7. SAKIT

6.5K 262 6
                                    

~

Apa harus menunggu kata terlambat untuk menyadarkanmu akan kehadiranku

~


Alvano menuju ke suatu tempat yang menjadi tempat favoritnya saat sedang kacau seperti ini, selain klub.

Setelah sampai, Alvano segera turun dari mobilnya. Menapakkan kakinya menaiki bukit itu, setelah sampai di puncaknya ia makin tidak tahan dengan emosi yang bergejolak dalam dadanya.

Alvano melampiaskannya dengan memukul pohon yang ada di sekitarnya, membuat punggung tangannya teluka. Rasa sakit di ulu hatinya mengalahkan luka yang menimbulkan darah mengucur di punggung tangannya.

Alvano duduk bersimpu setelah lelah memukuli pohon yang tidak bersalah. Isaknya terdengar disusul dengan teriakkan, juga umpatan bertubi - tubi untuk meringankan nyeri dihatinya.

"AAAAAAAAAAAAA"

"Brengsek"

"Sialannnn"

"Gue bencii, guee benciii, brengsek"

"Arggghhhh, gue gak sanggup Tuhann, gue gak sanggup"

Tubunya semakin bergetar karena menangis, menangis sendirian, meratapi kepedihannya.

"Loe gak sendirian" seseorang menepuk pundaknya kemudian memeluknya, Aldi sahabatnya.

"Ngapain loe disini hah? Gue gak butuh bantuan loe" bentak Alvano dengan menyentakkan tangan Aldi yang memeluk pundaknya

"Loe bukan anak kecil lagi, loe udah gede, jangan bertingkah kaya bayi. Gue tau, loe butuh gue. Gue, Rama, Gensa, itu bukan sahabat loe lagi, tapi keluarga loe"Ucap Aldi dengan nada sedikit meninggi.

"Brengsek" gumam Alvano yang bangkit dan memukul wajah Aldi tanpa ampun.

Aldi yang menerimanya hanya pasrah. Tidak keberatan dan tidak melawan, biarkan sahabatnya ini melampiaskan emosi padanya, tidak peduli wajahnya seperti apa nanti, asalkan ia tidak melihat Alvano hancur seperti ini.

Alvano tersadar dan berhenti memukuli Aldi, Alvano merangkak menjauh dari sahabatnya yang sudah terlentang di atas rumput yang masih basah oleh embun.

Aldi tersenyum, bangkit mendekati Alvano. Memeluknya lagi, Aldi yakin , wajahnya sekarang sudah tidak berbentuk, ia merasakan darah segar mengalir di sudut bibirnya, sakit, sedikit. Yang Aldi tau, rasa sakitnya itu akan hilang saat ia melihat senyuman terukir di wajah Alvano.

"Loe gak sendirian, gue disini" gumam Aldi dengan mengelus punggung Alvano. Alvano kembali terisak.

"Loe gak seharusnya kesini, loe tau gue gak bisa ngontrol emosi gue, gue kalut Di, kalo tadi loe gak kesini, muka loe gak akan bonyok gitu" katanya lirih

Aldi semakin mengeratkan pelukkannya, membuat Alvano tidak tahan untuk menumpahkan segala sesak di dadanya melalui air mata.

"Gue gak tahan Di, gue udah capek" Aldi diam menyimak.

"Gue gak sanggup liat nyokap gue, gue kesana dan liat betapa terpuruknya dia, gue lihat dia nangis, gue gak sanggup lihat nyokap gue kaya gitu, gue pergi ke kantor bokap dan gue..." menarik napas sebelum melanjutkan kalimatnya "gue ngeliat dia...."

Alvano tidak sangup melanjutkan kalimatnya "Gue jijik liat keluarga gue" ucap Alvano disela tangisannya yang memilukan.

"Loe bisa Nok, gue yakin loe bisa" ucap Aldi menenangkan. 'Nok' adalah nama panggilan Aldi untuk Alvano sewaktu masih dibangku SMA.

WEKKERWhere stories live. Discover now