XXXIX - Plan it

3.8K 234 16
                                    

"Jika caramu mendapatkan luka tidak jauh berbeda. Maka aku akan mati dan kisah kita juga akan berakhir dengan cara yang tidak jauh berbeda."

Perkataan Ishvara sontak membuat kuku jari pria itu memutih. Kave mencoba menahan emosinya sebelum akhirnya berbicara.

"Vara, tolong jangan mengatakan hal buruk," tegur Kave ketika mendengar ucapan Ishvara.

Ishvara kini bangkit dari duduknya ketika pelukan Kave di pinggangnya mulai terlepas.

Wanita itu memijat pelipisnya frustasi.

"Entahlah, aku tidak tahu bagaimana akhir kisah ku nanti. Tetapi mengingat kejadian itu membuatku tidak ingin terjebak dengan orang yang sama untuk kedua kalinya. Bukankah kau juga begitu Ash?" tanya Ishvara masih yakin dengan pendiriannya.

Kave kini memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celana. Pria itu tampaknya masih nyaman dan tidak ingin beranjak dari sofa.

"Vara, tidak ada yang bisa melawan takdir."

"Dan itu saya!" Timpal Ishvara segera setelah mendengar perkataan pria di depannya.

Sungguh, kenangan buruk itu benar-benar membuatnya kesulitan. Hari demi hari semenjak kemunculan pria di depannya. Ishvara terus menerus dilanda mimpi buruk yang sama. Rasa sakit di lehernya terasa begitu nyata membuat dirinya seakan tidak mampu lagi untuk bernapas.

Ishvara merasa benar-benar kehilangan jati dirinya. Semua hal yang berkecamuk dalam pikirannya bagaikan benang kusut yang begitu sulit untuk di uraikan satu persatu.

"Jangan terpaku dengan masa lalu. Tidak semua akan berakhir buruk sebelum mencoba-"

"Berikan aku waktu! Jadi tinggalkan aku sendiri."

Mau tidak mau Kave kini berdiri dari posisi duduknya. Perkataan Ishvara diartikan oleh Kave bahwa wanita itu enggan dengan kehadirannya.

"Baik. Lakukan yang kau inginkan."

•••

Ishvara menatap kedatangan sahabat karibnya dengan jengah. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi sehingga masih cukup pagi untuk bertamu. Penampilan Ishvara juga masih berantakan dengan rambut yang digerai dan hanya menggunakan dress tidur berbahan satin.

Tampak wajah Ishvara begitu lelah karena terlihat kantung mata yang muncul.

"Ayolah, kali ini ada hal penting," cegah Samuel sebelum Ishvara hendak menutup kembali pintu apartemennya.

Ishvara memutar bola matanya. "Sam, ku katakan padamu. Ini akhir pekanku tolong jangan mengganggu," geram wanita itu tak ingin waktu istirahatnya terganggu.

Samuel kini melangkah masuk, bersandar di sofa sambil memejamkan matanya. Pria itu tampak tak terpengaruh oleh teguran Ishvara.

Sedangkan Ishvara yang melihat itu hanya menghela napasnya. Samuel adalah tipe orang yang tidak terlalu terpengaruh. Bahkan jika Ishvara mengusirnya pun. Sahabatnya itu memiliki lebih dari seratus cara untuk mengganggunya.

"Kau sudah mendengar kabar tentang Tuan Wylian?"

Ishvara diam tak ingin menjawab pertanyaan dari Samuel padanya. Tanpa dirinya menjawab pun Samuel sudah tahu. Dan itu bukan hal yang perlu Ishvara perjelas kembali.

The Cruel Duke and Duchessحيث تعيش القصص. اكتشف الآن