PROLOG

2.3K 135 6
                                    

Aku berdiri dengan penuh keyakinan. Pesta ini disambut dengan meriah sebagai pesta terbesar di kota ini. Acara ini memang disetujui oleh keluarga kedua belah pihak, dimana kedua keluarga menyetujui pertunangan konyol ini. Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran mereka, tapi yang jelas aku sama sekali tidak menginginkan pertunangan ini. Benar-benar tidak menginginkannya. Satu hal yang ada di benakku, menggagalkan  pertunangan ini.

Acara di mulai sepuluh menit lagi, itu artinya aku harus cepat-cepat mencari jalan keluar untuk meninggalkan pesta ini. Aku mengedarkan mataku ke penjuru ruangan dan tepat berhenti pada satu jendela. Tidak ada cara lain selain melarikan diri dari jendela pojok itu. Semoga saja tidak ada orang yang ditugaskan oleh mama untuk berjaga dibawah jendela itu. Jika hal itu terjadi tamatlah riwayatku, mungkin aku tidak akan lagi melihat dunia. Mama memang orang yang kejam sehingga papa saja sampai tak berkutik dibuatnya. Aku masih ingin hidup tapi aku tidak mau disiksa dengan dijodohkan dengan pria yang bahkan tidak kukenal.

Perlahan tapi pasti aku mendekati jendela kaca itu dengan tanganku yang memegang ujung gaunku. Gaun ini memang menyusahkan, mengganggu rencanaku saja. Seharusnya tadi aku mengganti baju saja sebelum kabur. Apa aku kembali saja ke kamarku untuk mengganti baju? Aku menggeleng pelan. Itu rencana yang buruk, jika aku kembali ke kamarku maka waktu melarikan diri akan terancam. Tidak ada lagi waktu untuk mengganti gaun sialan ini dengan baju santai. Aku tidak bisa membuang waktu yang ada hanya untuk mengganti baju.

Aku sedikit mengintip kebawah jendela apa ada orang. Dan untung tidak ada siapa-siapa. Menghela nafas, aku berusaha membuka pintu jendela itu.

Aneh. Kenapa jendela ini tidak bisa dibuka? Aku menggeleng. Sebentar lagi pesta akan dimulai. Jantungku berdegup kencang seperti habis maraton karena mulai panik. Aku memegangi dadaku, berusaha menghentikan degup jantungku yang semakin menggila.

"Riana!"

Tamatlah riwayatku. Aku tidak membalikkan tubuhku. Kedua kakiku gemetar, aku sungguh tak mau berbalik saat ini. Aku dapat mendengar suara heels mendekat.

"Sedang apa kau disini?" Suara tersirat akan keheranan itu kembali bicara, "oh, aku tahu. Kau berniat kabur kan?" Orang itu berdecak, "sungguh tak lucu aksimu ini. Mama tidak akan mungkin membiarkanmu kabur begitu saja. Apalagi yang kau lakukan ini? Mencoba melompat dari jendela lantai dua ini? Kau ingin mati? Jika kau berhasil kabur pun, kau tidak akan bisa lolos dari lingkungan ini. Sebaiknya kau kembali saja ke tengah pesta daripada mencoba kabur dari sini dengan cara yang tidak anggun sama sekali."

Walaupun orang itu berbicara panjang lebar tapi aku tetap tidak mau berbalik. Suara decakkan nya kembali terdengar. "Kau ini bodoh atau apa hah? Ini cuma pertunangan bukan pernikahan. Jika kau kabur sekalipun dari sini, bagaimana hidupmu nanti di luar sana? Apa kau bisa menanggung hidupmu di luar sana tanpa keluarga ini?"

Aku tercengang. Benar, aku tidak bisa menanggung hidupku diluar sana. Dia juga benar, ini cuma pertunangan bukan pernikahan. Bagaimana bisa aku tidak berpikir sejauh itu? Ini pasti karena akhir-akhir ini aku memiliki banyak pikiran. Dan jika kami bertunangan belum tentu kami akan menikah kan? Bisa jadi pria itu nanti tidak menyukaiku dan dia pun membatalkan pernikahan kami. Ini benar-benar di luar perkiraan ku. Clasie memang benar lagi kali ini kalau aku benar-benar bodoh. Melarikan diri dari sini bukanlah cara terbaik. Solusinya cuma menghadapi pria yang katanya akan menjadi tunanganku itu, mengingat kami belum pernah bertemu. Kata mama namanya Ralex Argamawan. Tidak banyak yang dikatakan mama mengenai pria. Mungkin mama tidak mau membocorkan kehidupan pria itu yang mungkin seorang playboy di luaran sana.

"Sudah berubah pikiran? Kalau begitu cepat pergi ke pesta pertunanganmu itu. Pesta baru dimulai lima menit yang lalu."

Tubuhku spontan berbalik, menatap Clasie tajam. Lima menit yang lalu?aku benar-benar bodoh. Kalau bukan karena Clasie, aku pasti melakukan tindakan bodohku ini.

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang