03

4.4K 390 18
                                    

Malam harinya, sengaja Anettha ngajak Xavier jalan. Meskipun harus dengan mengancam dengan embel-embel kalau dia nggak mau nemenin. Dia bakal minta ditemenin Deo dan benar saja, caranya berhasil.

Anettha menahan senyum, saat melihat raut frustasi dari Xavier. Ternyata seru juga buat pacarnya itu kesal sekaligus frustasi, minta ditemenin bentar. Tapi dia hampir setengah jam muter-muter di rak supermarket.

"YANKK! Buruan ih, mau beli apa? Lama banget," cibirnya merengek kesal sekaligus menatap jengkel kearah Anettha yang langsung menatapnya tajam. "Jangan lama-lama ih, katanya bentar doang mau beli yupi, ini kok lama!"

"Oh... Jadi nggak ikhlas nih ceritanya?"

"Ya udah sana, pergi! Gue kan masih ada Deo–"

"Ngapain sih sebut nama dia? masih ada gue juga," cowok itu mencibikan bibir. kesel sekaligus gregetan. Ia tahu, Anettha ini cuman sengaja. Ulur waktu lama-lama sama dia. Biar dia batal tanding balap sama Rimba pastinya. "Gue udah ditungguin Rhaka, yank, katanya club gue nggak lagi kondusif," alibinya. yang tentu tidak mempan.

"Lebih pilih aku atau club kamu, hah?" dengan suara lembut, Anettha menyandingkan pertandingan yang menyudutkan Xavier. "Udah deh! Nggak usah ribet! Tinggal temenin gue aja, susah amat. Banyak alesan, lo! Daripada lo balapan kagak jelas sama sih, Raja hutan itu. Mending temenin gue kan?"

Xavier hanya mengangguk pasrah. Sambil matanya mengabsen barang belanjaan yang berada di keranjang yang pacarnya bawa. Lebih dominan cemilan dan snack manis didalamnya. Xavier harus waspada sepertinya. Ia menatap Anettha yang juga sedang menatapnya.

"Kenapa?"

"Yank! Jangan salahin gue ya! Kalau berat badan lo naik, kebanyakan makan manis. Orangnya udah manis, nggak usah makan yang manis-manis seharusnya," Xavier mengingatkan. dengan senyum manis sekaligus dengan gombalan receh.

"Najis! gombalan udah basi nih pasti," cibir Anettha. Entah mengapa bawaannya kalau sama Xavier tuh pengen jutek aja gitu kalau ngomong. Ya lagian, Punya pacar kek dia emang pantes digituin.

"Najis najis! Awas lo minta dibayarin beli eskrim," sungut Xavier.

Anettha langsung menjatuhkan rahangnya. "Mainnya ancaman lo, ajaran siapa sih?"

"Lo!"

"Nggak mau tau. Wajib pokoknya bayarin gue!"

Xavier menyusul Anettha yang sudah berjalan kearah rak sebelah, sebelah paling ujungnya adalah tempat berbagai eskrim.

Anettha membuka penutup flezer eskrim tersebut. Mengambil berbagai varian rasa eskrim kesukaannya. yang lebih dominan adalah rasa coklat dan anggur. Ditambah dengan berbagai varian eskrim mochi yang juga menjadi makanan kesukaannya.

Cowok itu mengernyit, mau melarang tapi entar disangka pelit. Nggak larang kalau sampe berat badan Anettha naik, dia juga yang disalahin. Xavier jadi serba salah nih.

"Bayarin, ya! Gue kagak bawa duit beneran dah suer," ujarnya sungguhan. Memang benar Anettha tidak sempat membawa dompetnya. Karena buru-buru mengajak Xavier menemaninya. "Nanti gue ganti kok, kalau lo udah jadi mantan gue."

"Yaitu mah gak akan yank... Oke gue bayarin, tapi ada syaratnya."

"Apa?"

Xanetha [on going]Where stories live. Discover now