XXXXIII - Strange start

999 89 0
                                    

Awan mendung membuat suasana sekitar terlihat gelap. Sinar matahari bahkan tidak dapat menembus gelapnya awan. Angin kencang juga turut menyertai membawa dedaunan terbang. Dinginnya terasa menusuk ketika udara bersentuhan dengan kulitnya. Ishvara berjalan memasuki bangunan apartemennya berbekal mantel tebal yang sudah sejak awal melekat di tubuhnya ketika keluar dari kantor.

Begitu dirinya sampai di pintu masuk terlihat jelas meja resepsionis yang sudah menyambut. Serta ada beberapa penjaga yang juga berdiri di depan pintu. Ishvara hanya tersenyum singkat menyapa mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju ke pintu apartemennya.

Begitu tiba di lantai atas suasana berubah menjadi sepi. Tidak ada orang dan hanya ada pintu-pintu yang tertutup. Sudah semestinya karena penghuni apartemen seperti ini cenderung individualis.

Dari kejauhan wanita itu menyipitkan matanya. Terlihat sebuah kotak kardus berukuran sedang tergeletak tepat di depan pintu apartemennya. Ishvara pun memasukkan pin pintu lalu segera masuk tak lupa membawa kardus tersebut ke dalam. Mungkin saja George sengaja mengirimkan sesuatu untuknya.

Ishvara tidak terkejut karena ini bukan yang pertama kalinya. Ia melepas heels serta mantel tebal yang dikenakannya lalu menggantung mantel tebal, serta meletakkan heels di dalam rak. Seperti sistem apartemen pada umumnya. seharusnya memang tidak diperbolehkan untuk orang asing masuk. Jadi ketika dirinya memesan barang akan selalu di anatar ke depan pintunya.

Sebelum membuka kardus yang diberikan oleh ayah angkatnya itu. Ishvara lebih dahulu menyalakan lampu ruangan. Karena sebelumnya ruang tengah hanya disinari cahaya yang berasa dari luar jendela.

Wanita itu menggulung rambut panjangnya hingga membuat tengkuknya terlihat jelas.

Kotak kardus kini telah dibuka menampilkan satu boneka yang terlihat sedikit kotor di bagian kakinya serta beberapa foto di dalam kardus. Boneka kelinci dengan telinga yang jatuh ke bawah. Terlihat begitu lucu, namun salah satu tangan boneka kelinci tersebut robek hingga kapas di dalamnya keluar dari tempat semestinya.

Tangan Ishvara juga bergerak mengambil foto di dalam kardus. Itu adalah foto Iris melakukan beberapa kegiatan seperti dalam perjalanan ke bandara, saat bekerja, bahkan ada beberapa foto semasa kecilnya ketika merayakan ulang tahu bersama dengan boneka yang terlihat persis dengan yang ada di sini. Namun masih dalam kondisi yang bagus.

Ishvara tersenyum tipis. Mungkinkah ini teguran dari Iris. Ulang tahun sahabatnya sudah berlalu beberapa hari yang lalu. Namun sampai saat ini Ishvara masih tak kunjung memberikan hadiah. Sebenarnya dia memiliki niat untuk memberikan sesuatu pada Iris. Namun beberapa kejadian membuat Ishvara melupakan hal ini.

Ishvara pun segera membersihkan tubuhnya. Memakan waktu hampir tiga puluh menit. Akhirnya Ishvara sudah siap. Wanita itu berdandan sederhana lalu segera mengambil tasnya untuk keluar mencari hadiah.

Terdapat sebuah toko toserba yang tidak terlalu jauh dari apartemennya. Barang barang yang ada di sana pun cukup lengkap sehingga Ishvara tidak kesulitan untuk menemukan hadiah yang pas untuk Iris.

Wanita itu tergerak untuk mengambil sebuah boneka kelinci. Meskipun tidak mirip dengan boneka rusak dalam kardus yang Ishvara terima di apartemennya. Namun ia rasa boneka itu sedikit mirip dengan Iris. Adapun beberapa hadiah lain yang sengaja Ishvara ambil untuk melengkapi kado yang rencananya akan dia berikan.

Perjalanannya memilih hadiah kini telah usai. Terlihat jelas beberapa orang berbaris rapi. Mengantre untuk membayar barang belanjaan mereka. Ishvara pun turut berbaris. Tak sampai lima menit kini gilirannya.

"Tolong bungkus dengan rapi aku ingin memberikannya untuk seorang teman," pinta Ishvara pada salah satu karyawan toserba.

Sembari menunggu pandangan Ishvara sesekali mengamati sekelilingnya. Jam masih menunjukkan pukul sembilan malam. Tapi dirinya dikejutkan dengan suara dering ponsel dalam sling bag yang dikenakannya.

Panggilan masuk dari Iris membuat alis Ishvara terangkat. Mungkinkah sahabatnya itu menunggu balasan Ishvara karena telah mengirimkan satu kotak kenangannya di depan pintu apartemen Ishvara.

"Apa?" tanya Ishvara ketika mendengar perkataan seseorang dari sebrang sana.

Ishvara kini terlihat gelisah. Beruntung hadiah yang ia minta telah dibungkus. Setelah selesai membayar Ishvara bergegas mencari taksi menuju ke sebuah rumah sakit di kotanya.

Ia memainkan jari-jarinya cemas sembari duduk di dalam mobil memperhatikan jalanan yang cukup lancar. Beruntungnya malam ini kondisi lalu lintas tidak terlalu padat. Jadi Ishvara bisa tiba di tempat tujuannya hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

Ishvara berlari masuk menuju meja resepsionis, lalu bergegas menuju lift dan menekan tombol lantai yang dia inginkan. Napasnya memburu ketika tiba di lantai yang dia tuju. Terlihat pintu-pintu ruangan bercat putih berjajar rapi. Aroma obat yang khas juga menyeruak dengan kuat masuk ke dalam indera penciumannya.

Ishvara segera membuka salah satu pintu tersebut dan mendapati Iris yang telah berbaring di ruangan rawat inap.

"Ishvara!" teriak Iris yang menyadari kehadirannya.

Sahabatnya itu tidak hanya sendiri, ada Kave yang menemaninya. Namun entah pria tersebut terlalu peka atau bagaimana. Kave memberikan ruang kepada adiknya dan Ishvara untuk berbicara.

Kini hanya dirinya dan Iris di dalam ruangan rawat inap. Ishvara perlahan mendekat. Wanita itu melihat salah satu tangan sahabatnya kini telah di perban. Area yang di perban pun cukup besar membuat Ishvara berpikir bahwa lukanya juga bukan luka yang ringan.

"Ada apa ini? bagaimana bisa terluka?" tanya Ishvara khawatir dengan pandangan mata yang tidak bisa lepas dari perban di tangan sahabatnya.

Iris menghela napasnya perlahan sembari mencoba memulai bercerita. Awal mulanya Iris sama sekali tidak menyangka akan terjadi kecelakaan seperti ini.

Pada awalnya dirinya hanya ingin mengajak Kave, kakaknya itu untuk pergi minum. Namun sayangnya pria itu malah menolak Iris. Kave yang sedang sibuk pun tidak terlalu menggubris karena memang dia akan ada pertemuan.

Seperti biasanya Iris tidak mau menyerah. Wanita itu mengejar kakaknya hingga menuju lift. Tetapi sayangnya Iris tidak sadar ada beberapa orang yang tengah merenovasi salah satu ruangan dengan dinding kaca di tengah bangunan. Iris yang tidak sadar terpeleset hingga membuat salah satu tangannya tergores kepingan kaca cukup panjang. Serta kakinya juga turut terkena pecahan.

Bahkan sampai saat ini pun kakinya terasa sakit untuk menumpu badannya. Iris yang menceritakan kecelakaannya itu terlihat meringis.

"Ishvara ini sakit," ucap sahabatnya itu merengek.

"Sudah ku katakan, kau masih terlalu lelah setelah perjalanan jauh. Lihat? Kau bahkan tidak fokus terhadap sekelilingmu." Ishvara menasehati Iris. Seharusnya Iris bisa menggunakan waktunya untuk beristirahat. Tetapi bukannya menurut sahabatnya itu malah ingin minum di hari yang sibuk.

Ishvara menepuk pundak Iris lalu menyerahkan sebungkus paper bag berisi hadiah yang sempat dia siapkan. Mungkin ini bisa sedikit menghibur Iris.

"Bagaimana mungkin hadiahnya diberikan begitu terlambat?" cemooh Iris dengan salah satu tangan yang aktif membuka bungkus hadiah dari Ishvara.

Pada posisi paling atas terdapat boneka kelinci. Sedangkan di bawahnya terdapat satu set skincare. Iris sepertinya pernah bercerita mengenai dia ingin membeli satu set skincare milik salah satu brand. Namun sayang dirinya masih dalam perjalanan bisnis.

"Ishvara bagaimana kau bisa tau? ini mengingatkan pada boneka kelinciku yang telah di buang. Sayangnya salah satu tangan dan kakinya kotor. Jadi mamaku menyuruh pelayan untuk membuangnya. Aku tidak tahu mengapa ada orang yang begitu tega membuang barang penuh kenangan masa kecilku. Tetapi jika ku pikirkan mama tidak akan berani membuang hadiah yang kau berikan."

Iris kini begitu asyik dengan hadiahnya. Wanita di depan Ishvara menunjukkan senyuman ceria yang senantiasa dia tampilkan.

Sebenarnya Ishvara khawatir. Dia tidak bisa memberikan hadiah yang terlalu mahal. Namun dia juga khawatir hadiahnya hanya hadiah tanpa makna. Tetapi melihat antusias Iris ada sedikit kelegaan.

Tetapu ada beberapa dari ucapan Iris yang mengganjal baginya. Iris mengatakan bahwa boneka masa kecilnya telah di buang. Lantas siapa yang menaruhnya di depan pintu apartemen Ishvara?

The Cruel Duke and DuchessWhere stories live. Discover now