrah. "Aku mencintaimu."







***
🧐🧐🧐

APA INI???

Yaampun, itu kalimat confess pertama yang pernah ada di bukuku. Oiya jelas, ini buku romansa pertamaku.

Maaf ya kalo kalian bingung pas ngebayangin adegan aksi. Emang sih, aksi enaknya dilihat secara langsung, bukan ngebayangin lewat kata-kata.

Btw, sehat* bahagia terus ya!

Dadah!

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now