25

4.1K 651 18
                                    

Happy reading!
.
.

Bian merasa bersalah pada Via karena sudah bersikap keras. Di depan umum pula, ia bersitegang dengan gadis itu. Padahal, Bian tidak bermaksud menyinggung perasaan Via, sampai lupa menghabiskan makanan yang dipesannya. Dia sedikit emosional saja, setiap mengingat kehadiran orangtuanya.

Begitu tutup, Bian langsung memesan juru masak untuk menyiapkan nasi goreng khas Oasis dan minuman yang beberapa jam lalu dia siapkan. Ia berhasil meyakinkan gadis itu untuk keluar dari kamarnya dengan alasan kosong.

Segera, Bian menyajikan semuanya di atas meja rendah, tidak jauh dari kamar yang ditempati Via. Tepat di depan pintu kamar yang Via tempati merupakan ruang santai bersama yang biasa digunakan untuk menerima tamu para penghuni dalam jumlah banyak.

"Soal yang tadi siang di Oasis, aku minta maaf." Mulai Bian, sambil menyiapkan makanan untuk Via. "Aku bawakan makanan yang tadi belum sempat kamu sentuh sebagai permintaan maaf, Vi."

Gadis itu membeku kala menatap minuman dalam cup plastik, yang baru saja dikeluarkan Bian dari kantong.

"Ini ...." Via bahkan tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya dengan menyebut menu minuman yang dipesannya ketika berkencan dengan cinta pertamanya.

"Kenapa?" Bian melihat reaksi Via yang tampak kaget melihat minuman itu. "Kamu nggak suka sama minumannya? Bukannya itu minuman favorit kamu setiap ketemu sama dia?"

Via tersentak, bersamaan dengan Bian, menyadari ucapannya yang meluncur begitu saja. menatap Bian, bingung.

"Kamu ... kenal aku sebelumnya?"

Bian masih memilih diam.

"Kamu ... sebenarnya siapa?" Via memperjelas pertanyaannya. Begitu teringat percakapannya dengan Azle, yang sebelumnya terpotong, ia yakin bahwa Bian adalah salah satu sosok yang pernah hadir dalam hidupnya di masa lalu.

Dan ini yang terpenting. Bukan ketika ia menempuh studi di kampusnya dulu.

***

"Aku mau Bubblegum Shake!"

Via, 14 tahun. Baru saja memesan minuman favoritnya pada temannya, pemilik dari kafe Oasis bernama Andra.

Andra mencatat pesanan itu dengan sigap. Begitu "Elo ke sini sendirian? Nggak sama teman lo?"

"Azle?" Via menyebut nama teman yang dimaksud Andra. "Dia hari ini latihan biola, jadi nggak bisa diganggu."

"Terus kamu di sini nongkrong sendirian? Kayak nggak ada kerjaan aja," komentar Andra seraya membereskan daftar menu dari hadapan Via.

Gadis itu merengut. "Aku ada janji sama seseorang kok."

"Candra, maksud lo?"

Wajah gadis itu mendadak hangat usai mendengar satu nama yang kerap membuatnya berdebar. Andra menyebut nama itu dengan ringan.

"Berarti lo beneran jadian sama dia?"

Via mengernyit heran. "Kamu tahu dari mana?"

Bukan mengiakan, ia justru mendengus, "Tebakan gue bener ternyata," ujarnya seraya meninggalkan meja Via, menuju dapur.

Tidak butuh waktu lama untuk Via menemui sosok yang diungkit Andra.

"Maaf, aku terlambat!" Pemuda itu berlari kecil menghampiri Via di bangku sudut, sebelah jendela. Gadis itu menyambut dengan senyum lebar.

"Nggak apa-apa kok, Can. Aku juga baruuuu aja dateng," ucapnya sambil memperhatikan gerak-gerik pemuda yang duduk di depannya. "Mau pesan, Candra?"

FLAW(LESS)Where stories live. Discover now