06

3.4K 342 19
                                    


Serius nih? kalian gamau ninggalin jejak gitu?

Berupa vote, komen dan wajib follow sebelum baca.

Saya hanya minta di hargai. Dengan sangat tolong. Ngarang cerita dan ngerankai nya nggak muda, dan kalian pasti paham kan ya? Buat yang udh vote, komen dan follow. Makasih banyak ya. Itu sangat berharga bagi saya.

__________


"Ngajak gelud?!"

"Lah ayok?!" Xavier beranjak dari ranjangnya. Berjalan sok iya menantang Gavian yang juga ikut berdiri, keduanya saling berhadapan dan sama-sama menatap tajam. "Lo pikir gue takut?!"

"Takutlah...!" sambungnya yang langsung mundur beberapa langkah saat Gavian menanggapinya dengan serius.

"Ko! bercanda doang astaghfirullah! serius aja hidup lo, jangan apa-apaan gue plis...!" mohon Xavier dengan muka memelasnya. Menyatukan kedua tangannya memohon ampun. "Ampun mas koko yang terhormat! gue gamau di tojos sama lo. Nggak lucu kan? kalau besok muka gue bonyok!"

"Bodo! emang gue peduli?"

Gavian mulai mengepalkan tangannya, siap memberi wejangan dimuka saudara serahimnya ini. yang makin hari tingkahnya makin absurd.

"Ya elah ko, ampun ko! ampun ko, arghhh!" jerit Xavier sangat tidak gentleman.

"NAJIS! baru juga mau gue tendang biji lo. Udah jerit-jerit kek orgil aja."

Spontan Xavier memegangi miliknya, yang mendadak ngilu hanya mendengar penuturan dari mas kokonya. Dia masih trauma sama yang dulu. Saat tidak sengaja Xavier menendang milik Gavian sampai sang empu ngamuk dan ngajak gelud. Berakhir Gavian juga melakukan hal yang sama. Rasanya memang benar-benar sakit, sampai sekarang pun Xavier masih mengingat rasa sakitnya segimana.

"ANJING! SAKIT PEN—"

"MAS KOKO! ABANG KOKO! BERANTEM MULU! ADUIN BUNDA NIH," seruh Alisha yang datang untuk menengahi.

Gadis itu nampak membawa sebuah paber bag. "Bawa apa dek?"

"Bawa sesajen mau ngusir roh halus di ruangan ini," celetuknya, "hawanya panas banget. banyak setannya nih pasti."

"Nggak heran, yang punya kamar kan setannya."

"Anjing!"

"Cocotnye!" balas Gavian.

"Ya maaf," jawab Xavier takut. "Serius dek, lo bawa itu buat siapa dari siapa?"

"Dari mbak Anettha!"

"Demi apa lo kontollodon??!" latahya sungguh sangat ramah menyapa telinga adek dan mas kokonya. "Keceplosan ya Allah... Nggak sengaja juga," Xavier yang  ditatap mengintimidasi oleh Gavian.

"Isinya apa?"

"Kalau nggak racun kadal ya sianida," bukan Alisha yang menjawab. Melainkan Gavian yang menjawab dengan santai dan polosnya. "Kasian, yang sakit hampir seminggu nggak di tenggokin nggak dikabarin."

Cowok yang merasa tersindir itu memutar kepalanya sembilan puluh derajat menatap galak mas kokonya. "Kisiin ying sikit himpir siminggi nggik di tinggikin nggik dikibirin," cibirnya begitu menyebalkan.

"Ya daripada elu! Punya cewek sama-sama cuek. Gue rasa hubungan lo begitu membosankan," sambung Xavier meremehkan. Belum tahu aja kah dia? kalau cowok dingin ketemu cewek cuek. Kemungkinan bucinnya in private, nggak terang-terangan yang jatuhnya alay.

"Kalau nggak tahu mending diem!"

"Diem-diem gue bakal sebar undangan lebih dulu dari lo!" sambung Gavian. Gatau lah, dia sudah mantap sama pilihannya yang sekarang. "Gue nggak alay, bucinnya muluh tiap hari ketemu. tapi di ajak serius kagak. Mending bucin private tapi sat set sat set."

Xanetha [on going]Where stories live. Discover now