7

3.5K 578 4
                                    

Happy reading!

Via menghabiskan harinya kali ini dengan bekerja. Tidak cukup mengambil alih pekerjaan Revan yang belum juga sempurna, Via mengerjakan pekerjaan Rafi yang terbengkalai. Entah apa yang dilakukan anak buahnya itu sampai beberapa pekerjaannya molor.

Berhubung tenggat waktu dari pekerjaannya sangat mepet, Via langsung mengambil alih tanpa meminta izin pada Rafi, yang seharian ini tidak tampak batang hidungnya. Semua anggota tim Via terpaksa lembur hari ini.

"Mbak, mau snack ga?" Tanya Haifa.

Via mengalihkan pandangan. "Boleh. Kalian pesan apa emangnya?"

"Kita mau pesen Dominos. Mbak ada request?"

Via menggeleng. "Gue ngikut aja. Nanti tagihannya tunjukkin ke gue ya, biar gue yang bayar."

Sontak, ruangan kaca yang menjadi tempat kerja Via bersama timnya ramai. Tidak mungkin mereka menolak rezeki dadakan dari Via. Lagipula, ini jarang sekali terjadi. Biasanya, bayar sendiri-sendiri.

"Kamu pesen pake apps?" Tanya Via lagi.

Haifa mengangguk.

"Pilih cash aja. Jangan pake uang kamu."

Haifa kembali merayakan dalam hening. Via sempat melihat sekilas reaksi Haifa seraya tersenyum.

Selagi timnya asyik melepas penat sejenak di sela bekerja, Via mencuri pandang ke seberang kantornya. Satu ruangan kecil yang dikhususkan sebagai ruangan Dimas. Nyala lampu dibalik tirai yang menghalangi kaca ruangannya masih menunjukkan kalau Dimas belum pulang.

Akhir-akhir ini, Dimas sering menghabiskan waktunya di ruangan. SmallHelp sedang memperluas ekspansi pasar. Terutama mencari lahan yang belum terjamah oleh SmallHelp. Sejak mundur sebagai CMO, Via tidak tahu pasti rencana Dimas dan timnya yang belum bisa dibagi kepada seluruh staf termasuk dirinya. Salah satunya adalah yang dibicarakan saat rapat tadi pagi.

Mengirimnya ke Yogyakarta. Tempat itu masih termasuk lahan yang belum terjamah oleh SmallHelp.

Via paham alasan dirinya yang ditunjuk untuk melakukan rencana tersebut. Kompetensinya sebagai team leader sudah teruji. Selama satu tahun menjabat sebagai CMO SmallHelp, beberapa gebrakan dilakukan. Termasuk ekspansi habis-habisan di sekitar Jakarta. Ide untuk membuka bisnis baru SmallHelp dengan metode partnership juga lahir dari Via. 

Apalagi, mereka semua sudah mengenal.dekat Via.

"Eh, kayaknya udah dateng nih." Sahut Haifa setelah melihat ponselnya. "Aku ke bawah ya, Mbak."

"Bentar Fa," Via mengeluarkan sejumlah uang dan menyerahkannya pada Haifa, "kalau kurang, bilang ya. Nanti kekurangannya diganti."

Haifa menerima uang Via. "Oke Mbak!"

Revan mendadak berdiri dari kursinya. "Gue temenin ya, Fa?"

Haifa mengangguk. "Boleh banget, Rev."

Selagi menunggu Haifa dan Revan, Via kembali fokus dengan pekerjaannya. Sedikit lagi, dia bisa menikmati kasur empuk di apartemennya dan membalas waktu tidurnya yang berantakan sampai besok siang.

"Mbak."

Sasi, satu-satunya rekan yang masih berada di kantor bersamanya, memanggil.

"Hemm?" Via merespon seadanya.

"Kayaknya Haifa sama Revan deket banget deh, Mbak."

Via masih fokus dengan pekerjaannya, menanggapi ucapan Sasi. "Wajarlah deket. Bukannya mereka satu almet ya?"

FLAW(LESS)Where stories live. Discover now