12. HILANG

5.4K 187 15
                                    

~

Kehilangan membuatmu mengerti makna sesunggguhnya dari kehilangan itu sendiri

~

Angin menerpa wajah sendunya, memainkan anak rambutnya lembut. Menatap hamparan laut biru yang menenangkan hati. Pemandangan indah sejauh mata memandang. Alam seolah tahu bagaimana cara menenangkannya.

Semua kejadian itu seperti kaset yang terus berputar dalam relung ingatannya. Bahkan saat ini tak ada air mata yang menetes, tak ada lagi, air matanya telah mengering, hatinya kebas, tubuhnya mematung lemah.

Maura menatap kosong jutaan tetes air biru dihadapannya. Memutar kembali memorinya, yang menghancurkan setiap senti kehidupannya. Mengingat kejadian beberapa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan puluhan tahun silam. Seperti film yang tersusun sempurna, sangat jelas setiap detailnya.

Matanya menatap nanar ke depan, pandangannya kosong, tak ada satupun yang berhasil menarik perhatiannya. Pandangannya memudar tertutup air yang menumpuk dipelupuk matanya, tapi tak satupun butiran bening berhasil lolos dari danau kecil yang menggantung di matanya, Maura tak meneteskan air matanya sedikit pun, walau hujan deras bahkan badai berderai di hatinya.

***

"Tunggu" ujar Maura sedikit meninggi saat melihat siluet seseorang berjalan didepannya. Seseorang, seseorang yang sangat mirip dengannya.

"Ibuuu, benarkah itu ibu?" tanya Maura menatapnya sendu. Seseorang dihadapannya tersenyum.

Sandra Martadinata

Maura berlari merengkuh tubuh wanita dihadapannya. Memeluknya erat, menangis tersedu mengungkapkan kerinduannya pada sosok seorang ibu yang selama ini tak pernah ia lihat. Wanita itu juga memeluk putrinya tak kalah erat.

"Ibuu, jangan tinggalkan aku lagi, aku mohon. Bawa aku pergi bersamamu" gumam Maura dalam pelukkannya. Wanita itu melepaskan pelukan Maura, menangkup wajah putrinya, menatapnya dalam, kemudian menggeleng.

"Tidak sayang. Ini bukanlah akhir segalanya, semua akan indah pada waktunya, bangkitlah saat kamu merasa kalah, tersenyumlah saat kamu menangis, berlarilah saat kamu merasa lelah, jangan pernah menyerah dengan keadaan " ujar Sandra lembut sejurus dengan jari lembutnya menghapus bekas air mata Maura.

"Jangan pernah menangis lagi nak, bangunlah dan tatap masa depan dengan keyakinanmu" ujar Sandra mencium kening Maura, dan perlahan siluetnya memudar.

"Ibuu, tunggu, jangan tinggalkan aku" teriak Maura

Maura mengerjapkan mata, menatap sekeliling, tetap sama, tempat sebelum dia menutup mata. Ternyata semua itu hanya mimpi.

Maura menatap keatas, pancuran itu belum berhenti sampai saat ini. Maura bangkit, membasuh wajahnya, menatap cermin meyakinkan dirinya untuk tetap kuat menghadapi hidupnya. Menghapus jejak air mata yang sudah bercampur dengan air, berjanji bahwa mulai saat ini tidak akan pernah menangis lagi, sudah cukup air matanya terbuang sia - sia hanya untuk orang yang bahkan tidak pernah menganggapnya sedikit pun.

Kepalanya pening, ia mencengkram erat gangang pintu memperkuat tubuhnya, melangkah perlahan. Sakit. Perih. Maura merasakan sakit saat menggerakkan kakinya untuk berjalan, sangat sakit. Maura perlahan namun pasti menggerakkan kakinya , sesekali mendesis menahan sakit, rasa sakit yang tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.

WEKKERWhere stories live. Discover now