31. KABAR DAN SENYUMAN

3.5K 166 80
                                    

~

Aku yang memintamu tersenyum. Aku juga yang berusaha mempertahankannya. Tapi kali ini, kumohon jangan tersenyum padaku. Jangan berikan aku senyuman itu. Senyuman yang merenggutku, menghantamku, membuatku terjatuh hingga ambang kesadaranku sendiri. Harus kuakui mulai detik ini. Aku membenci senyumanmu.

~

#Play musik sebelum baca ya 😄

Tanpa bertanya pada petugas informasi, Alvano sudah tahu kemana ia harus pergi. Secepat mungkin ia berlari membiarkan tubuhnya beberapa kali harus bertubrukkan dengan pengunjung juga beberapa pasien rumah sakit.

Saat netranya menemukan tiga sahabatnya berdiri di depan sebuah ruangan, Alvano bisa sedikit bernapas lega, meskipun hanya sedikit setidaknya itu membuatnya lebih baik.

"Dimana Maura?" tanyanya tanpa pembukaan, kata pengantar, juga daftar isi.

"Di dalam" jawab Gensa menunjuk ruangan yang ada di belakangnya.

Alvano masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk pintu, sontak membuat Rian mengalihkan pandangannya ke arah Alvano.

"Ra, kamu gapapa? Apa yang sakit? Apa yang kamu rasain sekarang? Ra? " ujarnya mengenggam tangan Maura menciumnya lama.

Maura berusaha tersenyum seolah tak ada yang ia rasakan "Aku gapapa" jawabnya sembari mengangguk kecil mengusap pipi Alvano.

Rian menepuk pundak Alvano "Vano bisa kita bicara sebentar?"

Alvano mengangguk kemudian menatap Maura lagi "Aku keluar dulu ya?"

Lagi - lagi Maura tersenyum, entah kenapa Alvano tidak menyukai jenis senyuman Maura yang ini, seperti ada sesuatu.... Entah Alvano tidak mengerti. Mungkin hanya perasaannya saja.

Alvano keluar dari ruangan, mengikuti Rian hingga pria paruh baya itu menghentikan langkahnya.

"Ada masalah dengan kandungan Maura"

Alvano terdiam sejenak "Maksud dokter?"

"Kita harus segera melakukan tindakan. Kondisinya cukup serius. Ketubannya sudah pecah sejak satu jam yang lalu, tapi pembukaannya sedikit terganggu meskipun sudah di induksi berulang kali. Saya takut terjadi apa - apa pada bayinya"

***

Alvano masuk ke ruangan, kali ini dengan mengetuk pintu. Tanpa menunggu dipersilahkan, Alvano membuka pintu membuat Maura sontak buru - buru menyembunyikan sesuatu.

Alvano hampir menanyakan apa yang disembunyikan Maura darinya, tapi pertanyaan itu hanya menggantung di tenggorokannya, tak sempat ia ucapkan setelah mengingat apa tujuan utamanya.

"Ra" panggil Alvano lembut, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, meskipun sia - sia. Seolah mengerti apa yang akan dikatakan Alvano selanjutnya, Maura mengangguk "Aku tahu"

"Maaf"

Maura menggeleng cepat.

"Aku udah siap, kamu percaya sama aku kan?" tanya Maura, tatapannya meredup.

Alvano mengangguk, mengecup lama kening Maura "Kali ini aku janji, gak akan ninggalin kamu lagi" ujarnya memeluk tubuh Maura yang setengah berbaring.

Takut. Maura ketakutan, sungguh. Tapi sebisa mungkin, ia tidak menunjukkannya di depan Alvano. Tidak, ia tidak boleh. Maura meremas lengan Alvano yang merangkul tubuhnya, berusaha mencari kekuatan disana bersamaan dengan meyakinkan dirinya sendiri. Bahwa semua akan baik - baik saja.

WEKKERHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin