[03] Perubahan [revisi]

101 36 51
                                    

.

.

.

Dan malam ini, Jaka tidur diawali dengan overthinking.

———————————————





Sinar matahari mulai masuk melalui jendela yang ditutupi gorden transparan yang berwarna emas. Sepasang mata terbangun karenanya. Ia menoleh ke sekitar. Merasa asing dengan yang penglihatannya.

"Kok pemandangannya kayak beda ya?" tanyanya dalam hati.

Alarm mewah di atas nakas berbunyi. Menunjukkan pukul enam pagi. Ia masih malas untuk bangun. Terlalu nyaman dengan kasurnya.

"Jaka! Alarmnya mbok dimatiin yo Le!" teriak sang ratu. Dia berjalan kemari untuk membangunkan putra bungsunya.

Ceklek!

"Le, bang- Mas! IKI WEDHUSÉ SOPO KOK TEKAN KAMARÉ JAKA?" teriak Nanda panik.

•translate•
[Mas, ini kambingnya siapa kok nyampe kamarnya Jaka?]

Matanya menatap seekor domba yang berbulu putih bersih diatas kasur milik putranya, dengan tatapan horor. Tubuhnya merapat ke tembok. Takut jika sewaktu-waktu domba itu menyeruduk.

Tak lama Louis datang. "HAH?! SHEEP IN JAKA'S ROOM?". Dia sama terkejutnya dengan sang istri. Ikutan nempel ke tembok juga.

Sedangkan makhluk yang membuat panik malah bingung. Sejak kapan ada domba? Apakah ayah dan ibunya sedang mengeprank dirinya dengan pura-pura melihat domba disini?

"Mbee."
(Berisik.)

Kini giliran Ia yang terkejut. Ia lalu berdiri dan menatap empat kakinya.

"Serius? Jaka jadi domba?"

Ya, Jaka menjadi domba. Dia melompat lalu turun ke cermin guna melihat bayangannya dengan jelas.

Ya benar. Domba seutuhnya. Kepalanya menoleh ke dua manusia yang menatapnya takut. Jaka berlari keluar kamar menuju kebun istana.

"Panggilin Yahya Mas! Suruh dia nangkep dombanya!"

Jaka menambah kecepatan larinya saat tau ibunya menyuruh orang-orang untuk menangkapnya. Dia menabrak apa yang didepannya. Ukurannya memang kecil, tapi tenaganya cukup besar.

Kakaknya menghadang. Sebuah karung ditangan siap diarahkan ke kepalanya. Meleset

Jaka terus berlari sampai akhirnya dia dikebun istana. Matanya berbinar melihat rumput yang tumbuh lebat. Kakinya mendekati rumput lalu memakannya.

Sedikit pahit diawal, tapi enak. Tiba-tiba pandangannya gelap dan dia merasa tubuhnya terangkat.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.











Jaka diikat didalam kandang terbuka khusus untuk ternak kerajaan. Dia memberontak tapi percuma, ikatan Yahya terlalu kuat.

"Ini domba siapa Rama¹?"

"Ayah tidak tahu. Tadi ibumu manggil ayah, jadinya ayah datang ke kamar adikmu dan menemukan domba ini."

Yahya, Louis, dan Nanda berada di luar kandang.

"Ini Jaka Mas, Ayah, Bunda."

Ketiganya menoleh ke yang baru saja berbicara. Bagaimana bisa seekor domba berbicara?. Pikir mereka.

"J-jaka? Ini kamu, Nak?" Mengesampingkan keraguan, Nanda mulai bertanya.

"Iya bunda. Ini putramu, Jaka."

Nanda terduduk dengan lemas. Putranya jadi hewan, ini suatu kabar buruk baginya selaku sang ibu. Hatinya marah sekaligus sedih.

"Duh gusti sang Hyang Widhi², siapa yang ngutuk kamu nak?" tanyanya dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

"Jaka ndak tau Bunda. Tapi kemarin, Jaka sama Jailani ketemu kakek penjual keong gondang yang aneh. Dia bilang waktu itu, Jaka mirip sama domba tetangganya. Kayaknya dia pahit lidah."

Pahit lidah³.

Sebutan bagi orang yang memiliki kemampuan dimana setiap kali dia berkata, pasti apa yang dikatakannya akan terjadi saat itu juga.

Sayangnya, si pahit lidah ini orangnya gegabah, gampang emosi. Dan Jaka tidak tahu bahwa dia telah membuat sakit hati seorang pahit lidah.

"JAILANI! PENGAWAL!"

"Siap, baginda!"

"Cari seorang kakek penjual keong gondang yang ditemui Pangeran Jaka kemarin. Sekarang!"

"Baik, laksanakan Baginda!"

"Kamu, Jailani. Pimpin mereka. Karena kamu yang tau seperti apa rupa kakek pahit lidah itu!"

"Siap baginda!"

Louis menghela napas kasar saat pengawalnya telah menjauh dan melaksanakan perintahnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










Catatan kaki :

1. Yahya memanggil ayahnya dengan sebutan 'Rama'. Yang berarti ayah dalam bahasa Jawa tingkat halus (krama). Sedangkan Jaka memanggil ayahnya dengan panggilan 'Ayah'.

2. Nanda mengatakan "Sang Hyang Widhi" Karena memang agamanya adalah Hindu.

Jadi, Louis itu awalnya Pangeran dari Kerajaan luar negeri. Dan agamanya Katolik. Nanda Hindu. Sedangkan kedua putranya baik Yahya maupun Jaka beragama Islam. Ini berawal dari Yahya yang suka berteman dengan pangeran dari Kerajaan lain tanpa pandang bulu.

Yahya penasaran dengan yang namanya puasa. Dan Jaka, dia hanya ikut Masnya.

3. Pahit lidah adalah sebuah dongeng anak anak. Dimana selain ucapannya pasti terkabul, lidahnya juga beracun. Selengkapnya cari aja di google.

Latar waktu cerita ini kuambil waktu sekarang. Ini kerajaannya modern. Sama lah kayak keraton Jogja. Dan disini ceritanya berada di pulau Jawa.

Dah anggep aja gitu. Jangan dibawa kayak real, ingat, ini dunia oren.

Pangeran Domba || [Yang Jungwon]Where stories live. Discover now