8

3.6K 581 2
                                    

Happy reading!

"Heee! Udah jam segini?" Seru Sasi dari layar laptopnya. Perempuan berkaca mata itu segera menghentikan dirinya larut dalam pekerjaan. Jika tidak, dia bisa menginap di kantor sampai pagi.

Tidak hanya Sasi, Revan dan Haifa juga sedang berkemas untuk pulang. Via memperhatikan ketiga stafnya, saat dia masih duduk santai di kursinya.

"Mbak nggak pulang?" Tanya Haifa, menyadari Via belum juga berkemas.

"Duluan aja. Masih utang kerjaan Revan yang harus selesai besok."

Jawaban Via membuat satu-satunya laki-laki di ruang kerja berukuran petak itu menundukkan kepalanya. "Maaf, Mbak." Cicitnya, tidak enak hati.

Via justru terkekeh. "Kamu dibecandain langsung pundungan gitu. Jangan sampai kamu juga pundung, begitu kalah argumen sama klien."

Ucapan Via sangat tidak terduga bagi ketiganya, yang tidak pernah melihat team leader-nya bercanda.

"Ahahaha..." Sasi, lalu diikuti Haifa dan Revan, tertawa canggung.

Kecanggungan kental terasa bagi tiga orang yang selama ini jarang dipuji Via. Sebaliknya, Via abai dengan kecanggungan yang terasa mengganggu ketiga stafnya.

"Kalian pulang pake kendaraan umum? Atau ada yang bawa kendaraan?" Tanya Via.

"Aku tinggal jalan sih Mbak. Kosan aku deket." Jawab Sasi.

"Aku... naik ojol, Mbak." Jawab Haifa.

Via menatap Revan. "Kamu bawa kendaraan?"

Revan menjawab dengan anggukan.

"Mobil?"

"Mo...motor, Mbak." Jawab Revan gugup.

"Kamu kenapa gugup jawab pertanyaan Mbak? Takut ditebeng?" Todong Via.

Revan langsung menggeleng.

"Saya duluan Mbak, kalau begitu." Sasi pamit lebih dulu karena dia telah membereskan barang-barang. "Sampai ketemu Senin!"

Sepeninggalan Sasi, Revan masih berada di dalam ruangan. Padahal sudah berkemas rapi, tapi lelaki itu masih berdiri di dekat pintu seperti menunggu seseorang.

Gelagat Revan yang baru bisa Via lihat setelah mendengar cerita Sasi. Via baru sadar, dari pertama Revan bergabung dalam tim, baik Haifa maupun Revan, keduanya saling melirik seperti orang jatuh cinta.

Haifa juga sama. Baru juga dia menyadari, Haifa mengulas senyum ketika Revan menawarkan diri untuk menemani Haifa turun. Sekarang, perempuan itu membereskan barang-barang dalam kecepatan lambat sambil melirik pandang Revan.

Gosh! Via benar-benar menyesal baru menyadari semua ini!

"Kamu nungguin Haifa?" Tebak Via langsung saja. Wajah lelaki itu terlihat memerah.

"A... sa..saya permisi, Mbak!" Revan langsung ngacir keluar ruangan. Tingkah lelaki itu tampak menggemaskan.

Haifa masih membereskan peralatan elektroniknya saat Via berkata, "kamu pulangnya sama Revan aja. Dia bawa helm lebih kan?"

"Eh? Tapi, itu..."

"Daripada naik ojol malem-malem? Revan tahu kan tempat tinggal kamu dimana?" Tanya Via lagi.

Perlahan, Haifa mengangguk. "Pulang duluan ya, Mbak Via."

"Apapun yang kalian coba tutupi," Via membuka suara dengan nada penuh wibawa, sebelum Haifa berlalu, "saya harap tidak mempengaruhi kinerja kalian di SmallHelp. Terutama, dalam tim saya. Understood, Haifa Rizkiana?"

FLAW(LESS)Where stories live. Discover now