40

3K 466 10
                                    

Happy reading!
.
.

Waktu itu seperti hadiah terindah jika dibuka pada kesempatan yang tepat. Namun, bisa menjadi hadiah terburuk jika terjadi di saat yang tidak diinginkan.

Menapak tilas kepergian Leo bertahun-tahun silam menjadi titik balik perubahan dalam hidupnya. Ia telah memberikan Via hadiah terindah sekaligus terburuk di waktu yang sama. Indah, karena ia membuat ayah dan ibunya, yang sudah lama pisah dan jauh dari kata akur itu bersama dalam satu kesempatan. Namun sayang, kesempatan itu hadir untuk memberi salam perpisahan pada buah cinta mereka di masa lalu.

Meski orang tuanya tidak pernah kembali bersama hingga akhir hayat, Via menyaksikan ayah dan ibunya berkomunikasi dengan baik satu sama lain sebagai kawan. Selagi ibunya kembali tinggal bersamanya di Bandung, ayahnya memilih tinggal bertetangga dengan Oji. Dia dan Oji juga tidak lagi berkomunikasi secara ketus. Setelah Q&A Corps menjalin kerja sama dengan Victory Capital, hubungannya dengan Oji semakin baik. Via mulai melihat Oji sebagai saudara, begitu pun sebaliknya. Hubungan persaudaraan mereka mulai terjalin setelah hubungan Via dengan ayahnya mulai kembali menghangat. Tapi tetap saja, Via dan Oji tidak pernah satu pikiran ketika berdebat mengenai bisnis.

Hal buruk yang didapatkannya dari kepergian Leo adalah penyesalan yang membekas seumur hidup. Ketika teringat Leo, Via kembali menyalahkan diri atas tindakan-tindakannya yang sama sekali tidak dewasa. Mulai dari mengabaikan panggilan dan pesan, sampai memblokir nomor agar tidak menghubunginya. Mendiamkan dan tidak mengacuhkan keberadaan ibu dan Leo, serta sempat menganggap ayahnya tidak pernah ada merupakan sikap terburuk yang tidak ingin ia wariskan pada keturunannya.

Kembali ke momen kehilangannya bertahun-tahun lalu. Bangun-bangun, Via menyadari kendaraan yang dibawa Oji sudah berlari di jalan bebas hambatan Cikampek - Palimanan. Kondisi jalan cenderung sepi, terlihat dari caranya menyetir di satu jalur yang sama dalam waktu cukup lama. Kecepatan Oji juga konstan di batas maksimum aman memacu kendaraan. 

Via sama sekali tidak bicara selama di perjalanan. Bahkan kepada Sasi, yang mendadak ikut ke Jogja atas permintaan dadakan Oji. Selama perjalanan, Sasi menceritakan ulang kejadian yang menimpa Leo tadi siang. Kakaknya itu ternyata menjadi salah satu korban kecelakaan beruntun di tol Trans Jawa dari arah Jogja yang tewas di tempat.

Setelah menghabiskan waktu sekitar tujuh jam di jalan, mereka sampai di kediaman ibunya dan Leo. Tempat itu sudah ramai dengan para pelayat. Ada beberapa karangan bunga yang berdiri menghadap jalan raya, menyampaikan ungkapan belasungkawa atas kepergian Leo. Via mengabaikan semua orang yang menghampirinya dengan wajah sedih dan penuh simpati, memasuki bagian dalam rumah.

Hanya satu tujuannya. Persetan dengan perasaan dongkol, kesal, marah, yang menahannya untuk kembali. Ia tidak memedulikan ucapan duka cita yang berulang kali menghentikan langkahnya.

Ia hanya ingin melihat ibunya.

"Mama!"

Wanita itu berada di sebelah peti, seorang diri. Badannya setengah memeluk bagian luar peti, wajahnya tampak basah dengan air mata. Tanpa pikir panjang, Via langsung berlari untuk memeluknya.

"Mama," bisik Via berulang kali, memeluk erat ibunya. Seakan hubungan dingin mereka tidak pernah ada, ibunya membalas pelukan Via tidak kalah erat.

Air mata yang tertahan sejak mendengar kabar duka itu pun luruh. Tidak tanggung-tanggung, Via melepas emosi yang menyesakkan dada selama berada di perjalanan. Ibunya juga melakukan hal yang sama. Raungan tangis keduanya membahana ruangan. Tidak ada kata yang terlisan dalam isak tangis mereka. Alih-alih menenangkan mereka, para pelayat membiarkan anak dan ibu itu melepas dukanya.

Sebenarnya, Via masih belum mau percaya kalau kakaknya sudah tidak lagi berpijak di dunia yang sama. Kalau bukan peti kayu berada di tengah ruangan disertai identitas Leo, Via tidak akan sesusah ini menghentikan tangis.

FLAW(LESS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang