29. JANJI SUCI

3.4K 135 27
                                    

~

Tersenyumlah. Tersenyumlah sesukamu. Ya, benar seperti itu, tersenyumlah. Mulai detik ini berjanjilah untuk tidak akan pernah menghapus lukisan indah itu diwajahmu.

~

#Jangan diputar dulu lagunya yaa.. Nanti aku kasih aba - aba *mendadakjadipaskibra

Alvano terbangun masih dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. Maura terlelap, matanya sembab bekas air mata semalam yang masih tergambar di wajahnya.

Alvano sadar perasaannya tak lagi sama setelah Maura menceritakan mimpi buruknya semalam. Secuil kekhawatiran mengusik batinnya, Alvano berusaha mengenyahkan pikiran itu. Berulang kali ia berusaha menghapusnya, kalimat Maura kembali terngiang.

Takut. Sangat takut. Alvano menatap wajah sendu Maura, mengecup keningnya lembut. Membelai perut Maura, mengatakan dalam hati bahwa semuanya akan baik - baik saja. Meyakinkan bahwa semua itu hanya mimpi, hanya mimpi buruk. Anggap saja sebagai bunga tidur, dan bunga tidur tidak akan pernah menjadi nyata bukan? Ya, Alvano yakin itu.

Tangan Maura bergerak sejurus dengan kelopak matanya yang kian terbuka.

"Selamat pagi"

Maura tersenyum sebagai jawaban. Tubuhnya lemas. Maura tidak memiliki cukup tenaga untuk beranjak atau sekedar menyiapkan sarapan seperti biasa.

Raut wajah Alvano berubah saat mendapati tatapan Maura meredup. Ada yang tidak beres. "Kamu sakit?"

Maura menggeleng. Alvano menempelkan punggung tangannya di kening Maura. Suhu tubuhnya baik - baik saja.

"Biar aku panggil dokter ya?" Alvano menyibakkan selimut, lagi - lagi Maura menahannya "Sebentar aja. Kamu disini dulu ya"

Maura mengeratkan genggamannya "Aku gak pergi kemana - mana sayang, cuma sebentar."

Maura menggeleng. Alvano menatap mata Maura sebentar. "Jangan pergi" suara Maura serak

Alvano mengurungkan niatnya untuk menghubungi dokter. Alvano kembali beringsut berbaring memeluk Maura, meskipun pikirannya berkecamuk memikirkan kesehatan juga ingatan yang terhubung kembali dengan mimpi Maura semalam.

Maura memejamkan mata "Kamu gak lapar?" tanya Alvano. Maura bergeming.

Terdengar tarikan napas panjang "Aku baik - baik aja, aku cuma mau kamu peluk"

Alvano terkekeh. Alvano menyukai sifat manja Maura. Sangat menyukainya.

"Jangan salahin aku kalau aku gak mau lepasin kamu setelah ini"

Kepala Maura bergerak mencari posisi senyaman mungkin.

"Mana tangan kamu?" Maura mencari tangan Alvano mengarahkannya untuk menyentuh perutnya "Dia nendang lagi" ujar Maura semangat, Alvano lega setelah melihat cahaya yang kembali muncul di mata Maura. Suatu kebahagiaan yang tak dapat dipungkiri.

***

"Kamu lagi ngapain?" tanya Maura sudah duduk di samping Alvano yang sibuk mengetik di ponselnya "Nyusun agenda hari ini"

"Agenda apa?"

"Senam hamil"

Maura yakin tidak salah dengar tapi "Senam hamil?" tanyanya lagi. Alvano mengangguk pasti "Kamu harus mulai senam hamil" Alvano melanjutkan kegiatan mengetiknya setelah melirik Maura sekilas "Nah selesai"

Alvano bangkit , membuat Maura ikut berdiri di sampingnya. "Oke sekarang kamu mandi, ganti baju, siap - siap, sejam lagi instruktur senamnya datang. Oke"

WEKKERWhere stories live. Discover now