CHAPTER 3 : WHO YOU

1.1K 92 2
                                    

                Setelah sekian lama mengendarai mobil-nya, akhirnya mobil Jimin memasuki sebuah pekarangan rumah dan si pemilik pun memarkirkan harta bendanya itu tak lama kemudian. Jimin yang tak lain adalah si pengemudi segera melepaskan sabuk pengamannya untuk turun. Kepalanya menoleh ke samping, melihat seorang gadis muda yang masih terlelap dalam mimpinya bersama bayi di gendongannya. Laki-laki itu sempat berfikir sejenak, haruskah ia bangunkan atau tidak Yoongi ini. Gadis itu terlihat pulas sekali ketika tidur, mungkin juga karena kelelahan. Sebenarnya Jimin bisa saja menggendongnya tapi ia juga memikirkan bayi yang di gendong gadis itu. Bayinya pasti bisa jatuh, atau jika Jimin memindahkannya terlebih dahulu bayi itu pasti akan bangun. Oh, Jimin masih tau waktu untuk tidak membuat kebisingan di hari yang masih sangat pagi ini.

Dengan memikirkan matang-matang, pilihan Jimin pun jatuh untuk membangunkan Yoongi. Ditepuknya pelan pipi pucat gadis itu, berharap Yoongi akan bangun. Gadis itu menggeliat pelan saat tepukan kelima dari Jimin. Kelopak matanya yang semula tertutup kini berlahan mulai membuka walau sesekali menyipit untuk menyesuaikan dengan sinar matahari.

"Ini dimana?"

Satu pertanyaan yang sudah Jimin tebak kini terlontar dari bibir Yoongi. Jimin hanya menghela nafas sejenak lalu tangannya mulai membuka pintu mobil dan keluar dari sana.

"Kita ada di rumahku. Ayo turun!"

Fikiran Yoongi yang masih kosong dan kesadarannya yang belum terkumpul sepenuhnya itu membuat Yoongi menuruti perkataan Jimin begitu saja. Gadis itu mengekori si lelaki untuk berjalan menuju pintu rumah. Sesekali matanya menelisik keadaan sekitar untuk mencari tau tempat seperti apa yang akan tinggali saat ini.

Disamping kanan dan kiri rumah Jimin juga terdapat rumah dengan bentuk yang hampir sama namun lebih besar. Kelihatannya Jimin tinggal di sebuah kompleks perumahan untuk masyarakat ekonomi dengan kelas menengah ke bawah.

Saat Jimin berhasil membuka pintu rumahnya, mereka berdua pun memasuki bangunan minimalis itu secara berurutan. Mata Yoongi terbuka lebar dan bibirnya sedikit terbuka ketika mengetahui kondisi di dalam rumah Jimin. Banyak pakaian tersampir di sandaran sofa, beberapa botol soju tergeletak di bawah meja dan banyak bungkus makanan yang tersebar di lantai rumahnya. 'Astaga'

"Em, maaf jika rumahku berantakan. Kau tau bukan jika aku laki-laki dan tinggal sendirian"

Jimin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal setelah menjelaskannya pada Yoongi. Merasa malu? Tidak juga. Jimin sudah menjalani ini selama empat tahun, jadi ia merasa wajar saja jika hal seperti ini terjadi. Bahkan laki-laki lain yang jauh lebih parah dibanding Jimin jika urusan mengurus rumah.

"Tak masalah oppa. Aku bisa membantu oppa membersihkan rumah nanti" Yoongi mencoba maklum

"Apa?"

"Aku harap Jimin-ssi tak keberatan ku panggil oppa. Akan canggung rasanya jika aku memanggil dengan panggilan formal"

"Terserah kau saja"

"Baiklah"

"Aku akan mencoba untuk mengurangi minum soju karena ada bayi di rumah ini"

"Kurasa itu ide bagus. Aku akan segera mencari tempat tinggal setelah keadaan aman"

"Kau akan mencari tempat tinggal? Kau bisa tinggal disini selama yang kau mau"

Astaga Jimin, apa yang barusaja kau katakan? Jimin benar-benar mengutuk perkataannya. Bagaimana ia bisa menyuruh seorang gadis yang baru lulus sekolah tinggal bersamanya sementara ia tak ada hubungan dengan gadis itu. 'Jimin bodoh'

[TAEKOOK] BLINDWhere stories live. Discover now