19. KESEMPATAN

4.9K 188 20
                                    

~

Berikan aku satu kesempatan, agar aku bisa merubah segalanya

~

Derap langkah kaki terdengar beradu dengan lantai menimbulkan suara yang cukup mengalihkan semua perhatian. Alvano menuruni tangga dengan wajah kusut, rambut berantakan, penampilan yang tidak bisa dikatakan normal.

Gensa , Aldi, dan Rama menatap sahabatnya itu bingung. Sudah tiga hari Alvano mengunci diri di kamar. Mereka pikir hari ini Alvano juga akan mengunci dirinya dikamar. Ternyata tidak. "Gue pergi dulu" satu kalimat terucap dari bibir Alvano

"Kemana?" tanya Aldi

"Rumah nyokap" jawabnya masih dengan nada datar

"Gue ikut" ujar Gensa , Rama, dan Aldi , membuat Alvano sedikit terkejut dengan suara ketiga sahabatnya bersamaan "Terserah" jawabnya datar sebelum melangkah melewati ketiga sahabatnya yang masih menatapnya lekat-lekat.

Gensa bergegas mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di meja makan. Aldi memakai sweaternya asal sambil menyisir rambutnya dengan jari untuk sekedar merapikan. Rama sibuk mencomot omelete buatan Aldi.

Vrommmm..... Vrommmm

Suara derum mobil Alvano meninggalkan pekarangan rumah terdengar cukup kencang. Gensa berlari kecil menuju mobilnya.

"Woy buruannn" teriak Gensa yang sudah siap dibalik kemudi

"Cepet oncommm" kata Aldi sambil menarik kaos Rama "Iya iya, laper nih gue" celetuk Rama yang masih mengunyah

"Elah ntar gue bikinin loe omelete se-samudra hindia. Taruh dulu. Astaga yaudah bawa aja sama piringnya sekalian" gerutu Aldi yang melihat Rama tidak berhenti mengunyah

"Ide bagus" Rama tersenyum sambil memeluk piring berisi omelete diatasnya.

Tinnnnnn.... Tinnnnnn. Bunyi klakson Gensa membuat Aldi dan Rama mempercepat langkahnya "Buruannn" teriak Gensa melihat Aldi dan Rama muncul dari balik pintu.

Mereka memutuskan untuk mengikuti Alvano, mereka merasa ..... entah seperti ada hal buruk yang akan terjadi. Mengingat kondisi Alvano yang sedang kacau, bisa saja Alvano bertindak gegabah misalnya menabrakkan diri ke kereta, loncat dari jembatan, meminum racun, atau melakukan hal - hal diluar nalar lainnya yang membahayakan dirinya sendiri. Memikirkan resiko terburuk yang bisa saja terjadi pada Alvano, membuat ketiga sahabatnya itu merinding.

Kurang dari 15 menit mereka sampai di rumah orang tua Alvano. Mobil Alvano sudah terparkir rapih di halaman. Tapi ada satu mobil yang terparkir tepat di samping mobil Alvano. Aldi menajamkan pengelihatannya, berusaha mengenali siapa pemilik mobil itu.

"Om Bara" ujar ketiganya bersamaan. Mereka bergegas turun, melangkah setengah berlari memasuki rumah orang tua Alvano yang terbuka. Hening. Tidak ada siapapun, tidak juga teriakan. Gensa memperhatikan sekelilingnya, pandangannya terpusat pada seseorang yang berada di bawah tangga dengan raut wajah cemas. Bik Ijah.

Gensa menatap Bik Ijah dengan tatapan tanya, Bik Ijah memberinya isyarat untuk naik.

Aldi terlebih dahulu sampai diatas, ia terhenti tepat setelah menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir. Tangannya terbuka untuk menahan langkah Gensa dan Rama yang ada di belakangnya.

Alvano. Alvano berdiri mematung. Tepat didepan pintu kamar yang sedikit terbuka, tetapi cukup untuk melihat siapa dan sedang apa orang yang ada di dalamnya. Seseorang yang tengah memeluk ibunya.

Aldi melihat tubuh Alvano bergetar saat seseorang menyadari keberadaannya.

"Alvano" ujar seseorang dengan suara lembut sedikit terkejut. Alvano masih terdiam di tempat yang sama.

WEKKERWhere stories live. Discover now