08

2.8K 290 12
                                    

Jgn lupa vote nya atuh

***


📍Cafe Sangern

Setelah puas menghajar habis Xavier. Kelima gadis itu memutuskan ke cafe Sangern.

Disana kelimanya mengobrol dengan akrab. Anettha yang notebenenya friendly, jadi muda berbaur dengan yang lainnya. Apalagi dia sama Shasa masih sepupu jauh dan sama Misel dia udah lumayan akrab.

"Btw nih. Nanti malam ada acara nggak? kalau ngada kita pergi yuk. kali-kali lah kita nongkrong malam," ujar Shasa yang duduk satu kursi dengan Renatta dan Anettha. Dihadapan nya Misel dan Karina. "Sekalian kita liat balapan."

"Siapa yang balapan tuh?"

"Setau gue sih cowok lo lawan kakak lo sendiri."

"Bang koko Gavian?"

Shasa mengangguk mengiyakan.

"Gue rasa bakal pecah nih," sambung Renatta. "Setahu gue Gavian lagi dendam banget sama cowok lo tuh, Sel."

"Bukan cowok gue njir, tapi mantan!"

"Besok juga balikan lagi," sindir Karina. "Lo mana bisa putus lama-lama sama Arlan.., Sel. Biar gue tebak, ntar malam pasti sih Arlan bakal bikin kejutan buat lo."

"Hah? lo sama Arlan putus, Sel?"

"Iya."

"Tapi kalau menurut gue sih, besok juga balikan lagi Net." balas Shasa sambil meminum jus alpukat nya. "Ini siapa yang bayarin njir? Gue kagak ada duit nih."

Renatta menatap Shasa. Bergantian menatap yang lainnya. "Ngada yang bawa duit cash nih? Gue belum gajian, card gue juga ketinggalan di loker."

"Kalau gue sih emang lagi kere," cetus Misel. Berganti menatap Anettha, berharap dia peka dan bawa uang atau nggak card.

"Nggak bawa, Sel, tadikan buru-buru."

"Shasa biasanya bayarin, kenapa sih? lo pelit amat."

"Gue nggak pelit Renatta! Tapi card gue di blok sama Papa, ini juga gara-gara Tian sih. Kang cepu dia."

Shasa berucap apa adanya. Dia nggak bawa card apalagi uang cash. Selama semingguan ini memang fasilitasnya di cabut gara-gara ketauan sama Papanya kalau dia trek-trekan. Papanya nggak mungkin tahu kalau sih Tiano Januar Clean Prabowo, nggak cepu ke Papanya.

Sekarang harapannya cuman tinggal Karina. Semua pandangan teralih menatap gadis yang sibuk dengan ponselnya itu. Sampai beberapa menit dia baru sadar kalau dirinya diperhati kan.

"Kenapa?"

"Kita lagi kere semua nih Kar, Lo bawa uang kan? Atau card gitu paling nggak."

Sayangnya yang menjadi harapan terakhirnya itu menggeleng. "Papi Mami gue kan keluar kota, mereka lupa kalau belum ngasih uang bulanan buat gue."

"Terus gimana?"

"Nggak tahu."

"Tumben-tumbenan Papi Mami lo nggak kasih uang bulanan. Bangkrut yak?"

Xanetha [on going]Where stories live. Discover now