23. MAAFKAN AKU

3K 178 49
                                    

~

Melepaskan bukan berarti menyerah. Tetapi lebih kepada merelakan suatu hal yang tidak dapat dipaksakan

~

Pagi - pagi sekali seperti biasa Alvano mengunjungi sebuah toko bunga yang sudah beberapa minggu ini menjadi kegiatan rutinnya.

Setelah menerima sebuket bunga dari seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya, Alvano beranjak pergi setelah menundukkan kepala sedikit sembari tersenyum.

Alvano masuk ke mobilnya, memasang sabuk pengaman setelah menaruh seikat bunga di jok penumpang sebelah kirinya. Sejenak ia menatap bunga itu, indah. Alvano tersenyum lebar saat melihat bayangan paras cantik Maura yang tersenyum saat menerima bunga darinya.

***

Alvano melangkah pasti sambil menarik kedua sudut bibirnya lebar - lebar. Setelah kejadian kemarin, ia rasa kesempatannya semakin terbuka lebar. Tidak lama lagi, Maura pasti akan menyadarinya. Alvano yakin, bahwa Maura pasti akan kembali padanya. Pasti.

Sepanjang jalan Alvano menyapa beberapa perawat yang terlihat familiar dimatanya, bagaimana tidak kalau setiap hari Alvano datang ke rumah sakit, ia pasti akan merepotkan salah satu diantara perawat - perawat yang ia temui saat ini.

Sesampainya di depan pintu kamar rawat Maura, seperti biasa Alvano mengetuk daun pintu itu beberapa kali kemudian meraih handle pintu, membukanya.

Senyumnya tak pernah pudar sebelum pandangannya terfokus pada objek di depannya. Kosong. Bersih. Tidak ada siapapun.

Maura.

Kemana Maura? Kasur yang biasa di tempati Maura sekarang sudah rapih, selimutnya juga terlipat rapih. Aroma khas rumah sakit tercium lebih menusuk dari sebelumnya. Kamar ini sepertinya baru saja di bersihkan.

Alvano keluar ruangan, melihat nomor kamar rawat itu memastikan kalau ia tidak salah masuk kamar. Benar. Ini kamar Maura. Tapi kenapa....

Bunga - bunga itu menghilang. Semuanya bersih. Derap langkah kaki mendekat, membuat Alvano sontak memutar tubuhnya menghadap ke sumber suara.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang perawat pria yang menghampirinya

"Kemana pasien di kamar ini?"

Perawat itu melihat ke dalam ruangan sekilas "Oh, pasien dikamar ini sudah keluar dari rumah sakit tadi malam dengan suaminya. Kondisinya sudah membaik jadi dokter mengijinkannya untuk rawat jalan" ujar perawat itu menjelaskan "Maaf anda ini siapanya ya?" tanya perawat itu setelah melihat Alvano dari atas sampai bawah

Alvano meremas bunga yang ada di tangannya kuat - kuat, dadanya terasa terhimpit bongkahan batu tajam yang menusuk tepat di dasar hatinya membuatnya sulit bernapas "Temannya"

***

Maura memandang keluar jendela mobil seolah pemandangan jalanan kota yang padat begitu menarik perhatiannya.

Kenyataannya Maura hanya menatap kosong keluar, ia masih berusaha meyakinkan dirinya bahwa keputusan yang ia ambil adalah keputusan yang tepat.

Tiba - tiba Arsen meminggirkan mobilnya lalu berhenti di dekat persimpangan jalan.

"Ra" panggil Arsen

Maura tidak menjawab, Arsen menepuk bahu Maura pelan.

"I-iya?" jawab Maura terkejut mengalihkan pandangannya menghadap Arsen

WEKKERWhere stories live. Discover now