XXXV - No meaning

4.9K 388 0
                                    

Bunyi tungku air mendidih membuat suasana rumah yang tadinya hening terdengar sedikit berisik. Ruangan dipenuhi dengan suara gelas yang diaduk menggunakan sendok. Aroma teh yang diseduh membuat perasaan nyaman terasa mengalir.

Ishvara menatap gelas kaca yang berada di atas meja. Melirik bergantian antara gelas dan juga pria tua yang duduk di depannya.

George, pria dengan usia yang hampir menginjak 50 tahun itu memainkan senandung di dalam mulutnya. Seolah tengah menikmati hidup dan sisa-sisa masa tuanya tanpa rasa khawatir.

Ishvara masih terus memandangi ayah angkatnya tersebut sembari menerima segelas teh yang diseduh kan untuknya.

"Biarkan saja jika memang Wylian menginginkan seluruh asetmu. Orang kaya akan tetap serakah. Nikmati saja hidupmu dengan sederhana. Itu lebih baik nak."

Ishvara menghembuskan napasnya lembut mendengar penuturan pria di depannya.

Entah rasa terima kasih seperti apa lagi yang harus dia ucapkan. George benar-benar pria yang bertanggung jawab. Begitu pula Sarah yang merupakan istrinya. Namun sayangnya Sarah lebih dahulu pergi meninggalkan mereka.

George dan Sarah begitu berjasa hingga membuat Ishvara tidak tahu lagi harus hormat seperti apa.

Kedua pasangan itu adalah penyelamatnya. Jika bukan karena mereka. Mungkin Ishvara mati kelaparan di jalanan. Mengingat kembali bahwa sebelum dia ditinggal begitu saja oleh keluarga Wylian di tempat yang asing.

Pada waktu itu membawa Ishvara bertemu dengan Sarah. Istri dari Goerge. Sarah yang begitu penuh kasih sayang sangat tidak tega meninggalkan Ishvara. Kala melihat  seorang gadis kecil yang begitu cantik menangis tanpa tahu dimana dia akan berteduh. Wanita itu merasakan bahwa Ishvara bukanlah anak jalanan seperti yang dia lihat umumnya.

Pada akhirnya Sarah memutuskan untuk membawa Ishvara. Waktu itu pun usia Ishvara masih sangat muda. George dan Sarah juga merupakan pasangan pengantin baru. Sarah yang berusia sekitar 22 tahun dan George yang berusia sekitar 29 tahun. Usia yang terbilang cukup untuk menikah.

Mereka adalah cahaya yang dikirimkan untuk Ishvara. Namun sayangnya menginjak usia 40 tahun Sarah mengalami serangan jantung dan membuat wanita yang sudah Ishvara anggap seperti ibunya sendiri. Telah pergi meninggalkan Ishvara dan George lebih dulu.

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya George pada Ishvara yang masih sibuk melamun dan memutar sendok di dalam cangkir tehnya.

Ishvara mengangkat bahunya. " Cukup baik, rasanya beban di pundak ku berkurang ketika menjadi karyawan biasa."

George tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan putri angkatnya. Dan hal itu membuat Ishvara mengernyit bingung. Apakah pria tua akan selalu mudah tertawa hanya dengan kata-kata normal?

"Sudah ku katakan. Menjadi biasa lebih baik, tidak ada gunanya mengejar uang ataupun pangkat. Sejak dulu keinginanku dengan Sarah hanya hidup bahagia." Senyuman tipis terbit di bibir ayah angkatnya. Mata Goerge tampak sedikit sendu namun senyumannya menyamarkan itu.

George kini mulai melahap sarapan paginya mendahului Ishvara. Masih dengan raut wajah penuh kebahagiaan seolah pembicaraan mereka hanya angin yang ringan.

Ishvara tidak bisa memahami pemikiran ayah angkatnya. George memiliki pemikiran yang berbanding terbalik dengannya. Pria itu selalu santai dalam menjalani hidup. Namun sekali lagi. George adalah orang penting yang akan selalu Ishvara tanyai ketika ia dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit.

"Aku akan pulang ke apartemen setelah ini," ucap Ishvara masih dengan nada damai baru mulai menyentuh sarapannya.

George tersenyum tipis sambil memandangi piringnya. "Kini putriku sudah cukup dewasa. Tidak perlu terburu-buru jika memang apartemen itu masih belum cukup nyaman. Tetap saja disini."

Ishvara menggeleng perlahan mendengar ucapan George. Ia tak setuju dengan itu. Rasanya ia tidak ingin terus menerus membebani George.

"Apakah tidak nyaman bagimu tinggal di rumahku dan Sarah yang kecil ini?" tanya George tiba-tiba seolah itu hanya gurauan.

"Bagaimana mungkin. Aku sangat berterima kasih padamu atas semuanya. Aku sudah cukup dewasa untuk menanggung bebanku sendiri. Kau bisa bersenang-senang dengan banyak temanmu disini. Dan aku tidak akan menggangu." Ishvara hanya ingin George menikmati masa tuanya.

Ishvara kini memandangi sekeliling. Memang benar rumah George dan Sarah cukup sederhana. Hanya ada beberapa barang penting dengan desain minimalist. Hanya ada dua kamar, dapur serta ruang tamu yang terhubung. Adapun halaman yang mungkin bisa dibilang cukup untuk berkebun. Meskipun demikian, bagaimana mungkin Ishvara menganggap tempat ini tidak nyaman.

Bahkan rumah jauh lebih nyaman daripada apartemen kecilnya. Namun ia tidak ingin terus menerus menikmati suasana ini. Perasaan yang membawa Ishvara ke zona nyaman.

"Memangnya ada seseorang yang menunggumu?"

Ishvara mengernyit mendengar ucapan George yang tiba-tiba. "Menungguku?"

Kali ini ujung bibir Ishvara terangkat sedikit tertawa. Entahlah semakin lama rasanya dia mulai tertular humor ayah angkatnya.

"Apartemenku sudah lama tidak di tempati jadi rasanya begitu sesak. Aku perlu beberapa hari untuk membersihkannya. Dan juga akan pergi mengganti beberapa perabotan."

"Bagaimana dengan parfum? Apa kau juga mengganti selera parfum mu seperti seorang pria?" tanya George curiga mengingat semalam ia mencium wangi parfum asing dari tubuh putri angkatnya.

•••

Ishvara kini memandangi isi kota melalui balkon apartemennya. Tangan kanannya menggenggam secangkir kopi yang menemaninya di akhir pekan.

Malam ini cukup tenang. Ishvara mengistirahatkan tubuhnya sejenak setelah seharian ia membersihkan seisi apartemennya. Wanita itu bersandar pada sofa dengan kaki yang ia luruskan.

Matanya terpejam, pikirannya melayang mengingat kembali kejadian kemarin malam ketika ia pergi ke apartemen milik Kave.

Ishvara memijat pelipisnya sembari menghela napas. Ditambah lagi dia telah berbohong kepada George ketika ayah angkatnya itu menanyakan tentang parfumnya.

Jika apa yang dia dan Asher ketahui memang benar-benar pernah terjadi di masa lalu. Artinya itu adalah kenangan lama yang memang pernah mereka lalui.

Masa lalu adalah masa lalu. Dan apa yang terjadi di masa sekarang akan tetap terjadi. Ishvara tak ingin memusingkan kisah masa lalu. Lagi pula jika memang kisahnya dahulu berakhir tragis. Ishvara juga tak bisa mengubahnya. Tidak ada yang bisa dia lakukan.

Sekarang adalah hari libur di mana Ishvara benar-benar ingin menikmati waktunya sendirian di dalam apartemen kecilnya. Tenang dan tidak ada yang menggangu.

Ishvara terdiam setelah menyesap kopi di ujung lidahnya. Rasa hangat menjalar di dalam mulutnya. Ishvara tiba-tiba mengingat kembali perkataan seseorang asing yang pernah ia temui saat terakhir kali ia pergi ke sebuah toko barang-barang antik.

"Benar, kejahatan tidak selalu berarti buruk," gumamnya mengingat kalimat terakhir yang dia dengar sebelum mengingat kembali kenangan masa lalu itu.

Ishvara tersenyum tipis lalu kembali menyesap kopinya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Mungkinkah ini merupakan pertanda? Bahwa Ishvara tidak seharusnya berhubungan dengan Kave?

The Cruel Duke and DuchessWhere stories live. Discover now