Chapter #9,0

18.8K 1.9K 217
                                    

[ Lost In Seoul | 9 ]

Kemudian suasana kembali hening. Baik Minho ataupun Melissa tidak ada lagi yang memulai pembicaraan. Minho yang enggan amarahnya kian membuncak, dan Melissa yang enggan untuk memancing kembali amarah Minho.

Setelah sepuluh menit, dan sekiranya lima menit lagi mereka akan sampai ke lokasi pembacaan naskah pertama, Melissa berjalan ke bagian belakang van dengan susah payah, berusaha agar tidak menyenggol Minho barang sedikitpun, tetapi ia goyah karena tiba-tiba van yang berhenti dengan mendadak. Minho yang merasakan itu, lantas menoleh dan memegangi pergelangan tangannya sebelum dirinya terjatuh.

Beberapa detik bertahan, sebelum van kembali berjalan, Melissa langsung menarik kembali tangannya dari genggaman Minho dan meneruskan langkahnya ke belakang dengan salah tingkah. Sedangkan Minho dengan kikuk menarik kembali tangannya dan mengeluarkan ponselnya karena bingung hendak melakukan apa.

Di belakang, tadinya Melissa hendak mengambil buku kosong dan menuliskan jadwal-jadwal Minho di sana karena ia tidak sempat mencetaknya, dan juga sekiranya buku itu dapat berguna baginya—mencatat kegiatan selama pembacaan naskah dan lain-lain. Hanya saja, tangannya berhenti kepada lembaran-lembaran yang telah dijilid rapih di atas tumpukkan naskah drama dan buku kosong. Ia meraihnya dan juga buku kosong dari sana, sebelum ia membuka buku itu dan terpaku karena ternyata isinya adalah jadwal-jadwal Minho yang sudah dicetak rapih. Awalnya, Melissa mengira-ngira siapakah yang melakukan ini, sampai matanya menatap Minho dari belakang.

Apa Minho?

Tapi, cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya sebelum ia merasa semakin bersalah dan maju ke depan untuk duduk kembali. Ia membuka lembaran itu satu persatu dan melihat jadwal Minho hari ini, dan memejamkan matanya begitu melihat urutan jadwalnya hari ini.

Jam dua sampai dengan jam enam, pembacaan naskah drama. Jam tujuh sampai dengan jam sembilan, mengukur baju untuk photoshoot besok. Jadwalnya begitu berdekatan, dan membuat kepala Melissa hendak pecah rasanya hanya dengan memikirkannya.

Tak lama, mereka sampai di lokasi. Melissa membawa alat tulisnya, dan tas kecil berisikan tissue beserta peralatan Minho yang lain, sementara Minho hanya keluar bersama ponselnya saja.

Layaknya sedang berada di atas panggung runaway, Minho berjalan bersama Melissa di belakangnya dengan kepala tertunduk dan sesekali mempercepat langkahnya untuk menutupi Minho, karena sudah banyak wartawan yang hendak mengabadikan foto saat ini, ditambah keterlambatan dari seorang Choi Minho.

Sekuruti tetap berjaga di luar bangunan dan juga beberapa ada yang membantu Minho untuk melewati jalannya. Tak lama setelahnya, mereka masuk dan menuju ruangan yang sepertinya sudah Minho hapal di luar kepala, tanpa perlu meminta bimbingan dari asistennya yang tidak mengetahui apa-apa.

Masuk ke dalam ruangan dengan santainya, perilaku Minho sangat berbalik 180 derajat dengan Melissa yang masuk dengan kikuk karena seluruh mata tertuju kepadanya. Minho menundukkan kepalanya dan meminta maaf karena terlambat, begitu juga dengan Melissa yang menghampiri para staff setelahnya—memberikan alasan yang masuk akal mengenai keterlambatan Minho yang hampir satu jam lamanya.

Setelah meminta peralatan yang berisikan naskah, alat tulis dan juga air minum, Melissa menyerahkannya kepada Minho yang kini sudah duduk anteng di posisinya seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Tanpa pertumpahan darah, akhirnya pembacaan naskah pun dimulai.

Betapa kagetnya Melissa, setelah akhirnya ia berani mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk, begitu melihat rentetan aktor papan atas kini tengah duduk melingkar di meja rapat. Ia hampir saja terkena serangan jantung karena melihat aktor-aktor tampan ini secara langsung. Selain karena jumlah orangnya yang tidak sedikit. Melissa meneguk salivanya dengan gugup.

Lost In Seoul [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now