9. JATUH HATI

7.1K 228 24
                                    

~

Pernah tersenyum? Kalau iya. Ingatlah
Pernah tertawa? Kalau iya. Berbahagialah
Pernah bahagia? Kalau iya. Bersyukurlah

Pernah menangis? Kalau iya.
Selamat datang di dunia

~

Alvano membawa Maura masuk ke dalam mobil setelah sopir datang lima menit kemudian, Alvano mengendarai mobilnya melesat memecah hujan deras menuju rumahnya, ia segera menelpon dokter keluarga, untuk memeriksa keadaan Maura.

Alvano berlari memasuki rumah dengan Maura yang ada di pelukannya.

Tak lama kemudian, dokter datang dan segera memeriksa Maura.

Saat dokter selesai memeriksa Maura, Alvano langsung menyerbunya dengan pertanyaan beruntun.

"Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia bisa pingsan? Tadi dia baik - baik saja, apa dia sakit parah? Ada apa dengannya? Apa ada yang membahayakan dirinya? Perlu dibawa kerumah sakit atau ke negara mana untuk berobat? Tidak perlu operasi kan? Sebenarnya dia kenapa, kenapa kau diam saja !!!! " tanya Alvano tanpa henti, dan diakhiri bentakan mautnya.

Dokter yang melihatnya hanya geleng - geleng kepala, paham benar bagaimana sifat Alvano, karena sejak kecil dirinyalah yang menangani segalanya yang berhubungan dengan kesehatan keluarga Mahardika.

"Sepertinya dia gadis yang hebat, bisa membuat seorang Alvano Mahardika seperti itik kehilangan induknya " ucap dokter itu, dengan menepuk bahu Alvano dan tersenyum geli. Alvano yang mendengarnya melotot, membuat dokter muda itu menghentikan tawanya, lebih tepatnya menahan tawa.

"Tenanglah, dia tidak apa - apa, hanya kelelahan, dan karena terlalu lama terkena air hujan, dia demam. Selebihnya tidak ada yang mengkhawatirkan. Tenang saja, sebentar lagi dia akan pulih, oh ya ini resep obatnya" Ucap dokter itu tersenyum, lalu menyerahkan selembar kertas kecil berisi resep obat yang harus ditebus Alvano untuk Maura.

Alvano merasa lega kalau tidak ada yang membahayakan kesehatan Maura.

Dokter itu pulang, Alvano mengantarnya sampai pintu depan. Kemudian Alvano kembali untuk menemani Maura.

Alvano duduk dilantai sebelah tempat tidur Maura. Ia melihat setiap pahatan Tuhan di wajah Maura. Maura sangat cantik. Seperti malaikat saat tertidur, sangat cantik.

Kulitnya yang putih bersih, pipinya yang tidak tirus dan tidak tembam, pas di wajahnya. Mata jernihnya yang menenangkan, alisnya yang tidak terlalu tebal dan tidak juga tipis, bulu mata lentiknya, hidung mancungnya, bibir tipisnya, semua terlihat sempurna dimata Alvano.

Alvano ingin menyentuh wajah Maura, tapi gerakkannya terhenti tepat diatas bibir Maura. Alvano menelan ludah dengan susah payah.

Bibir ituu...

Astaga Alvano sudah tidak waras, tidak mungkin ia mencium orang yang sedang tidak sehat, bahkan belum sadarkan diri.

Sebelum ia dikuasai oleh nafsunya, buru - buru ia memalingkan wajahnya dari Maura.

Alvano menunggu Maura hingga sadar, ia juga mengompres dahi Maura agar demamnya turun, semalaman Alvano menemani Maura, ia membayangkan saat Maura merawatnya ketika ia mabuk dan luka berat akibat pukulan ayahnya, ia membayangkan saat Maura mengataka cinta untuknya.

Sepanjang malam Alvano tersenyum membayangkannya. Berdoa agar Maura akan selalu mencintainya.

Kemudian Alvano tertidur , bersandar di sela- sela tempat tidur Maura, dengan posisi duduk sambil mengenggam erat tangan Maura.

WEKKERWhere stories live. Discover now