XIV

13.9K 1.3K 1
                                    

Dari kejauhan terlihat seorang pria datang membuka pintu gerbang kecil yang berada di sudut panti. Tangannya bergerak mengeluarkan kantong yang di duga berisi uang dengan langkah kaki yang terburu-buru.

"Gunakan uang ini untuk anak-anak rendahan itu," ucap pria itu dengan nada tak enak didengar sambil melemparkan sekantong koin ke bawah kaki wanita di depannya.

"Tapi tuan, apakah Anda sudah mengatakan kepada yang mulia Duke tentang uang bulanan panti yang semakin sedikit. Dengan uang ini kami hanya mampu untuk membeli makanan seadanya. Anak-anak memerlukan biaya untuk mendapatkan makanan yang lebih layak. Selain itu juga kami harus memenuhi kebutuhan pendidikan mereka," ucap seorang penjaga wanita sambil memegang kantong tersebut ragu.

"Tidak perlu banyak bicara. Yang mulia Duke hanya memberikan biaya seadanya. Lagi pula yang mulia Duke juga tidak akan peduli dengan anak dari kalangan miskin seperti mereka. Mendapatkan makanan saja mereka sudah seharusnya bersyukur. Maka jangan bermimpi untuk bisa menjadikan mereka sebagai anak-anak berpendidikan."

Pria tua dengan kacamata berlensa satu monocle itu menggertak wanita pengurus panti di depannya.

"Sepertinya ada yang harus kita bicarakan. Baron Fred?" sahut Ishvara mencegah kepergian pria dengan kacamata itu. Ishvara yakin bahwa dirinya tahu mengenai pria tersebut. Beberapa kali Ishvara pernah melihatnya di halaman koran harian.

Baru saja pria itu akan melangkah namun sebuah suara membuatnya mengurungkan langkahnya. "Siapa? Nona tidak perlu ikut campur," tukasnya tak suka.

"Tidak. Aku tidak ikut campur. Tetapi setahuku Duke Houston tidak pernah memangkas biaya makan dan sekolah untuk anak-anak panti. Tetapi mengapa kau memberikan mereka sedikit uang? Pergi ke mana sisanya? Apakah masuk ke kantong milikmu?" ucap Ishvara menyudutkan masih dengan nada tenangnya.

Ishvara melirik wanita yang berdiri di sampingnya sambil menggenggam erat sekantong koin yang dia dapat.

"Nyonya bisa berikan kantong itu? aku ingin memastikan apakah pria ini sudah melaksanakan perintah yang mulia Duke," lanjut Ishvara dengan telapak tangan terbuka mencoba mengambil alih kantong tersebut. Meskipun melihatnya saja ia sudah mengetahui bahwa jumlahnya amat sangat sedikit.

"Nona, sudah ku peringatkan untuk tidak perlu ikut campur," tegur Baron Fred tak terima dengan tuduhan yang dilayangkan kepadanya. Tangan pria tua itu mencengkeram lengan Ishvara agar tidak melihat isi dari sekantong koin yang dia berikan.

"Yang mulia!" teriak Cedric dari kejauhan ketika melihat Ishvara kini tegah berselisih dengan seorang pria.

"Maaf tuan Baron, tolong lebih sopan kepadanya!" Cedric berkata lantang sambil mengeluarkan pedangnya.

Mustahil jika Baron Fred tidak mengenal tangan kanan sang Duke. Kedatangan Cedric pun sontak membuat Baron Fred melepaskan cengkeramannya.

"Kali ini keberuntunganmu nona," bisik Baron Fred kepada Ishvara.

Ishvara tersenyum mendengarnya lalu menendang tulang kering milik Baron Fred. Pria itu hampir saja terjatuh lantaran terkejut dengan tindakan tiba-tiba dari Ishvara. Namun bukannya menanggapi Ishvara, sang Baron segera berlari mundur lantaran tidak ingin menambah masalah berurusan dengan Cedric yang merupakan tangan kanan Duke.

Pada akhirnya pria tersebut memilih untuk pergi meninggalkan panti dengan sedikit tertatih akibat tendangan yang mengenai tulang kering di kaki kirinya.

"Siapa kalian?" tanya pengurus panti menatap ke arah Cedric dan Ishvara.

Pertanyaan itu sontak membuat Ishvara dan Cedric bertatapan sejenak. Sebelum meninggalkan toko perhiasan mereka lebih dahulu menggunakan jubah agar pakaian mereka tidak terlalu mencolok ketika berada di tengah kerumunan. Dan tanpa sadar Ishvara masih mengenakannya hingga sekarang. Hal inilah membuat pengurus panti tidak menyadari siapa mereka sebenarnya.

"Tunggu, bukankah Anda adalah kesatria yang pernah di utus oleh yang mulia Duke kemari?" tanya pengurus wanita itu lagi ketika menyadari Cedric yang kini telah membuka tudung jubahnya.

"Benar, maafkan kami datang secara tiba-tiba. Saya hanya berjalan sebentar di wilayah ini, dan kebetulan yang mulia Duchess penasaran dengan panti. Namun sangat disayangkan kami mendengar hal yang kurang mengenakan."

"Tidak-tidak maafkan saya. Seharusnya saya menyadari kedatangan yang mulai Duchess. Perkenalan saya adalah Rosscent pengurus panti. Maaf atas kelancangan saya," ucap pengurus panti gelagapan sambil membungkukkan tubuhnya.

"Berdirilah, aku tidak ingin ada yang melihat. Mungkin ada beberapa hal yang ingin kutanyakan kepadamu."

"Ya yang mulai Duchess, Anda bisa bertanya apa pun."

"Apakah setiap bulan Baron Fred hanya memberikan uang dengan nominal yang sama?"

"Ya, yang mulia Duchess. Tetapi sejak awal panti ini dibangun. Baron Fred masih memberikan uang dengan nominal yang lebih besar. Namun menjelang beberapa tahun terakhir. Nominal uang yang diserahkan kepada panti makin sedikit. Kami juga tidak bisa protes karena Baron Fred hanya mengatakan bahwa hanya itu yang diberikan oleh yang mulia Duke. Selama anak-anak masih bisa makan, itu sudah lebih dari cukup untuk saya."

"Begitukah? Seharusnya suamiku tidak melakukan hal seperti itu. Nyonya Rosscent, untuk sementara mungkin aku akan meninggalkan beberapa kesatria di panti untuk berjaga-jaga. Jika suamiku kembali, aku akan segera membicarakan masalah ini dengannya."

"Saya berterima kasih atas kemurahan hati yang mulai Duchess. Maaf jika ini merepotkan yang mulia Duchess."

"Tidak ini adalah tugasku sebagai seorang Duchess. Kita juga tidak tahu apa yang akan dilakukan Baron Fred setelah ini, jadi jagalah anak-anak sebisa mungkin."

The Cruel Duke and DuchessWhere stories live. Discover now