Chapter #19,5

10.1K 1.4K 258
                                    

[ Lost In Seoul | 19B ]

Melissa masuk ke kamar dengan pipi yang hampir menyentuh matanya, dan itu membuat Sohee bertanya-tanya ada kejadian bagus apa yang dapat menyebabkan sahabatnya ini bertingkah sedemikian rupa.

"Apa kau habis menang lotre?" goda Sohee.

Melissa menggerakkan kedua bahunya bergantian dan melontarkan tubuhnya ke atas ranjang. "Ah, ini lebih dari sekedar lotre, Sohee," jawabnya. "Bermimpi saja aku tidak pernah."

Sohee menyibak selimutnya dan merangkak ke ranjang Melissa. "Apa itu?"

Melissa menutupi wajahnya dengan bantal, merasa pipinya mulai berubah warna.

"Ya! Apa..!?" tanya Sohee yang rasa penasarannya sudah semakin besar. Ia berusaha menarik bantal dari wajah Melissa, namun Melissa memegangnya begitu erat.

Menyerah karena Sohee tak kunjung berhenti menarik bantalnya, akhirnya Melissa menurunkan sedikit bantalnya. "Rahasia!" pekiknya, lalu menutup seluruh wajahnya dengan selimut.

Sohee melempar bantal hingga menimpa Melissa dan hendak kembali ke tempat tidurnya saat sesuatu tiba-tiba membuat langkahnya terhenti. Pandangannya kosong dengan pupilnya yang sedikit membesar. Sohee sendiri tidak yakin apakah itu pengelihatannya lagi, namun satu yang ia yakini kalau sesuatu yang buruk akan segera terjadi dan ia tidak mengetahui kapan tepatnya itu akan terjadi.

Enggan terlalu larut dalam pikirannya, Sohee kembali ke tempat tidurnya dan mengalami malam panjang dengan mimpi paling buruk selama ia tinggal di asrama ini.

Paginya, Melissa bangun terlebih dahulu dan membangunkan Sohee setelah ia selesai mandi, Sohee berkata kepadanya untuk berhati-hati karena firasat buruknya, namun kebahagiaan Melissa nampaknya mampu menutupi seluruh rasa khawatir itu dengan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sampai saat perjalanannya menuju lokasi photoshoot Minho yang berikutnya, salju turun dan menghambat perjalanannya.

Di tengah trotoar yang dipenuhi oleh kerumunan orang yang sedang berlalu-lalang, buru-buru untuk cepat sampai ke tempat tujuan mereka masing-masing dan segera menghangatkan tubuh, langkah Melissa terhenti dan pikirannya melayang ke mana-mana.

"It's okay, Mel. Everything is going to be just fine." Melissa meyakinkan dirinya sendiri, namun dari lubuk hatinya yang paling dalam—ia tahu kalau bukan itu yang akan terjadi.

"Melissa?"

Melissa tersentak di tempatnya dan bulu kuduknya berdiri seketika. Ia menoleh dan mendapati seseorang yang menurutnya tidak seharusnya berada di tempat seperti ini, di tempat umum dengan pakaian serba hitam mulai dari sepatu, jaket kulit berbulu hingga tudung kepala dan maskernya semua berwarna hitam. Ditambah, dengan kacamata hitamnya yang begitu mencolok untuk dipakai di musim dingin.

Melissa menghela napasnya panjang. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Melissa, was-was dan memandangi sekitar takut-takut ada penguntit yang mengikutinya dan mengambil foto-foto kemudian mengunggahnya ke situs antifans.

"Kau berdiri di tengah jalan dan menghalangi perjalananku, jadi bagaimana aku bisa lewat?"

Lagi. Melissa menghembuskan napasnya dengan kasar dan menatap seseorang yang ia tahu betul siapa hanya dengan mendengar suara dan rincian gaya berpakaiannya.

"Kau yakin?" tanya Melissa. "Kalau begitu, aku akan minggir dan kau bisa silahkan melanjutkan perjalananmu."

"Kenapa kau begitu tega kepadaku? Apa karena aku hanya mantan artismu?"

Melissa ingin sekali mengetuk kepala orang di hadapannya ini. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa sikapnya bisa berubah layaknya seorang Ibu saat mengurusi aktor-aktor manja yang kelakuannya begitu sulit untuk diawasi.

Lost In Seoul [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now