XVII

13.3K 1.3K 3
                                    

"Kalau begitu apakah Raja baik kepadamu?"

"Em- ayah tidak suka bila saya kabur saat latihan berpedang. Tetapi ayah selalu mengusap kepalaku jika menurutinya dan berbuat baik. Memangnya kenapa Duchess?" tanya Dave dengan nada polos.

"Tidak, kalau begitu saat aku bertemu Raja bantulah aku," bual Ishvara sambil tersenyum.

"Duchess hanya perlu bersikap baik! Maka ayah akan bersikap baik pada Duchess," seru anak laki-laki itu bersemangat.

"Ya baiklah, habiskan makananmu." Ishvara tersenyum menatap anak kecil di depannya.

"Tuan muda Dave!" teriak salah seorang pria dari kejauhan membuat semua orang yang berada di gazebo menoleh ke arahnya termasuk Ishvara.

"Ah saya pikir, urusan tuan Evra sudah selesai. Tuan muda Dave sudah harus kembali." Matteo berkata dengan mata yang masih menatap ke arah Evra.

"Yang mulia Duchess, terima kasih atas anggur, dan makanannya. Teh nya juga sangat enak. Lain kali aku akan berkunjung. Sampai jumpa yang mulia Duchess!"

Anak laki-laki itu berlari dengan tangan yang melambai ke arahnya. Alih-alih membalas Ishvara kini berusaha menajamkan penglihatannya. Seorang pria dengan tubuh kurus tinggi yang tegap, jika tidak salah mungkin usianya tak jauh berbeda dari Matteo, Cedric, dan sang suami. Evra tampak masih muda, namun yang membedakan adalah rambut panjang dan kacamata nya.

"Matteo, apa kau yakin Dave yang akan menjadi penerus Raja Ventri? Bagaimana dengan Ratu apakah dia tidak protes jika anak selir memimpin kerajaan?"

"Saya pikir tidak yang mulia Duchess, Ratu adalah orang yang penuh kasih. Raja hanya memiliki satu Selir, namun beberapa tahun setelah tuan muda Dave lahir. Selir itu mati karena penyakit. Dan rumor yang beredar selir itu berhubungan baik dengan Ratu. Hingga sejak bayi tuan muda Dave dirawat oleh Ratu."

"Kurasa Ratu pasti senang merawat anak ceria sepertinya. Tetapi semoga saja Ratu tetap bisa membagi rata kasih sayangnya ketika anak-anak mulai tumbuh."

"Nyonya, maaf jika saya memotong. Tetapi saya ingin menyampaikan sesuatu." Cedric yang datang dan langsung berlutut di depannya membuat kening Ishvara mengernyit.

"Yang mulia say-"

"Ah, itu- lima hari lagi akan ada pesta perayaan di tengah kota. Dan saya meminta izin kepada yang mulia Duchess untuk."

Mata Cedric melirik ke arah Eria yang berdiri di belakang Ishvara.

"Mengajak pelayan Eria pergi bersama saya sehari sebelum pesta teh dimulai."

Ishvara diam menatap ke arah Cedric. Keheningan yang tercipta membuat keringat dingin Cedric mengalir deras melalui celah rambutnya.

"Jadi kau ingin mengajak Eria?"

"Ya yang mulia Duchess, pelayan Eria mengatakan bahwa dia tidak pernah menghadiri pesta perayaan. Jadi saya ingin mengajaknya."

Kini suasana kembali hening. Ishvara menatap lamat ujung kaki hingga kepala Cedric. Lalu sejenak wanita itu terkekeh ringan.

"Eria, katakan apa kau ingin pergi?"

"Tetapi saya masih memiliki tugas untuk mempersiapkan pesta teh minggu ini."

"Katakan saja sejujurnya." Ishvara menekankan kalimatnya.

"Ya nyonya, saya ingin pergi ke pesta perayaan."

Wanita itu tersenyum tipis lalu menatap ke arah Cedric. Wajahnya sedikit maju namun jarak mereka masih cukup jauh.

"Baik akan kuizinkan. Tetapi Cedric, katakan kepadaku. Apa yang sudah kau lakukan hingga Eria terbujuk oleh rayuanmu?"

The Cruel Duke and DuchessWhere stories live. Discover now