VI

21.6K 2.1K 5
                                    

Sebuah bayangan hitam bergerak cepat dari sisi kanan ke kiri balkon. Ishvara dengan tidak peduli mengejar bayangan tersebut seolah menghampiri kematiannya. Namun usahanya sia-sia. Dia tidak dapat menemukan seorang pun di balkon kamar.

Suasanya kembali sunyi, angin yang tadi berhembus kencang kini tidak lagi. Wanita itu berjalan mundur menutup pintu untuk kembali ke dalam namun keseimbangannya tiba-tiba hilang. Kini tubuhnya terjatuh di lantai disertai pedang yang mengarah tepat di depan dada. Perlahan pedang itu beranjak naik hingga hanya menyisakan jarak beberapa senti dari wajahnya.

Ishvara menatap dalam seseorang yang berdiri tegap di depannya. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Tak ada rasa takut yang ter gambarkan di wajah Ishvara. Yang terlihat hanya wajah damai seolah pedang di depannya bukanlah sebuah ancaman.

"Bagaimana tanggapan orang-orang jika mendengar Duke yang tidak pernah pulang, tiba-tiba datang dan langsung mengarahkan pedang ke istrinya?"

Pria itu meletakkan pedang yang dia bawa, lalu berlutut di samping Ishvara. Duke Houston memajukan tubuhnya membisikan sesuatu.

"Lalu bagaimana caramu menjelaskan kemampuanmu? Aku yakin keluargamu tidak mungkin mengajarimu berpedang. Dan aku rasa masih banyak yang kau sembunyikan dariku, Vara." Duke Houston berucap di telinga Ishvara dengan suara baritonnya.

Napas hangat Duke Houston terasa berhembus di leher jenjangnya yang tidak tertutup oleh apa pun, hal ini mampu membuatnya merinding.

Tidak pernah sebelumnya dia merasakan perasaan menggelikan seperti saat ini. Ishvara mencoba berdiri dari posisinya meninggalkan Duke Houston yang masih di bawah.

"Saya tidak mengerti maksud yang mulia Duke," ucap Ishvara dengan nada tenang sembari menepuk gaunnya yang baru saja bersentuhan dengan lantai.

"Cedric mengatakan padaku bahwa kau menyerangnya tanpa sengaja di taman."

"Saya menyerangnya karena mengira ada penyusup yang masuk. Dan Cedric bergerak terburu-buru seolah dikejar sesuatu. Siapa pun yang berada di sana pasti akan beranggapan sama dengan saya. Dan ..." Ishvara menghentikan perkataannya.

"Dan apa?" Duke Houston berdiri dari posisinya lalu mendekat ke arah Ishvara.

"Dan saya tidak memiliki kemampuan berpedang seperti yang Anda pikirkan. Itu pun terserah tuan Duke memercayai saya atau tidak."

Pria itu memilih diam menatap dalam ke bola mata milik Ishvara seolah mencari kebenaran dari ucapan yang dilontarkan istrinya.

"Sekarang tolong biarkan saya beristirahat."

Ishvara menjulurkan tangannya ke arah pintu. Mempersilahkan pria di depannya untuk segera pergi dari kamarnya sembari sedikit menunduk.

Sepuluh detik ... Tiga puluh detik ...

Tak ada pergerakan dari orang di depannya. Pria itu masuk menatap tajam ke arah Ishvara.

Ishvara pun memilih untuk naik ke atas tempat tidurnya, masuk ke dalam selimut dan tak menghiraukan Duke Houston yang masih berdiri di samping ranjangnya.

Masa bodoh dengan tata krama. Meskipun yang ia ketahui suaminya terkenal kejam. Tetapi bukankah akan lebih baik, siapa tahu dengan Ishvara membuatnya marah. Ia akan dibunuh lalu kembali ke dunianya. Meninggalkan negeri antah-berantah ini.

"Jika benar, maka aku mengundangmu untuk berlatih pedang besok."

"Tuan Duke bisa pergi jika sudah tidak ada yang harus di bahas," Ishvara berkata seperti ingin mengusir pria itu dari kamarnya.

Suasanya yang sunyi membuat penglihatannya meremang. Wanita itu tidak merasa terganggu dengan kehadiran Duke Houston yang kini sudah duduk di sofa sembari menatapnya. Bahkan Ishvara kini tengah terlelap meninggalkan Duke Houston sang suami yang masih terjaga.

The Cruel Duke and DuchessDove le storie prendono vita. Scoprilo ora