10.obsession 18+

54.2K 320 37
                                    


Massimo terbangun dan mendapati gadisnya tidak ada di sampingnya. Merasa sedikit khawatir akibat yang terjadi dua hari yang lalu.

Massimo beranjak dari kasur queensize miliknya. Dengan hanya menggunakan celana boxer pria itu berjalan menuruni anak tangga.

"Sayang!"

"Maria!?, Sayang?"

Teriakan Massimo menggema di penthouse megahnya. Seperti anak yan ingin menyusu Massimo terus mencari Maria.

"Sayang? Apa kau tidak mendengarku?!"

Massimo mencari maria dari kamar mandi, balkon sampai di lantai bawah namun gadis yang ia cari-cari belum juga ketemu.

Kecemasan mulai menghantui dirinya, emosinya mulai naik karna ulah gadis nakal itu.

"Maria!! Aku akan menghukum mu jika mendapati kau akan kabur!" Geram Massimo.

Massimo menyempar barang yang berada di meja rias,Semuanya pecah di buatnya. Ia menendang nakas putih lalu kembali mencari gadisnya.

"Demi apapun, aku akan memotong kaki mu Maria!"

Melihat tuanya yang marah, para bodyguard Massimo hanya tertunduk diam. Takut jika dia akan di habisi olehnya.

"Lalu kenapa kau Masi di sini brengsek! Cari gadis itu!" Titahnya.

"Baik, sir"

"Agrhhh!!" Massimo mengacak rambutnya frustasi" Sialan! Gadis satu cukup membuatku pusing di buatnya"

Massimo terdiam sejenak...ya, dapur. Area itu belum ia liat.

Massimo segera menuju dapur, tapi mana mungkin gadis itu di dapur. Namun apa salahnya jika melihatnya sebentar.

"Apa kakimu sudah baik-baik saja nona?" Tanya bibi.

Maria mengangguk" iya bibi aku sudah lebih baik, lalu apa yang perlu aku bantu?"

"Aku bisa memotong bawang dan mengupasnya" tawar Maria.

"Tidak usah nona, bibi bisa melakukannya sendiri"

"Di mana tuan Massimo? Apa dia tidak mencarimu?"

"Laki-laki psychopath itu? Aku tidak ingin membahasnya"

"Aku sedikit kesal dengan Massimo, entah apa yang berada di pikirannya selama ini" omelnya. Bibi hanya tersenyum simpul mendengar ocehannya.

"Ouh! Dia mengomel terus menerus sampai aku sakit telinga"

"Pantas saja telingaku panas, teryata gadisku sedang merindukanku" suara serak itu mengejutkan Maria.

"Kau!? Kenapa kau kemari?"

"Kau lupa? Ini rumahku sayang" Massimo memeluk tubuh Maria dari belakang. Mencium pipi tembam itu beberapa kali.

"Massimo, lepasin. Liat ada bibi"

Massimo melirik bibi sebentar" kenapa dengan bibi? Dia tidak keberatan dengan itu"

"Lalu...apa yang kau lakukan jika tidak ada bibi di sini?" Goda Massimo.

Maria sedikit mencubit pinggang Massimo."apa yang kau bicarakan?! Apa di pikiranmu hanya sex dan sex?" Semprot Maria.

"Emm? Aku tidak berpikiran seperti itu sayang"

"Permisi tuan"

"Bibi! Jangan pergi"

Massimo mengeratkan pelukannya"liat bibi sudah pergi, lalu..apa yang kita lakukan sekarang?"

"Dasar mesum!"

Apa cuma sex dan sex yang ada di pikiran seorang laki-laki? Sungguh aku tidak habis pikir dengannya.

VENESIA (SELESAI)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ