22. KEPUTUSAN

3.8K 180 37
                                    

~

Denganmu aku mengerti, bahwa bertahan tak semudah menghapus noda hitam di atas kain putih

~

“Tumben loe? Perasaan gue gak enak sumpah”

Alvano terkekeh. “Gue minta tolong boleh?” tanyanya

“Apaan? Masuk akal gak?”

“Gue ada masalah nih. Loe temuin client gue ya, rayu gimana caranya proyek gue lancar. Pokonya semuanya harus beres, client gue rada sok penting, tapi gue yakin loe bisa jinakin, gimana?”

“Sejam lagi di kantor, bisa kan? Plisss” pintanya dengan wajah memelas

“Hah? Sejam lagi? Gila loe, mandi aja belum”

“Yaelah, emang loe mandi butuh berapa abad. Buru”

“Dapet apa gue?”

“Ikan cupang. Buruuu”

“Iyeee, kampret”

Alvano menutup sambungan videocall-nya. Tersenyum lebar, sembari berlari kecil kembali ke kamar rawat Maura.

Sampai di depan pintu hampir mengetuk, Alvano mengurungkan niatnya untuk masuk. Ada satu hal yang harus ia lakukan sebelum menemui Maura.

Alvano berbalik, melangkah menjauh dari kamar Maura.

***

Tok Tok

Suara pintu terketuk. Maura menoleh. Mungkin perawat, pikirnya.

“Masuk”

Pintu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya dengan jaket hijau bertuliskan ‘GOJEK’ tengah tersenyum padanya. Karena terkejut, Maura membalasnya dengan senyum kikuk. Tidak biasanya kurir masuk ke kamarnya, biasanya pasti perawat yang memberikan barang titipan padanya.

“Maaf mbak Maura?”tanya pria itu, Maura mengangguk “Ini ada titipan” ujarnya sambil menyodorkan kantong plastik besar yang sudah diikat simpul ke arahnya.

Maura menerima kantong plastik ragu - ragu “Dari siapa pak?”

“Waduh saya lupa namanya mbak, orangnya tinggi ganteng pokonya , mukanya ya kaya saya gini waktu masih muda hehe”

“Kalau gitu saya permisi ya mbak” pamitnya setelah Maura mengangguk seraya tersenyum

Tok tok

Lagi - lagi suara pintu terketuk terdengar, lebih pelan dari sebelumnya. Maura bingung, entah siapa lagi yang datang kali ini.

“Masuk” sembari menegakkan tubunya, Maura mengesampingkan kantong plastik ke sisi kiri tubuhnya.

Alisnya bertautan kala melihat sosok yang muncul dari balik pintu itu. Kurir itu lagi. Kali ini kurir itu mengenakan helm, dengan postur tubuh lebih tinggi dari sebelumnya, tapi masih dengan jaket bertuliskan kata yang sama.

WEKKERWhere stories live. Discover now