16

1.8K 179 2
                                    

Jgn lupa vote yaaaaaaa.

***

Di sore hari ini. Tumben sekali seorang Alex Noerdin Abraham. Mau berkunjung kembali ke markas yang dulu jadi kebanggaannya, yang dulu juga ia prioritaskan dari segala-galanya. Baginya markas Belmond— Markas dari geng Belmond yang dulu pernah dinaungi oleh Alex, dan sudah turun tahta kepada Jaydyksid Algelion Anderson. Pemuda yang suka cari gara-gara dengan Xavier. Suka ngajak taruhan, tawuran, trek-trekan dan hobinya emang cari masalah.

Geng yang terkenal tengil, suka cari masalah bukan sama gengnya Xavier. Tapi antar geng lain juga dia gitu. Dasarnya hobi cari perkara ya giliran di ladenin malah main kekuatan hartanya. Maklum si doi anak tunggal kaya raya.

"Hai brow...!"

"Sokab lo, bangke!" umpatan itu keluar begitu saja dari mulut Jay. Cowok itu tengah merokok, terhitung seharian ini ia merokok sebanyak 3 bungkus, 7 batang. Entahlah, kalau suasana hatinya sedang kacau. Ia melampiaskannya dengan merokok sampe terbatuk-batuk sendiri karena asap rokoknya. "Ngapain kesini?" bengisnya.

Bukannya takut Alex malah sengaja meludah tepat dihadapan Jay. Rimbah dkk yang melihatnya tersulut emosi. Beruntunglah Jay memberi isyarat untuk diam ditempat saat para anak buahnya ingin beranjak mengeroyok Alex. "Lo cari mati?"

"Gue nggak takut. Mau ngeroyok gue, silahkan!" tantangnya yang melepas jaket yang ia kenakan. "Bagi rokoknya."

"Anjing!"

"Woi! Songong banget gaya lo," sentak Rimbah yang melihat Alex merampas rokok yang sedang di sesap oleh Jay. Jay yang mendapat perlakuan itu merasa muak dengan orang sedrama Alex ini. Malas juga jika harus meladeni tingkah tengil dari orang yang kini duduk di sebelahnya. "Emang ada yang ngizinin lo duduk?"

Srettt!
Suara cengkraman kuat dari Rimbah yang menarik kaos yang dikenakan Alex. Saking kuatnya, sampe menyobek kaos yang dikenakannya. Sebisa mungkin Alex mengontrol emosinya agar tidak terpancing juga diperlakukan seperti itu.

Beberapa menit berlalu. Tidak ada yang membuka obrolan, semua sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Sedangkan sedari tadi Alex sibuk mencairkan suasana tersebut. Dengan mengajak ngobrol Jay yang tak meladeni malah asik nyebat. Sampe menghabiskan satu bungkus lagi. "Ini gue nggak di sediain minum? atau di tawarin rokok kek. Nih disebelah gue nggak peka banget, mulut gue asem rasanya. Ngada yang bisa dirasain."

"Sini gue tonjok, biar bisa ngerasain!"

Mendelik sengit kearah Rimbah. Alex justru terkekeh garing setelah Rimbah menghampirinya, dan benar melakukan apa yang seperti ia katakan.

Bughh.

"Gimana? Udah bisa dirasain," tanyanya tanpa rasa bersalah. Lalu kembali terduduk disebelah Jay yang tengah memainkan mobile legends di ponsel. Mengabaikan cekcok mulut yang tercipta antara Junan, Mario, Teguh, dan Bobby. Lama kelamaan Rimbah yang muak. Ia sampe memperingatinya dengan tatapan tajam. Tapi tetap saja keempat orang tadi ribut muluh, mana Alex nimbrung sokab banget lagi. "Lima bersaudara, lagi ngomongin yang unfaedah."

"Macan kalau bulunya kita cabutin marah nggak?"

"Coba aja si, itung-itung mendekatkan diri pada Tuhan," Teguh menjawab pertanyaan dari Mario yang memang otaknya berada di dengkul. Suka nanya hal yang nggak jelas. "Udah tau macan itu nyeremin anjing! Ngapa lo mau nyabutin bulunya."

"Kalau nggak bulunya, pelernya aja kita tarik marah nggak?"

Rimbah yang geram dengan pembahasan yang makin aneh itu. Menatap tajam, dan siap menjawab pertanyaan konyol yang kembali terlontar dari Mario. "SINI ANJING! BIJI KETAPANG LO YANG ITEM ITU GUE TARIK, GUE TENDANG. lo marah kagak?"

Xanetha [on going]Where stories live. Discover now