Chapter #8,0

19.1K 2K 136
                                    

[ Lost In Seoul | 8 ]

Yang ditanya hanya diam tak bersuara.

Melissa baru saja hendak bertanya lagi untuk memastikan apakah yang ditanya—Choi Minho—baik-baik saja atau tidak, sampai Minho berdeham dengan cukup keras seolah menetralkan kembali indra dalam tubuhnya dan juga mengatur napasnya, sebelum ia menoleh ke arah Melissa dengan tatapan yang tidak dapat ia artikan.

Melihat Minho yang berperilaku seperti itu, membuat perasaan Melissa tiba-tiba menjadi tidak enak. Bagaimana kalau Minho malah marah-marah kepadanya dan menilai dirinya sebagai perempuan yang terlalu percaya diri atau katakanlah narsis? Memikirkannya saja membuat kepalanya pusing karena ia sudah menebak-nebak sekiranya pertanyaan sarkasme macam apa yang akan Minho ajukan sebagai bumerang untuk dirinya.

Cepat-cepat, ia langsung menggelengkan kepalanya dan mengangkat tangannya ke udara seolah mencoba untuk menghentikan Minho yang memang sebenarnya belum ada niatan untuk berbicara sama sekali—selain karena ia bingung hendak menjawab bagaimana.

"Lupakan," ujarnya, mengeluarkan ponsel Minho dan menyodorkan kepadanya. Walau ragu pada awalnya dan sedikit bingung, namun Minho tetap mengambil ponselnya. "Lupakan aku pernah bertanya seperti itu."

Andai kata Minho lupa kalau sebelumnya dia sedang diserang habis-habisan dengan pertanyaan, pasti ia akan tertawa sekarang. Hanya saja, sayangnya Minho mengingatnya dan ia masih mempertahankan karakter kerasnya di depan perempuan ini.

Seolah tidak perduli dan bersikap kalau yang tadi benar-benar tidak pernah terjadi seperti apa yang Melissa katakan, Minho kembali memainkan ponselnya dan mengetik sesuatu di sana.

"Semua jadwalku akan dikirimkan kepadamu segera."

Melissa hanya dapat mengangguk dengan kikuk. Ia rasa, keadaan menjadi semakin canggung sekarang ini.

•••

Langkahnya terhenti di hadapan Minho, kemudian ia menyodorkan kopi yang baru saja diambilnya dari pengantar pesanan.

Setelah menyerahkan kopinya, Melissa menelusuri pandangannya kepada Minho dan lagi-lagi mendesis begitu melihatnya.

"Apa kau yang asisten di sini? Apa kau yang mondar-mandir dan diperintah? Kenapa keringatmu banyak sekali? Ah, menghancurkan riasanku."

Mendengar rangkaian umpatan yang Melissa ucapkan membuat napsu Minho untuk meminum kopinya kandas seketika. Ia menatap Melissa yang kini sibuk meraih tissue dan membuka lagi tas make-up miliknya. Melihat itu, Minho menahan mulutnya yang sebelumnya hendak protes.

Selagi Melissa merapihkan riasannya, Minho hanya memejamkan matanya dan membiarkan tangan Melissa bergerak leluasa di wajahnya.

"Kenapa kau tidak membeli kopi untuk dirimu sendiri?" tanya Minho, masih dengan matanya yang terpejam.

Tadinya, ia hendak diam saja dan mengabaikan pertanyaan yang Minho ajukan demi menjaga harga dirinya dan juga agar kepalanya tidak semakin berpikiran yang macam-macam mengenai laki-laki yang angkuh di hadapannya kini. Tapi, bibirnya berkhianat.

"Aku itu termasuk orang yang sukar untuk tidur," jawab Melissa. "Aku tidak mau minum kopi di malam hari untuk sekarang ini, bisa-bisa aku tidak tidur dan terlambat kerja besok."

Minho baru saja hendak bertanya apakah besok ia tidak ada jadwal les bahasa dan langsung bekerja saat kepalanya teringat dengan jadwal yang dikirim ke e-mailnya tadi sebelum dikirim kepada Melissa, yang menunjukkan jadwalnya di siang hari. Jadi, apa yang Melissa khawatirkan?

Lost In Seoul [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now