09

2.8K 270 8
                                    

Jgn lupa vote nya atuh!

*****

"Lho yank? kok lo ada disini sih, kamu?"

"Yankkk...! Lo?"

"Arghh, ngapain sih pegangan tangan sama dia hah?!!" Xavier sewot sekaligus syok. Bisa-bisanya Anettha ada di acara balap antar kokonya dan Arlan. Apalagi dia bareng sama Deo. Mana pake acara pegangan tangan segala lagi. "Sakit hati aku yankkk..."

"Lebay. Apa kabar sama hati gue njir," balas Anettha seadanya sambil menatap malas Xavier yang meraih tangan kirinya. "Ngapain pegang-pegang, kita masih ada hubungan?"

"Maksud kamu apasih?"

"Kita selsai!"

"Nggak mau. Kata siapa kita selsai? nggak boleh! Nggak ada kata akhir di dalam hubungan kita," tekan Xavier menatap tegas Anettha yang coba mengalihkan pandangannya dan tatapannya malah bertemu dengan tatapan tulus dari Deo. "Kamu kenapa minta selsai sama aku? ada main sama dia?"

Jari telunjuknya dengan tepat menuding Deo yang masih terpaku dengan netra indah Anettha. Keduanya sama-sama terdiam dengan tatapan mengunci. "Uwuw banget sih diliat-liat, mau gue colok ya satu-satu hm?"

Xavier baru sadar kalau ia terabaikan. ucapannya saja mungkin tak didengar, hanya dijadikan angin lalu oleh keduanya. Mendadak dadanya sesak menyaksikan dengan langsung hal yang menyakitkan matanya. "Oh... Gini rasanya diselingkuhin, sakit juga yak."

"Makanya lo sadarlah. kalau selingkuh itu nggak baik." ucapan seseorang yang baru saja datang dan memposisikan dirinya dibelakang Xavier. "Kalau lo mau ngelepas Anettha. banyak kok yang mau ngantri dan nggak main-main kayak lo mempermainkan dia. Dan jadiin dia ratu."

"Orang luar dilarang ikut campur," sungut Xavier saat membalikkan badan dan melihat siapa yang berucap tadi. "Lo ngapain kesini? bukannya udah pindah jauh, kenapa? masih gamon sama pacar gue?"

"Hm."

Satu kalimat yang keluar dari mulut seorang cowok. Bahkan tak terlalu jelas, mampu menyulut emosi dari Xavier yang hampir saja melayangkan pukulan untuk cowok itu. "Nggak jelas lo. Dateng jauh-jauh cuman mau jadi perusak?"

"Hehe, tanpa dirusak pun hubungan lo emang udah rusak. Itu karena lo sendiri yang hobi sakitin cewek sebaik Anettha. Dia pantes dapetin yang jauh lebih bisa menghargai dia," ujarnya sungguh mampu membangkitkan kejolak emosi yang terpendam. "Tinggalin dia, dia nggak akan rugi ditinggalin lo!"

Xavier menatap tajam cowok tengil yang datang-datang berucap omong kosong. Mengapa harus banyak orang terlibat dalam hubungannya dan ikut campur kedalamnya. Dia merasa muak.

"Lo ngapa dateng-dateng bikin gue emosi ya? Gue penggal juga palalu, bikin gue emosi aja."

"Gue nggak akan bikin lo emosi kalau lo itu coba buka mata! Ada cewek setulus dan sebaik Anettha. Lo sia-siain? Putusin brow, gue juga siap kalau jadi pelampiasan Anettha nantinya. Siapa tahu dia nyaman sama gue," ujar cowok itu tanpa beban. "Jadi kapan lo mau put—"

"Nggak akan. Gue nggak akan putusin Anettha, apalagi ngelepas dia sama cowok kayak lo!" tegas Xavier dengan tatapan memancarkan kebencian. "Lo itu munafik, Alex!"

"Atas dasar apa lo berucap kayak tadi? Gue munafik dalam hal apa?"

Xavier menjawab spontan, "segala hal."

Xanetha [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang